BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat
ditinjau dari dua segi. Pertama pendidikan
dari sudut pandangan masyrakat dimana pendidikan berarti pewarisan kebudayaan
dari generasi tua kepada generasi muda yang bertujuan agar hidup masyarakat
tetap berlanjut, atau dengan kata lain agar suatu masyarakat mempunyai
nilai-nilai budaya yang senantiasa tersalurkan dari generasi ke generasi dan
senantiasa terpelihara dan tetap eksis dari zaman ke zaman. Kedua pendidikan
dari sudut pandang individu dimana pendidikan berarti pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setiap individu sebab individu bagaikan lautan yang penuh
dengan keindahan yang tidak tampak, itu dikarenakan terpendam di dasar laut
yang paling dalam. Dalam diri setiap manusia memiliki pelbagai bakat dan
kemampuan yang apabila dapat dipergunakan dengan baik, maka akan berubah
menjadi intan dan permata yang keindahannya dapat dinikmati oleh banyak orang
dengan kata lain bahwa setiap individu yang terdidik akan bermanfaat bagi
manusia lainnya.[1]
Dari kedua sudut
pandang pendidikan di atas kemudian datanglah Islam yang secara komprehensif
memadukan kedua sisi bentuk pendidikan yang berlandaskan al-Qur'an dan as-Sunnah, dimana Islam mendidik
individu menjadi manusia yang beriman, berakhlak yang mulia dan beradab yang
kemudian melahirkan masyarakat yang bermartabat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan
sistem pendidikan Islam. Makalah ini akan membahas sistem pendidikan Islam
perspektif hadits.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah Definisi Sistem Pendidikan Islam?
2.
Bagaimanakah Sistem Pendidikan Islam Dalam Hadits?
3.
Hadits Tentang Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi Sistem Pendidikan Islam
1.
Pengertian Sistem
Sistem adalah kesatuan yang terorganisir, terdiri atas jumlah
komponen yang saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa sistem
terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya.
Perpaduan antara komponen tersebut pada tahap operasionalnya dipandang sebagai
faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan. Untuk itu setidaknya dalam
sebuah sistem; keintegrasian, keteraturan, keutuhan, keterorganisasian dan
ketergantungan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain harus
betul-betul dikoordinasikan.
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata didik, lalu kata itu
mendapat awalan “me” sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberikan
latihan. Sedangkan secara
terminologis mendefinisikan kata pendidikan dari berbagai tujuan ada yang
melihat arti pendidikan dari kepentingan dan fungsi yang diembannya, atau ada
yang melihat dari segi proses ataupun ada yang melihat dari aspek yang
terkandung di dalamnya.
Definisi pendidikan dikemukakan para ahli dalam rangka mendukung,
merumuskan pengertian yang beraneka ragam antara lain, yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam upaya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu,
pendidikan berusaha keras demi mencapai tujuan yang diharapkan tidak lain
adalah mengharapkan munculnya manusia atau tumbuhnya manusia yang mapan dari
segi mental dan spiritual dan berkembangnya segi rohani serta jasmani sehingga
menjadi manusia paripurna. Dalam memberikan bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan cuma-cuma terhadap orang yang benar-benar membutuhkan,
pendidikan tidak diberikan begitu saja akan tetapi pendidikan mempunyai
komponen-komponen tertentu seperti adanya tujuan, cara untuk menyampaikan
kandungan itu.
3. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang Islami, artinya segala
sesuatu yang berkaitan dengan faktor, upaya dan kegiatan pendidikan bersifat
Islam, merujuk kepada konsep-konsep yang terkandung dalam ayat-ayat Allah yang
tertulis maupun yang tidak tertulis pada setiap tingkatannya, baik filosofis,
konsep, teoritis maupun praktis. Sedangkan Ahmad Tafsir memaknai pendidikan
Islam sebagai bimbingan yang diberikan seseorang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.
4. Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam berasal dari tiga kata yaitu
: sistem, pendidikan dan Islam. Sistem berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata system yang
berarti susunan suatu cara atau pola
yang berurutan tentang suatu hal. Dan pendidikan adalah suatu proses pemberian
ajaran, bimbingan yang bereupa keilmuan. Sedangkan islam adalah agama yang di
turunkan kepada Nabi Muhammad. Dari definisi-definisi di atas bisa kita rangkai
bahwa sistem pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid tentang
ilmu-ilmu Islam.
