Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 23 September 2016

Mari Berhizib; Download Hizib Nahdaltul Wathan



Mari Berhizib; Download Hizib Nahdaltul Wathan
(download geratis: Hizib NW, Barzanji dan Wasiat Renungan Masa)

Hizib Nahdlatul Wathan adalah kumpulan do’a yang berasal dari Al Qur’an, sahabat Nabi dan para ulama besar, yang dihimpun dalam sebuah kitab oleh pendiri Nahdlatul Wathan Dato’ Maulana Syaikh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Hizib dari segi lughoh disebut perhimpunan. Hizib ini mendapat tempat yang sangat tinggi di dalam hati pecinta warga Nahdlatul Wathan bahkan non Nahdlatul Wathan dari kalangan Kaum Muslimin baik dalam maupun luar negeri.

Dalam muqaddimahnya oleh Al-Maghfuru lah Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyusun buku ini dikarenakan mengingat kondisi umat islam saat itu, masa kini dan masa yang akan datang bahwa Umat senantiasa berada dalam keadaan sulit dan tidak kondusif. Ummat Islam mengalami krisis multidimensi yang luar biasa mulai dari krisis keimanan, krisis ketakwaan dan krisis keagamaan.

Lantas dengan di bukukannya doa Hizib Nahdlatul wathan ini, begitu sangat memberi manfaat bagi seluruh umat islam saat itu dan insyaallah juga dimasa sekarang dan yang akan datang. Membaca doa Hizib Nahdlatul wathan secara konsisten akan menumbuhkan pribadi yang kental akan nilai-nilai keislaman, dapat memunculkan ide-ide cemerlang demi perjuangan dan semangat menegakkan ajaran agama Islam. 

Isi Kandungan Doa hizib hanyalah untuk meng-Esakan Allah dan meningkatkan keimanan menjaga ketakwaan serta menjalin hubungan kekeluargaan dengan orang-orang shaleh. Tentu doa tanpa usaha yang real adalah mustahil dan sia-sia. Bagi para thollab atau santri Nahdlatul wathan juga di latih agar istiqomah membaca hizib nahdlatul wathan sembari melakukan usaha belajar dan berjuang dengan giat penuh kesungguhaan karena ilmu yang  barokah yang berasal Allah SWT akan sangat bermanfaat bagi mereka nantinya dalam kehidupan. Ilmu sebagai bekal hidup di dunia sampai menuju tempat terindah memetik buah dari perjuangan yang panjang dan melelahkan di akhirat nanti.

Banyak cerita yang beredar di tengah masyarakat, banyak pula kisah nyata, dan telah terbukti ada  manfaat lebih yang didapat setelah istiqomah membaca hizib nahdlatul wathan. Diantaranya ada yang mendapat titik pencerah setelah lama terperangkap dalam dunia gelap, banyak yang menjadi lebih bersyukur dengan keadaan yang di alaminya walaupun cobaan silih berganti ia jadikan setiap deritanya adalah pelajaran yang harus ia renungi bisa jadi cobaan itu adalah azab karena kesalahan diri sendiri. Mereka akan menjadikan penderitaan itu sebagai kesempatan untuk menambah iman dan memperkuat ketakwaa kepada Allah selalu mendekatkan diri kepada Nya.

Sehubungan dengan hal tersebut, semata-mata mengharap Ridha Ilahi saya mengupload hizib ini untuk bisa didownload sehingga bisa dimiliki untuk semua kaum muslimin dengan harapan hizib NW menyebar luas ke seantero dunia sehingga semakin banyak yang mendoakan agama Islam pada umumnya dan organisasi Nahdlatul Wathan pada khususnya.

HIZIB Nahdlatul Wathan bisa diamalkan baik secara berjamaah atau diamalkan tidak secara berjamaah dengan mengamalkan hizib ini, berarti kita sudah membantu mendoakan perjuangan Guru Besar kita AL-Magfuru Lahu Maulana Syaikh TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam memperjuangkan agama Islam melalui Organisasi Nahdlatul Wathan. Silahkan anda miliki hizib ibi secara gratis dengan mengklik link di bawah ini.  Semoga bermanfaat di dunia dan di akhirat. Amin ya Robbal Alamin.  

