- Dasar-dasar Peradaban Islam
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Analisis historis dan konstektual dalam kajian literatur Islam klasik;
adalah kesepakatan keimanan seluruh kaum muslimin bahwa islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang dihadirkan untuk menjadi
petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Pandangan ini didasarkan pada
teks al Qur’an : Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan
kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembir Dan sebagai
pemberi peringatan tetapi kebanyakan manusia tidakmengetahui”. Dalam
teks lain dikemukakan bahwa visi atau tujuan akhir yang dibawa oleh
agama ini adalah kerahmatan (kasih sayang). Dan ini bukan hanya bagi
manusia tetapi juga bagi alam semesta. Ia adalah agama yang merahmati
alam semesta.
Hal ini tertuang dalam Q.S. al Anbiya’: 107
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
“ dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Berdasarkan teks al Qur-an tersebut,
maka seluruh manusia merupakan ciptaan Tuhan Dan semuanya meski memiliki
latarbelakang kultural, etnis, warna kulit, kebangsaan, Dan jenis
kelaim, menempati posisi yang sama di hadapan-Nya.
Ini sungguh merupakan pernyataan paling
tegas mengenal universalitas Islam Totalitas Islam pada sisi lain muncul
Dalam konsep “Trilogi Islam”. Trilogi ini merupakan ajaran yang
mewadahi dimensi-dimensi manusia. Pertama, dimensi keimanan. Dimensi ini
berpusat pada keyakinan personal manusia terhadap;Kemahaesaan Tuhan;,
pada al-Nubuwwat; (kenabian dan kitab-kitab suci) dan al-Ghaibiyyat” (metafisika). Dimensi ini biasanya juga dikenal dengan istilah “aqidah”.
Kedua adalah dimensi aktualisasi
keyakinan tersebut yang bersifat eksoterik (hal-hal yang dapat dilihat,
yang lahiriyah). Dimensi ini berisi aturan-aturan bertingkahlaku baik
tingkah laku personal dengan Tuhannya, tingkah laku interpersonal yakni
antar suami-isteri Dan bertingkahlaku antar personal. Dimensi ini
biasanya disebut “syari’ah”. Ketiga aturan ini kemudian dirumuskan oleh
para ulama Islam sebagai : aturan ibadah, aturan hukum keluarga (al-ahwal al-syakhshiyyah),
Dan aturan mu’amalat atau pergaulan antar manusia Dalam ruang publik
dengan segala persoalannya. Dimensi ketiga adalah aturan-aturan yang
mengarahkan gerak hati (dimensi esoterik) yang diharapkan akan
teraktualisasi Dalam sikap- sikap moral luhur atau al-Akhlaq al-Karimah.
Ini biasanya disebut juga dimensi “tasawuf/akhlaq”.Seluruh dimensi
ajaran Islam tersebut diambil dari sumber-sumber otoritatif Islam yakni
al Qur-an Dan Hadits Nabi. Kedua sumber utama Islam ini mengandung
prinsip-prinsip, dasar-dasar normatif, hikmah-hikmah Dan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan bagi hidup Dan kehidupan manusia. Al
Qur-an menyatakan:[2] “Kami tidak melupakan sesuatu pun di dalam al
Kitab”. Dari sini para ulama kemudian mengeksplorasi serta mengembangkan
kandungannya untuk menjawab kebutuhan manusia dalam ruang dan waktu
yang berbeda-beda dan berubah-ubah.
Perkembangan Islam dan Peradaban Masa Lalu
Peradaban Islam
bervisi kosmopolitan. Qur`an telah menyatakan kesatuan jenis manusia
meskipun berbeda-beda asal-usul keturunan, tempat tinggal dan tanah
airnya.[3] Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala:[4]
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير
Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Setelah kematian Nabi, Abu Bakar diangkat menjadi khulafaur rasyidin,
beliau menjadi Khalifah selama selama dua tahun dan digantikan oleh
‘Umar bin Khattab, Umar memerintah selama satu dekade. Selama
pemerintahan, Islam menyebar secara ekstensif ke Timur dan Barat
menaklukkan kekaisaran Persia, Syria dan Mesir. Umar juga Khalifah yang
membawa pasukannya berbaris berjalan kaki ke Yerusalem dan memerintahkan
perlindungan situs Kristen. ‘Umar adalah Khalifah yang memelopori
perbendaharaan publik dan administrasi keuangan yang canggih. Beliau
mendirikan banyak praktek-praktek dasar pemerintahan Islam.[5]
‘Umar digantikan oleh’ Uthman yang
memerintah selama dua belas tahun saat Islam terus melakukan ekspansi.