Jadi di sini di tegaskan bahwa dalam sistem pendidikan Islam hanya membahas
tentang tata cara pengajaran yang di ajarkan oleh Islam. Dari cara yang
klasik hingga cara modern.[2]
B. Sietem Pendidikan Islam Dalam Hadits
Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar
atas dasar keimanan dan ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan
dan diselenggarakan dengan maksud lillahi
Ta’ala, karena dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang
mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah,” jadi para
penyelenggara pendidikan harus mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini.
Dengan demikian dibutuhkan landasan ideologis dan filosofis untuk
membangun pendidikan Islam, dengan
merujuk kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan gagasanya
“Ajaran Iqra adalah satu seruan
pencerahan intelektual yang telah terbukti dalam sejarah mampu mengubah
peradaban manusia dari masa kegelapan.”[3]
Memahami pada dataran prakteknya memang
sering dijumpai hambatan dan rintangan,
tapi jika niat lurus dan niat beribadah
itu telah tertanam maka hal sesulit apapun akan terasa mudah, sebagaimana para
guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-tradisi demikian, sehingga tak
heran jika mereka mengajar santri-santrinya tanpa dibayar materi sedikitpun
mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti
ini merupakan ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak
terdapat pada gaya dan sistem pendidikan manapun didunia. yang mana dari dulu
sistem pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam
mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta’ala.
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap
usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai
dasar sebagai tempat berpijak yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam,
sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai
dasar sistemik yang baik dan benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam
aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun
dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan
ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan
Islam mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak
kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain ke arah
kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua
yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan
kesadaran insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya
bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua yang
dilakukan dalam ruang lingkup peraturan
Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu sendiri tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu
Al-Qur’an dan Hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan oleh
Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam dengan
ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan
manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an, Hadist dan akal sebagi
dasarnya.”[4]
Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan dasar
dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit
menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an dan Hadist menjadi landasan utama
pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:
·
Al-Quran
Dikarenakan landasan utama dan holistik
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an, maka dalam mengembangkan sayap pendidikan Islam
harus bisa menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut secara cerdas ke dalam bahasa
manusia, agar Al-Qur’an bisa lebih kontekstual dengan keadaan zaman, karena
Al-Qur’an memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek,[5]
Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran yang tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran
yang termaktub didalamnya sudah
dipastikan memuat ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-ayat yang sifatnya
temporal itu harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga pendidikan
Islam seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam
dataran praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu
asas-asas Islam sebagaimana yang digariskan Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan
HM.Arifin mengenai Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an mengandung dan membawa nilai-nilai
yang membudayakan manusia,hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung
motivasi kependidikan bagi umat manusia.[6]
·
Al-Hadits
Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk
menentukan hukum dan rujukan pola kehidupan juga menggunakan hadits nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai
sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan terhadap Al-Qur’an. Terlebih dalam dataran
praktek hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam
hadits selain merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap
persoalan yang muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari
sosok agung dalam Islam, Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep
pendidikan Islam, hadits merupakan
landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam, terlebih
dalam Hadits banyak sekali menekankan
tentang akhlak dan pendidikan.
Seiring dengan kemajuan zaman dan
perbedaan budaya, maka tuntutan dan persoalan umat menjadi rumit dan
berkembang, sedang Al-Qur’an dan Hadist sudah tidak turun lagi untuk menjawab
persoalan umat sebagaimana pada masa
kerasulan Muhammad SAW. Maka kita harus meyakini lebih dalamlagi bahwa
Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber hukum yang tak terbatas waktu, kalaupun
secara tekstual itu menunjukan hukum periodik namun secara prinsip Al-Qur’an dan Hadist berlaku tanpa batas
waktu, ini yang menuntut kecerdasan dan pemahaman untuk
lebih memahami pesan dan hukum dari kedua sumber ajaran Islam tersebut,
Sehingga pendidikan Islam selain tetap mengacu pada kedua sumber tersebut juga,
tetap terbuka terhadap unsur lain dalam menentukan rujukan seperti halnya Ahmad
Tafsir menambahkan Akal sebagai sumber filosofis pendidikan Islam.