  1. Teks Hizib  Nahdlatul Wathan clik disini
  2. Mp3 Hizib  Nahdlatul Wathan Bagian 1 clik disini
  3. Mp3 Hizib  Nahdlatul Wathan Bagian 2 clik disini
  4. Wasiat Renungan Masa clik disini
  5. Al-Barzanji Nahdlatul Wathan  clik  (Cover, Kata Pengantar, Bagian 1 dan Bagian 2)

PERADABAN BARAT MODERN DALAM TIMBANGAN ISLAM



PERADABAN BARAT MODERN DALAM TIMBANGAN ISLAM


Oleh:
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.

Semangat Peradaban Barat Modern
Peradaban Barat modern saat ini jika dianalisis secara teliti akan nampak bahwa tubuhnya merupakan komponen-komponen dari berbagai keberhasilan teknologi, kemakmuran fisik, dan segala jenis kemudahan duniawi. Sarana transportasi yang demikian modern, peralatan telekomunikasi canggih, dan perkembangan teknologi modern yang hampir menyentuh segala aspek kehidupan kemanusiaan merupakn buah dari peradaban Barat yang tak dapat dipungkiri kegunaan dan manfaatnya, kecuali oleh orang-orang yang picik.
Dilain pihak, dibalik segala kemajuan dan kecanggihan teknologi tersebut, nampak berbagai kelemahan dan bahaya yang menyerang aspek spiritualisme dan kejiwaan manusia. Peningkatan penderita psikopath, stress dan depressi; kerusakan moralyang mengakibatkan berbagai penyakit sosial___seperti: Tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, dan pergaulan yang serba permisifistis___sehingga berakibat meningkatnya kasus kehamilan diluar nikah dan ledakan penderita AIDS. Hal ini terjadi karena jiwa peradaban modern bersumberkan pada materialisme pragmatis serta ideologi buatan manusia yang kering dari nilai-nilai transedental dan kesucian ruhiyyah.

Akar Ideologis Peradaban Barat
Peradaban Barat jika dilihat dari segi ilmiah bersumber pada filsafat rasionalisme ilmiah, yang mendasarkan segala sesuatu pada penelitian dan eksperimen. Walaupun perlu dicatat bahwa metode penelitian dan eksperimen merupakan metode yang ditemukan oleh para ilmuwan muslim dan berasal dari Islam.

Karakteristik Peradaban Barat
Prof. DR. yusuf Al Qardhawi (1995)___seorang pakar fikih dan pemikir Islam paling terkemuka di dunia saat ini___membuat analisis tentang beberapa karakteristik Pemikiran Barat Modern berdasarkan Pemikiran Islam, sebagai berikut:
I. Tidak Mengenal Allah Secara Benar
Peradaban Barat modern tidak mengenal Allah secara benar. Konsep ketuhanan mereka hanya menganggap Tuhan sebagai penguasa langit, tetapi Tuhan tidak berkuasa di bumi. Bumi adalah daerah kekuasaan manusia dan Tuhan tidak boleh ikut campur dalam urusan manusia. Mengapa? Karena manusia lebih mengetahui apa yang baik bagi dirinya daripada Tuhan dan Tuhan terlalu suci untuk ikut mengatur semua itu.
Pemahaman ini bersumber dari konsep pemikiran Aristoteles dan Plato tentang Tuhan. Menurut Aristoteles, Tuhan adalah Mahasuci dan karena ke-Mahasucian-Nya maka Tuhan tidak memikirkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Ia hanya disibukkan memikirkan diri-Nya. Lebih jauh dari Aristoteles, Plato___murid Aristoteles___, lebih “menyucikan” Tuhan, sehingga Tuhan menurut Plato tidak memikirkan apa-apa. Sebab, Ia terlalu suci untuk berpikir, walaupun memikirkan diri-Nya. Sungguh menyedihkan!