Ia juga dikenal sebagai Khalifah yang mencetuskan kodifikasi al-Qur’an
dan mengirimnya ke empat penjuru dunia Islam. Ia pada akhirnya
digantikan oleh ‘Ali yang dikenal sampai hari ini sebagai seseorang
pandai berceramah dan ahli dalam surat menyurat, Beliau juga dikenang
atas keberaniannya. Dengan kematiannya aturan dari “mendapat petunjuk”
khalifah, yang memegang tempat khusus rasa hormat di hati umat Islam,
itu berakhir.[6]
Peradaban kita, peradaban Islam,
merupakan matarantai dari peradaban-peradaban manusia yang didahului
oleh perdaban-peradaban dan akan disusul oleh peradaban-peradaban lain.
2. Karakteristik Umum Peradaban Islam.
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Islam
ditakdirkan menjadi agama dunia dan menciptakan sebuah peradaban yang
membentang dari satu ujung dunia yang lain. Sejak masa Kekhalifahan
awal`, pertama orang-orang Arab, maka kemudian Persia dan Turki telah
mulai membuat peradaban Islam klasik. Kemudian, pada abad ke-13, baik
Afrika dan India menjadi pusat peradaban Islam yang besar dan tidak lama
kemudian kerajaan Islam didirikan di Indonesia sementara Muslim Cina
tumbuh subur di seluruh China.
Islam adalah agama bagi semua orang dari
segala ras atau latar belakang mereka. Kemampuan Islam untuk membumi
pada kebudayaan lokal membuat Islam mudah diterima dan berakultirasi
dengan budaya lokal, budaya di mana para saudagar Islam mendarat.
Penyebaran dan akulturasi budaya dan keyakinan ini mudah dilakukan
karena peradaban Islam didasarkan pada suatu kesatuan yang berdiri
sepenuhnya terhadap setiap diskriminasi ras atau etnis, Islam sangat
menentang keras diskriminasi karena Islam adalah Agama yang diajarkan di
atas multikultur. Kebudayaan-kebudayaan yang saling berkaitan ini telah
berbagi dalam tradisi-tradisi kumulatif dalam bentuk
kebudayaan-kebudayaan tinggi.[7]
Peradaban (civilization) sebagai sebuah
pengelompokan yang relatif luas dari kebudayaan-kebudayaan yang saling
berkaitan yang telah berbagi dalam tradisi-tradisi kumulatif dalam
bentuk kebudayaan-kebudayaan tinggi
Di era modern Islam yang diwakili
kelompok ras dan etnis utama yakni etnis Arab, Persia, Turki, Afrika,
India, Cina dan Melayu banyak memberikan kontribusi kepada pembangunan
peradaban Islam. Selain itu, Islam tidak menentang belajar dari
peradaban sebelumnya dan menggabungkan ilmu pengetahuan Islam dengan
ilmu pengetahuan mapan lainnya, baik di Barat dan di Timur. Akulturasi
ilmu pengetahuan boleh dilakukan oleh penganut Islam dengan catatan
mereka tidak menentang prinsip-prinsip Islam. Setiap kelompok etnis dan
ras yang memeluk Islam memberikan kontribusinya terhadap peradaban Islam
yang satu, yakni peradaban milik semua orang. Rasa persaudaraan Islam
banyak mengesampingkan kepentingan dan perbedaan suku, ras, agama,
bahasa, dan kepentingan. Umat Islam sangat menjunjung tinggi
persaudaraan universal dan persaudaraan Islam.[8]
Peradaban global tersebut diciptakan
oleh Islam dan setiap orang dari berbagai etnis yang berbeda berhak
untuk bekerjasama dalam mengembangkan dan melestarikan seni dan ilmu
pengetahuan. Meskipun peradaban itu Islami, orang di luar Islam dan ahli
Kitab bisa berpartisipasi bersama-sama dalam kegiatan intelektual yang
milik semua orang dan manfaatnya dapat dirasakan umat manusia. Iklim
ilmiah mengingatkan situasi sekarang di Amerika di mana para ilmuwan dan
laki-laki dan perempuan belajar dari seluruh dunia yang aktif dalam
kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki semua orang.