Dengan demikian dasar-dasar Pendidikan
Islam paling tidak yaitu terdiri
dari Al-Qur’an, Sunah dan ijtihad,
walaupun sebenarya ijtihad disini hanya pemahaman dan penerjemahan terhadap
kedua sumber utama tersebut, namun seperti yang dijelaskan tadi perlunya ijtihad digunakan karena semakin
banyaknya permasalahan yang berkembang sekarang ini dalam bidang pendidikan,
sehingga ijtihad bisa menjadi sumber lain dalam penyelenggaran pendidikan,
karena diperlukannya pemikiran-pemikiran baru yang berhubungan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu adanya terobosan ilmiah sebagai
penunjang dalam pengembangan Pendidikan Islam secara sistematis.
Pengembangan sistem pendidikan yang
sistematis merupakan harapan mendasar untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam
saat ini. Jadi dengan pengembangan sistem pendidikan yang mengadopsi dari
hal-hal baru yang baik merupakan suatu keharusan, dengan catatan sesuai dengan
konsep dasar landasan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis,karena
dengan membuka diri kepada sesuatu yang
baru yang baik, sejalan dengan dialektika pendidikan. Karena pendidikan tidak
hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru mengajarkan bagaimana
suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.[7]
C. Hadits Tentang Pendidikan
حَدَّثَنَا
نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ عَنْ
عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ
قَيْسٍ قَالَ:كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ
فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ أَتَيْتُكَ مِنْ الْمَدِينَةِ
مَدِينَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي
أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: فَمَا جَاءَ بِكَ تِجَارَةٌ ؟ قَالَ: لَا قَالَ: وَلَا جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ
؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ
لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّة
Terjemahannya:
“Telah disampaikan
kepada kami oleh Nasr bin ‘Aly al-Jahd}amy, Telah disampaikan kepada kami oleh
‘Abd Allah bin Dawud, dari ‘Asim bin Raja’ bin Haywah, dari Dawud bin Jamil,
dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika aku duduk bersama Abu al-Darda’
di Masjid Damaskus, Sesorang datang kepadanya dan berkata: ‘wahai Abu al-Darda’
aku datang kepadamu dari Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah hadis
yang kamu dengarkan dari Rasulullah Saw’, Abu al-Darada’ berkata : Jadi kamu
datang bukan untuk berdagang? Orang itu menjawab: Bukan, Abu al-Darda berkata:
dan bukan pula selain itu ?, orang itu menjawab: bukan, Abu al-Darda’ berkata:
Sesungguhnya kau pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang
meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju
surga.”[8]
Hadis yang dikaji dalam makalah ini merupakan salah
satu daiantara sekian banyak hadis Rasulullah Saw. baik dalam bentuk qawliyyah ,fi’liyyah, maupun taqririyyah dimana beliau Saw sebagai seorang yang ummy (buta baca
tulis) memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu dan pendidikan.
Beliau mengangkat derajat dan sangat memuliakan para pemilik ilmu, kemudian
beliau menerapkan nilai-nilai etika yang harus dipedomani oleh orang yang
berilmu. Ini menunjukkan begaimana sunnah Rasulullah Saw. telah terlebih dahulu
menciptakan kaidah paling akurat dan nilai-nilai pendidikan paling agung, yang
kebanyakan manusia –bahkan dari alangan kaum muslimin sendiri- beranggapan
bahwa nilai-nilai pendidikan itu adalah hasil ciptaan alam modern -yang dalam
istilah Nashr Hamid Abu Zaid "intaj al-tsaqafy"- yang
tidak diketahui kecuali oleh Barat.[9]
Pada hadis tersebut terkandung anjuran dan pahala yang
sangat besar bagi mereka yang meniti jalan untuk mencari ilmu melalui berbagai
media pendidikan, bahkan Rasulullah Saw memberikan garansi kemudahan mencapai
surga bagi mereka yang meniti jalan untuk mencari ilmu.