2. Mitos Primetheus Si Pencuri Api Suci
Dalam filsafat Yunani kuno dikenal sebuah cerita mitos tentang Primetheus si pencuri api suci. Ia seorang manusia penjaga api ilmu pengetahuan milik Tuhan (Dewa Zeus). Lalu, ia (Primetheus) mencuri api ilmu pengetahuan dan melarikan diri ke dunia. Dengan bekal ilmu pengetahuan tersebut, ia mampu mengembangkan dan membangun dunia. Tetapi, hal itu menimbulkan kemarahan Tuhan, sehingga berakhir pada « perkelahian » antara Tuhan dengan manusia yang dimenangkan oleh manusia.
Mitos sederhana ini berdampak begitu mendalam terhadap mayoritas masyarakat Barat. Dua kata kunci (keyword) dari mitos tersebut yang dapat diambil, yaitu: Konflik manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam. Sebagian besar masyarakat Barat membenci Tuhan yang digambarkan tidak rela ilmu-Nya dipelajari oleh manusia (hal ini kemudian tercermin pula pada kitab Injil tentang perkelahian manusia dengan Tuhan, ajaran Marx bahwa agama adalah candu bagi masyarakat dan puisi Nietsche yang menyatakan bahwa Tuhan telah mati).
Kata kunci yang kedua adalah konflik antara manusia dengan alam. Sebagian besar masyarkat Barat menganggap alam sebagai musuh yang harus ditaklukkan (bukan mitra manusia sebagaimana dalam pandangan Islam yang tercermin dalam Hadis-hadis Rasulullah saw., diantaranya, “gunung Uhud ini mencintai kita dan kitapun mencintainya.” “Kalau kalian berperang jangan membunuh binatang ternak, jangan menebang pohon-pohon dan membakar lading-ladang kecuali untuk keperluan makan kalian.”) Pandangan ini diimplementasikan dalam bentuk eksploitasi terhadap alam. Akibatnya, terjadi kerusakan ozon dan lingkungan, serta habisnya energi sumber daya alam di bumi.

3. Terperangkap Aliran Materialisme
Aliran materialisme menjadikan interpretasi atas segala sesuatu berdasarkan materi semata-mata. Apa yang ditangkap oleh pancaindra harus diterima. Sementara, apa yng ditangkap di luar pancaindra adalah nonsense yang tidak perlu digubris apalagi dipikirkan. Aliran materialisme ini kemudian berkembang dan menafikan segala sesuatu yang bersifat norma dan akhlak, menganggapnya sebagai kepura-puraan (dengan menyelewengkan arti kata munafiq), dan pada fase finalnya adalah mengingkari segala yang gaib.
Ajaran materialisme lalu masuk ke segala bidang. Pepatah time is money tidak lagi memperdulikan apakah uang tersebut halal atau haram. Pernikahan tidak ditujukan untuk bersama-sama melaksanakan rida Allah Swt. sekuat tenaga, tetapi mengedepankan nilai materi semata. Pendidikan lebih mengutamakan pada konsumsi akal semata dan menbiarkan kegersangan batindan ruhani.

4. Bahaya Aliran Sekulerisme
Ajaran sekulerisme berawal pada abad pertengahan. Setelah Barat belajar pengetahuan dari Islam, bermunculanlah para ilmuwan dan pakar dengan berbagai teori (yang kemudian ditentang oleh para agamawan disana) yang berbunut pada peperangan antara ilmuwan dengan agamawan. Akibatnya, terjadinya pembantaian besar-besaran terhdap para ilmuwan, dengan penyaliban dan pembakaran (termasuk yang terbunuh, diantaranya Galileo Galilei di pengadilan Roma). Karena para ilmuwan berada pada kebenaran, drama ini diakhirin dengan pemberontakan besar-besaran menentang gereja yang berakibat lahirnya ajaran sekulerisme, yang memisahkan agama dari ilmu pengetahuan dan memisahkan agama dari hukum dan Negara.
Sejarah lahirnya sekularisme di Barat yang demikian pahit dan melahirkan permusuhan pada agama dapat dipahami. Tetapi beberapa pertanyaan yang crucial dan perlu dijawab adalah: Apakah karena ajaran Islam sehingga ia harus turut menanggung akibatnya? Apakah karena ajaran Islam bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sehingga keduanya perlu dipisahkan? Bukankah dalam sejarah Islam tidak pernah terjadi pertentangan antara agama dan ilmu pengetahuan sebagaimana yang terjadi di Barat? Bukankah ditangan para intelektual Islamlah berkembangnya ilmu pengetahuan dan akhlak secara bersama-sama, yang kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh para sarjana di Barat (ilmu pengetahuanny saja) sehingga melahirkan bahwa agama tidak ilmiah dan tidak sesuai dengan logika.
Lebih berbahaya lagi, jika agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, sehingga setiap orang bebas untuk berbuat maksiat walaupun ia Muslim, tanpa seorangpun boleh mencegahnya. Ini jelas bertentangan dengan prinsip Islam yang menganjurkan amar makruf nahi mungkar. Hadis Rasulullah saw., “Ubahlah kemungkaran itu dengan tanganmu, jika tidak mampu maka dengan lisanmu dan jika tidak mampu maka dengan hatimu, tapi itu adalah selemah-lemah iman.” Sebagai seperangkat aturan dan norma, agama pun membutuhkan pengakuan dan institusi dari pemerintah yang menjamin pemberlakuan sanksi bagi pelanggar-pelanggarnya. Mengapa? Hal ini dilakukan demi terpeliharanya eksistensi dan orisinalitas ajarannya.