Akumulasi dari perkembangan ilmu
pengetahuan yang tinggi membentuk sebuah peradaban yang menjadi
identitas tertinggi sebuah masyarakat. Karena kehidupan masyarakat
berubah terus menerus mengikuti irama sejarah maka kebudayaan juga
mengalami perubahan sehingga identitas masyarakat (peradaban) juga akan
berubah seiring perubahan sejarah dan kebudayaan. Peradaban memiliki
sifat dinamis. Siklus peradaban berjalan mengikuti hukum tantangan dan
tanggapan.[9]
Peradaban global yang diciptakan oleh
Islam juga berhasil mengaktifkan pikiran dan pikiran orang-orang yang
memasuki kali lipat nya. Sebagai hasil dari Islam, Arab nomaden menjadi
pembawa obor-ilmu dan belajar. Persia yang telah menciptakan sebuah
peradaban besar sebelum munculnya Islam tetap menghasilkan ilmu
pengetahuan lebih banyak dan pembelajaran di masa Islam dari sebelumnya.
Hal yang sama dapat dikatakan dari Turki dan orang lain yang memeluk
Islam. Agama Islam itu sendiri tidak hanya bertanggung jawab untuk
menciptakan sebuah peradaban dunia di mana orang-orang dari berbagai
latar belakang etnis yang berbeda berpartisipasi, tapi memainkan peran
sentral dalam mengembangkan kehidupan intelektual dan budaya pada skala
yang tidak terlihat sebelumnya. Untuk beberapa delapan ratus tahun Arab
tetap bahasa intelektual dan ilmiah utama di dunia. Selama berabad-abad
setelah munculnya Islam, dinasti Muslim yang berkuasa di berbagai
belahan dunia Islam menjadi saksi berkembangnya budaya Islam dan
berpikir. Bahkan tradisi ini aktivitas intelektual adalah terkubur hanya
pada awal zaman modern sebagai akibat dari melemahnya iman di kalangan
umat Islam dikombinasikan dengan dominasi eksternal. Dan hari ini
kegiatan ini telah dimulai baru di banyak bagian dunia Islam sekarang
bahwa umat Islam telah kembali kemerdekaan politik mereka.[10]
3. Islam dan Peradaban Eropa
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Sebelum tiba zaman Renaissance, Eropa dilanda zaman gelap (dark age).
Zaman ini merupakan zaman di mana masyarakat Eropa menghadapi
kemunduran intelektual dan kelembaban ilmu pengetahuan. Sementera
masanya pula menurut Encyclopedia Americana adalah periode 1000
tahun, yang dimulai antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir
dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
“Gelap” juga berarti tidak ada prospek
yang jelas bagi masyarakat Eropa. Situasi ini ada karena tindakan dan
cengkraman kuat pihak berkuasa agama; Gereja Kristen yang sangat
berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengongkong pemikiran masyarakat
dan juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang
berkualifikasi untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu
pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri dari ahli-ahli
sains berasa mereka ditekan dan dikontrol. Pemikiran mereka ditolak.
Barang siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan
gereja akan ditangkap dan didera malah ada yang dibunuh.[11]
Dalam politik, gereja sering bersaing
dengan kekuatan-kekuatan pemerintah. Biasanya apa yang terjadi di Eropa
pada abad pertengahan itu adalah kekuasaan gereja lebih kuat dan
adakalanya terjadi seperti kerjasama,Thomas Aquinas (m 1274)
seorang ahli pikir zaman ini mengeluarkan teori “negara wajib tunduk
kepada kehendak gereja”. St Augustine (m 430) sebelumnya juga
berpendirian demikian.[12] Sedangkan Dante (1265-1321) berpendapat
kedua-dua kuasa itu hendaklah masing-masing berdiri sendiri, dan harus
bekerjasama untuk mewujudkan kebajikan bagi manusia .[13]
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Diringkas cerita sejarah, golongan cendekiawan
sentiasa memberontak terhadap dan kongkongan gereja tersebut. Pada
kurun kedua belas, gerakan intelektual telah mulai berjalan. Cerdik
pandai Eropa mulai bersikap lebih berminat untuk tahu dan lebih ghairah
terhadap kebudayaan bangsa Timur yang telah lama maju. Dan Timur yang
dimaksudkan itu adalah Timur Tengah.
Beberapa kota besar di Timur Tengah
telah menjadi kota ilmu pengetahuan seperti Iskandariah, Harran, Antiok
dan Baghdad. Diskusi akademis yang melibatkan judul besar seperti
metafisika, kedokteran, astronomi, etik, politik, fisika dan sejenisnya
dibahas secara terbuka dan ilmiah. Ini berarti sewaktu dunia Islam sudah
menikmati kemajuan dan peradaban yang tinggi, Eropa masih diselimuti
kegelapan dan kemunduran. Dunia telah diperlihatkan tentang betapa
hebatnya perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan di dunia Islam
antara abad ke-9 hingga ke-12.
