Pages

Subscribe:

Labels

Minggu, 11 September 2016

Kajian Islam dan Peradaban Masa Lalu

  1. Dasar-dasar Peradaban Islam
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Analisis historis dan konstektual dalam kajian literatur Islam klasik; adalah kesepakatan keimanan seluruh kaum muslimin bahwa islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang dihadirkan untuk menjadi petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Pandangan ini didasarkan pada teks al Qur’an : Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembir Dan sebagai pemberi peringatan tetapi kebanyakan manusia tidakmengetahui”. Dalam teks lain dikemukakan bahwa visi atau tujuan akhir yang dibawa oleh agama ini adalah kerahmatan (kasih sayang). Dan ini bukan hanya bagi manusia tetapi juga bagi alam semesta. Ia adalah agama yang merahmati alam semesta.
Hal ini tertuang dalam Q.S. al Anbiya’: 107
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
“ dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Berdasarkan teks al Qur-an tersebut, maka seluruh manusia merupakan ciptaan Tuhan Dan semuanya meski memiliki latarbelakang kultural, etnis, warna kulit, kebangsaan, Dan jenis kelaim, menempati posisi yang sama di hadapan-Nya.
Ini sungguh merupakan pernyataan paling tegas mengenal universalitas Islam Totalitas Islam pada sisi lain muncul Dalam konsep “Trilogi Islam”. Trilogi ini merupakan ajaran yang mewadahi dimensi-dimensi manusia. Pertama, dimensi keimanan. Dimensi ini berpusat pada keyakinan personal manusia terhadap;Kemahaesaan Tuhan;, pada al-Nubuwwat; (kenabian dan kitab-kitab suci) dan al-Ghaibiyyat” (metafisika). Dimensi ini biasanya juga dikenal dengan istilah “aqidah”.
Kedua adalah dimensi aktualisasi keyakinan tersebut yang bersifat eksoterik (hal-hal yang dapat dilihat, yang lahiriyah). Dimensi ini berisi aturan-aturan bertingkahlaku baik tingkah laku personal dengan Tuhannya, tingkah laku interpersonal yakni antar suami-isteri Dan bertingkahlaku antar personal. Dimensi ini biasanya disebut “syari’ah”. Ketiga aturan ini kemudian dirumuskan oleh para ulama Islam sebagai : aturan ibadah, aturan hukum keluarga (al-ahwal al-syakhshiyyah), Dan aturan mu’amalat atau pergaulan antar manusia Dalam ruang publik dengan segala persoalannya. Dimensi ketiga adalah aturan-aturan yang mengarahkan gerak hati (dimensi esoterik) yang diharapkan akan teraktualisasi Dalam sikap- sikap moral luhur atau al-Akhlaq al-Karimah. Ini biasanya disebut juga dimensi “tasawuf/akhlaq”.Seluruh dimensi ajaran Islam tersebut diambil dari sumber-sumber otoritatif Islam yakni al Qur-an Dan Hadits Nabi. Kedua sumber utama Islam ini mengandung prinsip-prinsip, dasar-dasar normatif, hikmah-hikmah Dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan bagi hidup Dan kehidupan manusia. Al Qur-an menyatakan:[2] “Kami tidak melupakan sesuatu pun di dalam al Kitab”. Dari sini para ulama kemudian mengeksplorasi serta mengembangkan kandungannya untuk menjawab kebutuhan manusia dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda dan berubah-ubah.

Perkembangan Islam dan Peradaban Masa Lalu

Peradaban Islam bervisi kosmopolitan. Qur`an telah menyatakan kesatuan jenis manusia meskipun berbeda-beda asal-usul keturunan, tempat tinggal dan tanah airnya.[3] Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala:[4]
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Setelah kematian Nabi, Abu Bakar diangkat menjadi khulafaur rasyidin, beliau menjadi Khalifah selama selama dua tahun dan digantikan oleh ‘Umar bin Khattab, Umar memerintah selama satu dekade. Selama pemerintahan, Islam menyebar secara ekstensif ke Timur dan Barat menaklukkan kekaisaran Persia, Syria dan Mesir. Umar juga Khalifah yang membawa pasukannya berbaris berjalan kaki ke Yerusalem dan memerintahkan perlindungan situs Kristen. ‘Umar adalah Khalifah yang memelopori perbendaharaan publik dan administrasi keuangan yang canggih. Beliau mendirikan banyak praktek-praktek dasar pemerintahan Islam.[5]
‘Umar digantikan oleh’ Uthman yang memerintah selama dua belas tahun saat Islam terus melakukan ekspansi. Ia juga dikenal sebagai Khalifah yang mencetuskan kodifikasi al-Qur’an dan mengirimnya ke empat penjuru dunia Islam. Ia pada akhirnya digantikan oleh ‘Ali yang dikenal sampai hari ini sebagai seseorang pandai berceramah dan ahli dalam surat menyurat, Beliau juga dikenang atas keberaniannya. Dengan kematiannya aturan dari “mendapat petunjuk” khalifah, yang memegang tempat khusus rasa hormat di hati umat Islam, itu berakhir.[6]
Peradaban kita, peradaban Islam, merupakan matarantai dari peradaban-peradaban manusia yang didahului oleh perdaban-peradaban dan akan disusul oleh peradaban-peradaban lain.