5. Superioritas Atas Bangsa Lain

Kelemahan suatu kelompok, suku, ras, atau bangsa adalah jika ia sudah merasa lebih tinggi dari bangsa yang lain, sehingga menganggap bangsa lain sebagai bangsa yang boleh direndahkan dan dieksploitasi. Superioritas Jerman dengan ras Arianya telah melahirkan rezim Nazisme Hitler dengan korban yang besar. Superioritas kulit putih Australia menimbulkan penindasan terhadap bangsa Aborigin sebagai bangsa asli benua tersebut. Superioritas kulit putih Amerika telah menjadi alat penindasan terhadap bangsa kulit hitam (Ku Klux Clan) dan Indian Amerika. Kesemua kesombongan kebangsaan dan ras itulah yang telah mengukir lembaran hitam dalam sejarah manusia dengan penjajahan yang dilakukan bangsa Barat selama ratusan tahun terhadap bangsa timur yang menimbulkan dua perang terbesar dunia dengan korban jutaan manusia.
Hal ini yang merupakan kelanjutan dari sikap superioritas Barat atas bangsa lain ini adalah politik hegemoni Barat atas bangsa lain. Dijadikannya PBB sebagai alat oleh Amerika dan Barat untuk melanggengkan kepentingannya. Dan, lembaga keuangan dunia sebagai penekan bagi negara-negara berkembang membuktikan sikap ini.