Sewaktu pemerintahan khalifah-khalifah Abbasiyah yang mashyur; al-Mansur (754-75), Harun al-Rashid (786-809) dan al-Makmun (813-833 ) wilayah-wilayah Islam khasnya di Baghdad telah disuburkan dengan kemunculan ahli-ahli pikir besar seperti a l-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni, Ibnu Miskawayh al-Razi, al-Khawarizmi,
Ibnu Haitham, Ibnu Rusyd Ibnu Bajja, Ibnu Masarrah, Ibnu Tufail, dan
Ibnu Khaldun . Mereka menjadi pemikir dalam bidang-bidang falsafah, metafisika, fisika, matematika, etik, politik, psikologi, kedokteran, geografi, astronomi, kimia, optik, dan musik . Sebuah institusi bernama Baitul-Hikmat telah secara langsung membantu operasi ilmiah ini dengan sukses.[14]
4. Pengaruh Islam terhadap Pearadaban Eropa
Islam dan Peradaban Masa Lalu – Coba
kita bayangkan bagaimana kita menuliskan hasil penjumlahan angka 9 dan
11 jika tidak pernah ditemukan angka 0 (nol). Kita tidak mungkin
menuliskan 20 tanpa ada angka 0. Tanpa angka 0, revolusi digital juga
mustahil terjadi. Tapi tahukah kita bahwa angka 0 yang ada hingga saat
ini ditemukan oleh ilmuwan Islam.Tak hanya itu, ilmuwan Islam dalam
bidang matematika juga telah banyak memberikan sumbangan pada bidang
aritmetika, geometri, kalkulus, dan trigonometri. JJ O’Conner dan EF
Robertson dalam Mactutor History mengatakan, “Kami (Barat) berutang
terhadap matematika Islam.” Menurut mereka, begitu banyak ide-ide
brilian yang berkembang dalam bidang matematika Eropa pada abad ke 16,
17, dan 18 ternyata merupakan hasil pemikiran ahli matematika Islam.[15]
Sudah sejak dulu, ilmuwan Islam
berkiprah di dunia lewat penemuan-penemuannya yang spektakuler dalam
berbagai disiplin ilmu seperti matematika, kimia, kedokteran, fisika,
astronomi, optic, dll.[16] Mungkin saja kita yang saat ini telah terbuai
oleh teknologi yang berasal dari Barat, selalu berasumsi bahwa semua
teknologi berasal dari Barat. Padahal tidak demikian.
Sejarah perjalanan ilmuwan Islam
berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Kekhalifahan Islam yang
sempat berjaya di abad pertengahan telah memberi sumbangsih yang sangat
tak ternilai bagi peradaban modern. Boleh jadi, tanpa kontribusi dan
pemimpin, ilmuwan dan cendekiawan Muslim di era itu, dunia tak akan
mengalami lompatan kemajuan seperti saat ini.
Sayangnya, kontribusi penting peradaban
Islam di berbagai bidang itu seakan sengaja dilupakan. Akibatnya
anak-anak muda Muslim pun lebih mengagumi ilmuwan Barat. Padahal, jauh
sebelum Barat menguasai peradaban, Islam lah yang menguasai dunia.
Kurikulum pendidikan di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini
seakan tak pernah mengenalkan sejarah dan kegemilangan yang pernah
ditorehkan umat Islam. Guna membangkitkan kesadaran akan besarnya
kontribusi ilmuwan Islam bagi peradaban manusia itulah buku ini hadir.
Demikian ulasan singkat seputar Islam dan Peradaban Masa Lalu, semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
[1] Al-Qur’an: 3 (Ali Imran), 144
[2] Al-Qur’an, 6 (al-An’am), 38.
[3] Mustafa As-Siba’I, Peradaban Islam (tt:tt), 26.
[4] Al-Qur’an, 49 (al-Hujurat), 13
[5] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2005), 74-76
[6] Ibid, 78-80.
[7] Marshall G.S. Hodgson, The Venture
of Islam, Iman dan Sejarah Dalam Peradaban Dunia, terj. Mulyadhi
Kartanegara (Jakarta :Paramadina, 1999), hlm. 126
[8] Jaih, Sejarah, 189-200
[9] Syamsul Bakri, Peta Sejarah peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 13
[10] Jaih, Sejarah, Ibid.
[11] William Montgomery watt, Islam, terj. Imron Rosjadi (Yogyakarta: Jendela, 2002) 156-158
[12] Ali Maksum, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2008), 109
[14] Jaih, Sejarah, 117-173
[15] Montgomery, Islam, 149.
[16] Ibid.
0 komentar:
Posting Komentar