Perintah meniti jalan-jalan pendidikan untuk mendapat
ilmu juga disinggung oleh al-Qur’an salah satunya adalah firman Allah Swt:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ
لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ
لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا
إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Terjemahannya:
“Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.”[10]
Pada ayat di atas Allah Swt memberikan penjelasan
secara eksplisit tentang tujuan pendidikan Islam yakni agar dapat mengajarkan
kepada kelompok masyarakat tempat mereka hidup dan bersosialisasi, nilai tujuan tersebut agar masyarakat dapat menjaga diri
mereka baik secara individual maupun kelompok.
Tujuan pendidikan secara filosofis berdasarkan pemahaman dari ayat di atas maupun hadis Rasulullah Saw yang
sedang dikaji memberikan penjelaskan bahwa manusia sejatinya adalah makhluk
yang disempurnakan dengan akal oleh Allah Swt yang merupakan potensi dasar
manusia, dengan potensi dasar tersebut manusia diharuskan untuk menuntut ilmu
melalui proses pendidikan. Oleh karena itu tujuan meninti jalan ilmu pada
hakikatnya adalah agar manusia dapat lebih mengenal dirinya dalam artian
memanusiakan manusia, agar ia benar-benar mampu menjadi khalifah di muka bumi.[11]
Nilai penting lainnya dari memahami hadis di atas
adalah bahwa dalam meniti jalan menuntut ilmu terdapat proses pendewasaan
jasmani dan rohani[12] yakni bahwa selain tujuan filosofis terdapat pula
tujuan insidental yaitu meningkatkan kecerdasan motorik, emosional, intelektual
dan spiritual,[13] sebab
dalam meniti jalan menuntut ilmu dibutuhkan ketenangan dan kesabaran dalam
menghadapi berbagai kesulitan-kesulitan dalam belajar, Sebab kesuksesan seorang
penuntut ilmu terletak dalam kesabarannya menghadapi berbagai bentuk kesulitan,
kesusahan, dan keletihan dalam mengarungi proses pendidikan. Seluruh bentuk
kesulitan yang dihadapi oleh penuntut ilmu merupakan proses pendewasaan
jasmani dan rohani. Dalam al-Qur'an Allah Swt mengisahkan tentang perjalanan
Nabi Musa –‘alaihi al-salam- bersama dengan pembantunya untuk
mendapatkan ilmu dari Nabi Khidhr –‘alaihi al-salam- sebagaimana yang
Allah firmankan:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا
أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا
Terjemahannya:
“Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan; atau Aku
akan berjalan sampai bertahun-tahun".[14]
Pada ayat di atas menjelaskan betapa seorang Nabi
Allah Swt Musa –‘alihi al-salam- yang bergelar kalim al-rahman (teman
dialog bagi Allah Swt) terus berusaha meniti jalan dengan kesabaran menuju ilmu
hingga sampai ke tempat pendidikan –pertemuan dua buah lautan – dimana beliau
akan mendapatkan proses pendidikan lanjutan dari Allah Swt. melalui gurunya
yang bernama Khidhr –‘alaihi al-salam-.
Adapun tentang gambaran dimudahkannya seorang peniti
jalan dalam menuntut ilmu menuju ke surga, al-Nawawy menjelaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan hal itu adalah hendaknya seseorang menyibukkan dirinya
menuntut ilmu-ilmu yang disyari’atkan (al-‘ulum al-syar’iyyah) dengan
syarat dia menuntut ilmu hanya mengharap rida Allah Swt, para ulama
mempersyaratkan adanya niat yang ikhlas karena Allah Swt dalam menempuh proses
pendidikan yang melelahkan sebab mayortitas manusia meremehkan keikhlasan dalam
belajar utamanya para pemula.[15] Sebab
kemudahan meniti jalan ke surga bagi para peniti jalan menuntut ilmu diukur
berdasarkan kadar keihlasannya dalam menjalani proses pendidikan yang
melelahkan tersebut.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa makna dari
kata thariqan dan ‘ilmandalam hadis tersebut
adalah bahwa setiap manusia hendaknya memanfaatkan seluruh media pendidikan
yang dapat membantu untuk mendapatkan ilmu utamanya ilmu agama secara bertahap
dan berkesinambungan dengan tetap mengedepankan keikhlasan dan kesabaran dalam
meniti proses pendidikan baik formal maupun non-formal, dan kemudahan meniti
jalan menuju surga dapat dipahami bahwa ilmu dapat membantu memberika kemudahan
dalam mengamalkan amal-amal saleh yang dapat dengan mudah pula menghantarkan
menuju surga Allah Swt.