Lima Konsep Peradaban Barat yang Harus Diwaspadai

Peradaban menurut Samuel Huntington, adalah sebuah entitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif. (Samuel Huntington, 2004, 42).
Sedangkan istilah Barat adalah istilah untuk merujuk sebuah peradaban (western civilization) yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, seperti Prancis, Jerman, Inggris dan lainnya, terutama dalam hal pemikiran (filsafat), perkembangan ilmu pengetahuan (sains), politik, ekonomi dan seni. Peradaban ini berasas pada pemikiran Yunani Kuno (filsafat), Romawi (undang-undang kenegaraan), dan tradisi (budaya) keagamaan Kristen-Yahudi Barat yang berkembang setelah zaman modern (enligtenment).
Ibarat manusia, usia peradaban Barat kini sudah tua. Ketika peradadaban Islam memimpin dunia pada abad 8-14 masehi, Barat masih belum lahir. Dalam kurun itu perkembangan dunia Barat masih terbelakang (dark ages). Mayoritas bangsa Eropa dipimpin oleh para penguasa yang kejam. Para pemuka agama (pendeta) memonopoli gereja untuk kekuasaan, penyelewengan penindasan dan praktik perbudakan. Untuk memenuhi hasrat kuasa, ratusan ribu orang menjadi korban, mayoritas perempuan: dijadikan budak, dihinakan, harta benda mereka dikuasai dan tubuh mereka disiksa (inkuisisi). Para pendeta merubah isi Kitab Injil (bible) untuk melegitimasi tindakan mereka.
Fakta ini mendorong para pemuda untuk membebaskan diri dari keterkungkungan dan ketertindasan mereka (liber). Ide ini menjadi doktrin utama pandangan hidup Barat yang membuka kebebasan berpikir (liberalisme). Paham liberalisme mengajarkan kebebasan (bebas) dari ajaran agama, bebas dari doktrin gereja (teologi Kristen). Falsafah ini juga mendorong kepada kebebasan (pengakuan) hak-hak individu dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan seterusnya. Sebagai upaya membebaskan diri dari kekejaman para penguasa dan pemuka agama Kristen itu, muncul gerakan reformasi gereja dan pengkajian (pemahaman kembali) terhadap Bibel secara kritis (biblical criticism) atau hermeneutika.
Dari situ kemudian berkembang paham-paham lain yang bersumber dari liberalisme yang turut diperjuangkan masyarakat Barat, seperti:
ü  rasionalisme (ringkasnya: berpijak kepada akal-rasio)
ü  empirisme-pragmatisme (berpijak kepada pengalaman-kemanfaatan praktis)
ü  desakralisasi agama (menggugurkan kesucian agama)
ü  non-metafisis (menolak argumentasi ketuhanan)
ü  sekularisme-dichotomy (pemisahan antara agama dan ilmu/ kehidupan sosial)
Dinamika ini membuat Barat berhasil membangun peradabannya terutama dari sisi filsafat, sains, dan sosial-politik. Mereka terlahir kembali (rebirth) di abad 16-17 yang dalam istilah Perancis disebut dengan renaissance. Ini ditandai dengan pelbagai revolusi yang meletus di negara-negara Barat yang berpuncak pada era enlightenment (pencerahan) pada abad 17-19. Barat telah berkembang terutama dari sisi ekonomi kapital (revolusi industri) dan memasuki era modern (Barat Modern). Untuk menguasai dunia, Barat kemudian membuat kebijakan penjajahan (kolonialism) terhadap negara-negara lain, terutama negara-negara Islam setelah runtuhnya Khilafah Ustmani pada tahun 1924.
Di masa tuanya ini sekarang, setelah melalui masa modern (postmodernism), Barat menggencarkan penjajahan model baru (neokolonialism) dengan cara menyebarkan ide-ide pemikirannya (ghazwul fikr) terhadap negara-negara lain secara global (globalisasi). Semua wilayah dunia harus terbaratkan (westernisasi) melaui corong modernisme (modernisasi) dan demokrasi. Ide-ide yang dibawa sebagai berikut:
ü  nihilisme (sederhananya, pengingkaran terhadap tuhan)
ü  relativisme (tidak ada kebenaran yang mutlak)
ü  anti-otoritas (tidak ada klaim kebenaran)
ü  pluralisme-multikulturalisme (tidak ada yang paling benar)
ü  equality (kesetaraan)
ü  feminisme/gender (tidak ada yang fitrah antara laki-laki dan perempuan).
Liberalisme pun memiliki beberapa varian. Di bidang ekonomi, liberalisme menjadi ideologi kapitalisme (neoliberal). Artinya, yang berkuasa yang punya modal. Di bidang politik, ia berwajah demokrasi-liberal. Paham ini menyuarakan kebebasan berekspresi. Di bidang pendidikan, ia melahirkan konsep pendidikan sekular (dikotomi) yang memisahkan agama dari ruang sosial dan ilmu pengetahuan. Di wilayah sosial-budaya, ia menyebarkan pergaulan bebas (permissive society) dan pornoaksi. Dan di wilayah pemikiran (filsafat agama), ia membawa paham relativisme dan pluralisme agama (multikulturalisme). Artinya, tidak ada otoritas dan kebenaran mutlak dalam agama (semua sama).

Budaya Barat dipasarkan ke Indonesia
Paham-paham tersebut dipasarkan ke negara-negara berkembang terutama Indonesia melalui banyak pintu. Melalui jalur demokrasi: ia berwujud Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan berekspresi (pornoaksi), antikekerasan, dan sebagainya.
Budaya Barat itu juga memanfaatkan fasilitas teknologi-informasi, berupa pesan-pesan atau berita di layar kaca (baik televisi maupun internet). Yang lebih sistematis, liberalisasi itu masuk melalui sistem (kebijakan) politik dan (kurikulum) pendidikan terutama di Perguruan Tinggi Islam. Fakta yang terakhir ini dikupas cukup detail oleh Adian Husaini dalam karyanya, “Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam” (2010).
Terkait hal ini, Hamid Fahmy Zarkasyi dalam “Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan Bersama Missionaris, Orientalis dan Kolonialis” (2010) menjelaskan bahwa liberalisasi pemikiran Islam disebarkan secara intensif melalui 5 hal:
Pertama, penyebaran doktrin relativisme
Prinsip ini mengajarkan bahwa tidak ada lagi kebenaran absolut, bahkan kebenaran agama itu kosong (nihilisme). Paham ini diutarakan oleh Nietszche sebagai kritik atas teologi Kristen yang menurutnya banyak kerancuan. Yang menjadi ukuran hanyalah manusia (humanisme). Bahkan, paham ini pada akhirnya menuhankan manusia.