2. Karakteristik Umum Peradaban Islam.
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Islam ditakdirkan menjadi agama dunia dan menciptakan sebuah peradaban yang membentang dari satu ujung dunia yang lain. Sejak masa Kekhalifahan awal`, pertama orang-orang Arab, maka kemudian Persia dan Turki telah mulai membuat peradaban Islam klasik. Kemudian, pada abad ke-13, baik Afrika dan India menjadi pusat peradaban Islam yang besar dan tidak lama kemudian kerajaan Islam didirikan di Indonesia sementara Muslim Cina tumbuh subur di seluruh China.
Islam adalah agama bagi semua orang dari segala ras atau latar belakang mereka. Kemampuan Islam untuk membumi pada kebudayaan lokal membuat Islam mudah diterima dan berakultirasi dengan budaya lokal, budaya di mana para saudagar Islam mendarat. Penyebaran dan akulturasi budaya dan keyakinan ini mudah dilakukan karena peradaban Islam didasarkan pada suatu kesatuan yang berdiri sepenuhnya terhadap setiap diskriminasi ras atau etnis, Islam sangat menentang keras diskriminasi karena Islam adalah Agama yang diajarkan di atas multikultur. Kebudayaan-kebudayaan yang saling berkaitan ini telah berbagi dalam tradisi-tradisi kumulatif dalam bentuk kebudayaan-kebudayaan tinggi.[7]
Peradaban (civilization) sebagai sebuah pengelompokan yang relatif luas dari kebudayaan-kebudayaan yang saling berkaitan yang telah berbagi dalam tradisi-tradisi kumulatif dalam bentuk kebudayaan-kebudayaan tinggi
Di era modern Islam yang diwakili kelompok ras dan etnis utama yakni etnis Arab, Persia, Turki, Afrika, India, Cina dan Melayu banyak memberikan kontribusi kepada pembangunan peradaban Islam. Selain itu, Islam tidak menentang belajar dari peradaban sebelumnya dan menggabungkan ilmu pengetahuan Islam dengan ilmu pengetahuan mapan lainnya, baik di Barat dan di Timur. Akulturasi ilmu pengetahuan boleh dilakukan oleh penganut Islam dengan catatan mereka tidak menentang prinsip-prinsip Islam. Setiap kelompok etnis dan ras yang memeluk Islam memberikan kontribusinya terhadap peradaban Islam yang satu, yakni peradaban milik semua orang. Rasa persaudaraan Islam banyak mengesampingkan kepentingan dan perbedaan suku, ras, agama, bahasa, dan kepentingan. Umat Islam sangat menjunjung tinggi persaudaraan universal dan persaudaraan Islam.[8]
Peradaban global tersebut diciptakan oleh Islam dan setiap orang dari berbagai etnis yang berbeda berhak untuk bekerjasama dalam mengembangkan dan melestarikan seni dan ilmu pengetahuan. Meskipun peradaban itu Islami, orang di luar Islam dan ahli Kitab bisa berpartisipasi bersama-sama dalam kegiatan intelektual yang milik semua orang dan manfaatnya dapat dirasakan umat manusia. Iklim ilmiah mengingatkan situasi sekarang di Amerika di mana para ilmuwan dan laki-laki dan perempuan belajar dari seluruh dunia yang aktif dalam kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki semua orang.
Akumulasi dari perkembangan ilmu pengetahuan yang tinggi membentuk sebuah peradaban yang menjadi identitas tertinggi sebuah masyarakat. Karena kehidupan masyarakat berubah terus menerus mengikuti irama sejarah maka kebudayaan juga mengalami perubahan sehingga identitas masyarakat (peradaban) juga akan berubah seiring perubahan sejarah dan kebudayaan. Peradaban memiliki sifat dinamis. Siklus peradaban berjalan mengikuti hukum tantangan dan tanggapan.[9]
Peradaban global yang diciptakan oleh Islam juga berhasil mengaktifkan pikiran dan pikiran orang-orang yang memasuki kali lipat nya. Sebagai hasil dari Islam, Arab nomaden menjadi pembawa obor-ilmu dan belajar. Persia yang telah menciptakan sebuah peradaban besar sebelum munculnya Islam tetap menghasilkan ilmu pengetahuan lebih banyak dan pembelajaran di masa Islam dari sebelumnya. Hal yang sama dapat dikatakan dari Turki dan orang lain yang memeluk Islam. Agama Islam itu sendiri tidak hanya bertanggung jawab untuk menciptakan sebuah peradaban dunia di mana orang-orang dari berbagai latar belakang etnis yang berbeda berpartisipasi, tapi memainkan peran sentral dalam mengembangkan kehidupan intelektual dan budaya pada skala yang tidak terlihat sebelumnya. Untuk beberapa delapan ratus tahun Arab tetap bahasa intelektual dan ilmiah utama di dunia. Selama berabad-abad setelah munculnya Islam, dinasti Muslim yang berkuasa di berbagai belahan dunia Islam menjadi saksi berkembangnya budaya Islam dan berpikir. Bahkan tradisi ini aktivitas intelektual adalah terkubur hanya pada awal zaman modern sebagai akibat dari melemahnya iman di kalangan umat Islam dikombinasikan dengan dominasi eksternal. Dan hari ini kegiatan ini telah dimulai baru di banyak bagian dunia Islam sekarang bahwa umat Islam telah kembali kemerdekaan politik mereka.[10]