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ
عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ
تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ
وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ (رواه أبو داود)
Artinya : “Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi
dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah
saw bersabda : “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan
dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati
masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R.
Abu Dawud)
Setiap anak
dilahirkan atas fitrohnya yaitu suci tanpa dosa, dan apabila anak tersebut
menjadi yahudi atau nasrani, dapat dipastikan itu adalah dari orang
tuanya. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang
harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu
bisa tumbuh berkembang dalam pedndidikan yang baik dan benar.
Rasulullah Bersabda:
“Hamid
bin Abdirrahman berkata, aku mendengar Muawwiyah berkata, aku mendengar
Rasulullah saw Bersabda:” Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang
yang baik, maka Allah akan memberikan kepadanya pengetahuan dalam Agama,
sesungguhnya aku adalah orang yang membagi sementara Allah adalah sang pemberi,
umat ini tidak akan pernah berhenti menegakkan perintah Allah, dan tidak akan
medhoroti mereka, orang-orang yang menentangnya sampai datang hari kiamat.” (HR. Bukhori, Bab Siapapun yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah pahamkan ia dalam masalah agama).
Hadis di
atas menerangkan kepada kita bahwa kehendak Allah untuk menjadikan kita
baik,itu digantungkan dengan kepahaman kita menyangkut agama. Ilmu agama adalah
ilmu yang berkaitan dengan akhlak, maka dengan semakin tinggi pemahaman
seseorang terhadap masalah agama maka akan semakin baik pula akhlak dan
perilakunya yang puncaknya bisa mengantarkannya menjadi orang yang takut kepada
Allah semata. Kalau dewasa ini kita sering melihat seseorang yang dalam
pengetahuan agamanya namun dia justeru makin tenggelam dalam kesesatan, itu dikarenakan
ia salah dalam mengaplikasikan ilmunya. Dia hanya pandai beretorika namun hampa
dari pengamalan. Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata,” Bahwa yang
dikatakan orang Alim bukanlah orang yang banyak ilmunya, namun yang dinamakan
orang alim adalah orang yang bias mengamalkan ilmunya.” Rasulullah memberikan
peringatan kepada kita dengan sabdanya “ barangsiapa makin tambah ilmunya namun
tidak bertambah hidayahnya, maka ia semakin bertambah jauh dari Allah swt.”
Bahkan Allah dengan tegas mengatakan bahwa yang disebut ulama hanyalah orang
yang takut kepadaNya semata.” Innama Yakhsyallaha min ibaadihil ulama”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan
proses perubahan sikap dan tatalaku orang dalam usaha mendewasakan manusia
supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan Islam adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam al-qur’an dan
as-sunnah/al-hadits.
Al-qur’an merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan
secara khusus, kelebihan dalam al-qur’an terletak pada metode yang
menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di
dalamnya, al-qur’an mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa
meng-Esakan Allah, serta mengimani hari akhir.
Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul
Allah SWT, pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya. Al-Hadits sebagai dasar Islam tidak terlepas dari fungsi itu sendiri
terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah sangat penting.
[2] Bakhtiar, Adam. Paradigma Pendidikan Islam.
[4] Ahmad Tafsir, Op.
Cit. hal. 22.
[6].Arifin, M.Ed.Op.Cit. h. 33
[7]
Muhmidayeli, Membangun Paradigma
Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana
UIN Suska Riau, (Pekanbaru, 2007),
h. 215.
[8]
Abu ‘Abd Allalh Muhammad
bin Yazid al-Qazwiny Ibn Majah, Sunan Ibn Majah (Riyad: Maktabah
al-Ma’arif, T.Th), 56.
[9]Yusuf
al-Qardawy, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,terj. Abad
Badruzzaman (Yogya karta: Tiara
Wacana, 2001), 192-193.
[11] Mastuhu, Menata Ulang
Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21 (Yogyakarta: Safiria
Insani Press, 2003), 136.
0 komentar:
Posting Komentar