Kedua, melakukan kritik terhadap Al-Quran
Upaya ini berasal dari usaha umat Kristian Protestan yang mengkritik Bibel (hermeneutika), kemudian dicoba ke Kitab Suci Al-Quran. Usaha ini merupakan proyek orientalis. Ironisnya, proyek itu di-copy paste oleh para pemikir liberal yang beragama Islam. Tujuannya agar Umat Islam menjadi ragu dan menolak kesucian (desakralisasi) Al-Quran. Umat Islam yang terjangkit virus liberal ini akan keluar dari agamanya secara pelan-pelan.

Ketiga, penyebaran paham pluralisme agama
Paham pluralisme berasal dari relativisme yang dipopulerkan pemikir asal Inggris John Hick, orangnya sekarang kerja di AS. Doktrin ini menyatakan bahwa semua agama sama-sama benar dan valid. Paham ini kemudian disebarkan oleh para orientalis dan pemikir liberal ke dalam pemikiran keislaman. Dampak paham ini sangat dahsyat, seperti maraknya kawin lintas agama, doa bersama, natal bersama.

Keempat, mendekonstruksi Syariah
Paham ini berasal dari filsafat posmodernisme dunia Barat yang memembongkar (dekonstruksi) teks-teks Bibel. Cara ini dicoba dilakukan terhadap hukum-hukum Islam (syariah) sejalan dengan penyebarkan paham humanisme, yakni paham yang manyatakan bahwa ukuran segala sesuatu adalah manusia. Dalam konteks syariah, banyak upaya menggugurkan syariah, seperti “kontektualisasi ijtihad”, “maslahah harus diutamakan daripada syariah”. Akibat dari doktrin adalah kerancuan konsep dzonni (tsawabit) dan dzonni (mutaghayyirat) sehingga tidak ada sakralitas dalam agama (relatif).

Kelima, penyebaran paham feminisme dan gender
Ini yang paling ngetren saat ini. Inti dari pandangan ini bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan tidak lagi secara biologis, melainkan hasil konstruksi sosial dan budaya. Ajaran ini setali tiga uang dengan equality (persamaan). Maka tidak heran, jika di Barat seorang waria berhasil menjadi pendeta dan seorang feminis (Aminah Wadud) sudah berhasil menjadi imam shalat Jumat. Bahayanya, ending doktrin ini melegalkan hubungan sesama jenis (lesbi dan homoseksual). Paham ini juga jelas bertujuan merusak rumahtangga keluarga Muslim.

Semua konsep yang berasal dari pengalaman masyarakat Barat ini senantiasa membahayakan dan berkonfrontrasi langsung dengan umat dan peradaban Islam secara abadi, sebagaimana yang disinggung oleh Wan Mohd. Nor Wan Daud dalam karya kulli Adian Husaini, “Wajah Peradaban Barat, dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal” (2005).
Simak pernyataan Samuel Zwemmer dalam Konferensi Misionaris di kota Yerussalem tahun 1935:
“Misi utama kita sebagai seorang Kristen bukan menghancurkan kaum Muslimin, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam, agar menjadi seorang Muslim yang tidak berakhlak…generasi baru yang jauh dari Islam. (Yakni) generasi Muslim yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas, dan hanya mengejar hawa nafsunya. Misi (ini) mempunyai dua tugas: menghancurkan peradaban lawan (Islam) dan membina kembali dalam bentuk peradaban Barat. Ini perlu dilakukan agar Muslim dapat berdiri pada barisan budaya Barat akhirnya muncul generasi Muslim yang memusuhi agamanya sendiri.”
Apa yang diinginkan peradaban Barat terhadap Islam yang disampaikan secara jujur oleh Zwemmer 77 tahun lalu itulah yang kini masih terus diupayakan hingga saat ini.*

Penulis adalah mahasiswa pascasarjana (S3) Universitas Islam Neger (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau

Kamis, 22 September 2016

PENELITIAN PENGEMBANGAN (RESEARCH AND DEVELOPMENT )

Pengertian, Tujuan dan Langkah-langkah R&D

A.    Pengertian Penelitian Pengembangan Research and Development  (R&D)


Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) saat ini merupakan salah jenis penelitian yang banyak dikembangkan.  Penelitian pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat menjadi penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Pengertian Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) sering diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud dengan produk dalam konteks ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model- model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen,dll.
 
Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) Menurut Gay (1990) merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut:

Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.

Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.

Penelitian pengembangan  (R & D) dalam pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.

Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.