3. Islam dan Peradaban Eropa
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Sebelum tiba zaman Renaissance, Eropa dilanda zaman gelap (dark age). Zaman ini merupakan zaman di mana masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kelembaban ilmu pengetahuan. Sementera masanya pula menurut Encyclopedia Americana adalah periode 1000 tahun, yang dimulai antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
“Gelap” juga berarti tidak ada prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Situasi ini ada karena tindakan dan cengkraman kuat pihak berkuasa agama; Gereja Kristen yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengongkong pemikiran masyarakat dan juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang berkualifikasi untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri dari ahli-ahli sains berasa mereka ditekan dan dikontrol. Pemikiran mereka ditolak. Barang siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera malah ada yang dibunuh.[11]
Dalam politik, gereja sering bersaing dengan kekuatan-kekuatan pemerintah. Biasanya apa yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan itu adalah kekuasaan gereja lebih kuat dan adakalanya terjadi seperti kerjasama,Thomas Aquinas (m 1274) seorang ahli pikir zaman ini mengeluarkan teori “negara wajib tunduk kepada kehendak gereja”. St Augustine (m 430) sebelumnya juga berpendirian demikian.[12] Sedangkan Dante (1265-1321) berpendapat kedua-dua kuasa itu hendaklah masing-masing berdiri sendiri, dan harus bekerjasama untuk mewujudkan kebajikan bagi manusia .[13]
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Diringkas cerita sejarah, golongan cendekiawan sentiasa memberontak terhadap dan kongkongan gereja tersebut. Pada kurun kedua belas, gerakan intelektual telah mulai berjalan. Cerdik pandai Eropa mulai bersikap lebih berminat untuk tahu dan lebih ghairah terhadap kebudayaan bangsa Timur yang telah lama maju. Dan Timur yang dimaksudkan itu adalah Timur Tengah.
Beberapa kota besar di Timur Tengah telah menjadi kota ilmu pengetahuan seperti Iskandariah, Harran, Antiok dan Baghdad. Diskusi akademis yang melibatkan judul besar seperti metafisika, kedokteran, astronomi, etik, politik, fisika dan sejenisnya dibahas secara terbuka dan ilmiah. Ini berarti sewaktu dunia Islam sudah menikmati kemajuan dan peradaban yang tinggi, Eropa masih diselimuti kegelapan dan kemunduran. Dunia telah diperlihatkan tentang betapa hebatnya perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan di dunia Islam antara abad ke-9 hingga ke-12.
Sewaktu pemerintahan khalifah-khalifah Abbasiyah yang mashyur; al-Mansur (754-75), Harun al-Rashid (786-809) dan al-Makmun (813-833 ) wilayah-wilayah Islam khasnya di Baghdad telah disuburkan dengan kemunculan ahli-ahli pikir besar seperti a l-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni, Ibnu Miskawayh al-Razi, al-Khawarizmi, Ibnu Haitham, Ibnu Rusyd Ibnu Bajja, Ibnu Masarrah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Khaldun . Mereka menjadi pemikir dalam bidang-bidang falsafah, metafisika, fisika, matematika, etik, politik, psikologi, kedokteran, geografi, astronomi, kimia, optik, dan musik . Sebuah institusi bernama Baitul-Hikmat telah secara langsung membantu operasi ilmiah ini dengan sukses.[14]