Sedangkan Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yakni sebagai pengembangan prototipe produk dan sebagai perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut

Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua jenis, yakni pertama penelitian yang difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut. Kedua, penelitian yang dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang efektif.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran
B.    Tujuan Penelitian Pengembangan
Pada tujuan penelitian pengembangan biasanya berisi dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar. Dapat dikatakan  bahwa tujuan Penelitian Pengembangan adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan dari suatu produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi kedepan.

Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan khusus dalam bidang pendidikan dibedakan berdasarkan aspek pengembangan, yakni bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis. Berikut ini penjelasannya :


Tujuan Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan 


1.   Pada bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.

2.   Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi.

3.   Pada bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.

4.   Pada bagian pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.

C.     Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan

Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
  1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
  2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
  3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.
  4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain :
  1. Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
  2. Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
  3. Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.
D.    Langkah-langkah dan Metode Penelitian Pengembangan

Secara umum langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan mencakup:
a.      Potensi dan Masalah
b.      Mengumpulkan Informasi
c.       Desain Produk
d.      Validasi Desain
e.       Perbaikan Desain
f.       Uji Coba Produk
g.      Revisi Produk
h.      Ujicoba Pemakaian
i.        Revisi Produk Lanjut
j.        Pembuatan Produk Masal

Model Langkah-langkah Penelitian Pengembangan

Adapun  langkah-langkah penelitian pengembangan (R & D) menurut Borg dan Hall (1989:775) adalah  a)  Penelitian dan Pengumpulan Data, b)  Perencanaan, c) Pengembangan Produk Awal, d) Uji coba produk awal / Uji Coba Terbatas, e) Penyempurnaan Produk Awal, f) Uji Coba Lapangan Lebih Luas, g)  Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas, h) Uji Coba Produk Akhir, i)  Revisi atau Penyempurnaan Produk Akhir, j) Diseminasi dan Implementasi
a.      Penelitian dan Pengumpulan Data
Pada tahap ini, paling tidak ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur, digunakan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Melalui studi literatur dikaji pula ruang lingkup suatu produk, keluasaan penggunaan, kondisi pendukung, dll. Melalui studi literatur diketahui pula langkah-langkah yang paling tepat untuk mengembangkan produk. Studi literatur juga akan meberikan gambaran hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan suatu produk tertentu. Selain studi literatur, perlu juga dilakukan studi lapangan atau dengan kata lain disebut sebagai pengukuran kebutuhan dan penelitian dalam skala kecil (Sukmadinata: 2005). Dalam mengembangkan suatu produk, sebaiknya didasarkan atas pengukuran kebutuhan (need assessment).  

b.      Perencanaan
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka dibuat perencanaan / rancangan produk yang antara lain mencakup : a) tujuan dari penggunaan produk; b) siapa pengguna dari produk tersebut; c) deskripsi dari komponen-komponen produk dan penggunaannya.

c.       Pengembangan Produk Awal
Pengembangan produk awal merupakan draft kasar dari produk yang akan dibuat.Meskipun demikian, draft produk tersebut harus disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draft atau produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta bantuan para ahli dan atau praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji coba di belakang meja/ desk try out atau desk evaluation).Pada tahap ini sering juga disebut dengan tahap validasi ahli. Uji coba atau evaluasi oleh ahli bersifat perkiraan atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika dari para peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapatkan kelayakan secara mikro, kasus demi kasus untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum atau digeneralisasi.

d.      Uji coba produk awal / Uji Coba Terbatas
Setelah uji coba diatas meja, maka dilakukan uji coba lapangan di sekolah ataupun di laboratorium. Menurut Borg and Hall (1989), uji coba lapangan produk awal disarankan dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah dengan jumlah responden antara 10 sampai 30 orang. Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal tersebut.

e.       Penyempurnaan Produk Awal
Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

f.       Uji Coba Lapangan Lebih Luas
Meskipun sudah diperoleh produk yang lebih sempurna, tetapi uji coba dan penyempurnaan produk masih perlu dilakukan sekali lagi. Hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan memenuhi standar tertentu. Oleh karena itu target populasinyapun harus disesuaikan. Uji coba dan penyempurnaan pada tahap produk awal masih difokuskan kepada pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi. Kelayakan populasi dilakukan dalam uji coba dan penyempurnaan produk yang telah disempurnakan. Dalam tahap ini, uji coba dan penyempurnaan dilakukan dalam jumlah sampel yang lebih besar. Borg dan Gall (1989), menyarankan dalam tahap ini digunakan sampel sekolah 5 sampai dengan 15 sekolah, dengan sampel subjek antara 30 sampai 100 orang (Ini bersifat relatif, tergantung jumlah-kategori-dan karakteristik populasi). Langkah-langkah uji coba produk yang telah disempurnakan sama persis dengan uji coba produk awal, hanya jumlah sampelnya saja yang berbeda.

g.      Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas
Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

h.      Uji Coba Produk Akhir
Pengujian produk akhir, dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk pendidikan layak dan memiliki keunggulan dalam tataran praktek. Dalam pengujian ini tujuannya bukan lagi menyempurnakan produk, karena produk diasumsikan sudah sempurna. Pengujian produk akhir, dapat dilakukan pada sekolah yang sama dengan pada tahap ujicoba kedua ataupun berbeda dengan jumlah sampel yang sama. Dalam pengujian produk akhir, sebaiknya digunakan kelompok kontrol. Pengujian dilaksanakan dalam bentuk desain eksperimen. Model desain yang digunakan adalah “The randomized pretest-postest control group design” atau minimal “the matching only pretests-posttest Control Group Design”. Desain pertama merupakan desain eksperimen murni, karena kedua kelompok eksperimen dirandom atau disamakan. Desain kedua termasuk eksperimen kuasi, sebab kedua kelompok eksperimen hanya dipasangkan.

i.        Revisi atau Penyempurnaan Produk Akhir
Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.

j.        Diseminasi dan Implementasi
Setelah dihasilkan suatu produk final yang sudah teruji keampuhannya, langkah selanjutnya adalah desiminasi, implementasi, dan institusionalisasi. Desiminasi dari suatu produk, yang dikembangkan akan membutuhkan sosialisasi yang cukup panjang dan lama. Biasanya prses desiminasi dan implementasi akan bergadapan dengan berbagai masalah kebijakan, legalitas, pendanaan, dll.
Penelitian Pengembangan dalam bidang pendidikan biasanya dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan melakukan penelitian. Yang dimaksud masalah pembelajaran.dalam penelitian pengembangan adalah masalah yang terkait dengan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki, dsb. Tentunya tidak semua masalah perangkat pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu masalah perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu.

Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review).

Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft. Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-coba disesuaikan dengan penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka uji-cobanya adalah digunakan untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang diuji-coba adalah silabus, maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan menggunakan silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan silabus untuk menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).

Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bagian mungkin memerlukan revisi. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut.

Menurut Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan  yang biasa dilakukan dalam dunia pendidikan yaitu :


Model Tahapan Penelitian Pengembangan


1.   Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation).
Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:
  • tinjauan ulang literatur,
  • konsultasi tenaga ahli,
  • analisa tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan
  • studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2.   Penyesuaian teoritis (theoretical embedding)
Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.

3.   Uji empiris (empirical testing)
Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.

4.   Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and outcome).
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.

Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)

1.   Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian.


2.   Tahap Formative Evaluation
1)   Self Evaluation
  • Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan dikembangkan.
  • Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat.  Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.


2)   Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
  • Expert Review
Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak.
  • One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan  kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat.
  • Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.

3)   Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial).
E.  Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Pengembangan
Berikut ini kelebihan Penelitian Pengembangan atau Research and Development yaitu sebagai berikut:
a.       Penelitian Pengembangan atau Research and Development mampu menghasilkan suatu produk / model yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli.

b.      Penelitian Pengembangan atau Research and Development akan selalu mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti / memiliki nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian

c.       Penelitian Pengembangan atau Research and Development merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis

d.      Metode Penelitian Pengembangan atau Research and Development merupakan yang metode cukup komprehensif , mulai dari metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.

Kelemahan Penelitian Pengembangan atau Research and Development yaitu sebagai berikut:
a.       Pada prinsipnya Pengembangan atau Research and Development memerlukan waktu yang relatif panjang; karena prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks.

b.      Pengembangan atau Research and Development dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now” , Penelitian R & D tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R & D pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.
BAHAN BACAAN
Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London. Longman Inc.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.
I Wayan Santyasa. (2009). Metode Penelitian Pengembangan & Teori Pengembangan Modul. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA, dan SMK Tanggal 12-14 Januari 2009, Di Kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of Instructional Design and Development.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Plomp, Tj. (1994). Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page.
van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer Academic Publishers.

van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York: Routledge.