4. Pengaruh Islam terhadap Pearadaban Eropa
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Coba kita bayangkan bagaimana kita menuliskan hasil penjumlahan angka 9 dan 11 jika tidak pernah ditemukan angka 0 (nol). Kita tidak mungkin menuliskan 20 tanpa ada angka 0. Tanpa angka 0, revolusi digital juga mustahil terjadi. Tapi tahukah kita bahwa angka 0 yang ada hingga saat ini ditemukan oleh ilmuwan Islam.Tak hanya itu, ilmuwan Islam dalam bidang matematika juga telah banyak memberikan sumbangan pada bidang aritmetika, geometri, kalkulus, dan trigonometri. JJ O’Conner dan EF Robertson dalam Mactutor History mengatakan, “Kami (Barat) berutang terhadap matematika Islam.” Menurut mereka, begitu banyak ide-ide brilian yang berkembang dalam bidang matematika Eropa pada abad ke 16, 17, dan 18 ternyata merupakan hasil pemikiran ahli matematika Islam.[15]
Sudah sejak dulu, ilmuwan Islam berkiprah di dunia lewat penemuan-penemuannya yang spektakuler dalam berbagai disiplin ilmu seperti matematika, kimia, kedokteran, fisika, astronomi, optic, dll.[16] Mungkin saja kita yang saat ini telah terbuai oleh teknologi yang berasal dari Barat, selalu berasumsi bahwa semua teknologi berasal dari Barat. Padahal tidak demikian.
Sejarah perjalanan ilmuwan Islam berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Kekhalifahan Islam yang sempat berjaya di abad pertengahan telah memberi sumbangsih yang sangat tak ternilai bagi peradaban modern. Boleh jadi, tanpa kontribusi dan pemimpin, ilmuwan dan cendekiawan Muslim di era itu, dunia tak akan mengalami lompatan kemajuan seperti saat ini.
Sayangnya, kontribusi penting peradaban Islam di berbagai bidang itu seakan sengaja dilupakan. Akibatnya anak-anak muda Muslim pun lebih mengagumi ilmuwan Barat. Padahal, jauh sebelum Barat menguasai peradaban, Islam lah yang menguasai dunia. Kurikulum pendidikan di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini seakan tak pernah mengenalkan sejarah dan kegemilangan yang pernah ditorehkan umat Islam. Guna membangkitkan kesadaran akan besarnya kontribusi ilmuwan Islam bagi peradaban manusia itulah buku ini hadir.
Demikian ulasan singkat seputar Islam dan Peradaban Masa Lalu, semoga bermanfaat.


Daftar Pustaka
[1] Al-Qur’an: 3 (Ali Imran), 144
[2] Al-Qur’an, 6 (al-An’am), 38.
[3] Mustafa As-Siba’I, Peradaban Islam (tt:tt), 26.
[4] Al-Qur’an, 49 (al-Hujurat), 13
[5] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2005), 74-76
[6] Ibid, 78-80.
[7] Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Dalam Peradaban Dunia, terj. Mulyadhi Kartanegara (Jakarta :Paramadina, 1999), hlm. 126
[8] Jaih, Sejarah, 189-200
[9] Syamsul Bakri, Peta Sejarah peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 13
[10] Jaih, Sejarah, Ibid.
[11] William Montgomery watt, Islam, terj. Imron Rosjadi (Yogyakarta: Jendela, 2002) 156-158
[12] Ali Maksum, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2008), 109
[14] Jaih, Sejarah, 117-173
[15] Montgomery, Islam, 149.
[16] Ibid.

0 komentar:

Posting Komentar