Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 15 Desember 2016

SOAL UAS GANJIL MATA KULIAH PAI DAN AL-ISLAM II TA 2016/2017



SOAL UAS GANJIL MATA KULIAH PAI DAN AL-ISLAM II TA 2016/2017

PRODI    :  TEKNIK INFORMATIKA (Kelas 1TI-A dan 3TI-A), TEKNIK SIPIL (Kelas 1TS-A dan 3TS-A), ILMU KOMUNIKASI (Kelas 1IK-A dan 3IK-A), Dan PSIKOLOGI (Kelas 3Ps-A) 


Informasi: Kepada Mahasiswa/I yang mengikuti Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dan Al-Islam II, silahkan kalian download soal UAS Ganjil dibah ini dengan mengklik tulisan “DISINI” yang ada di akhir materi yang dimaksud.


SILAHKAN DOWNLOAD:
1.        Soal UAS 1 Teknik Informatika Kelas 1TI-A TA 2016/2017 DISINI
2.       Soal UAS 1 Teknik Informatika Kelas 3TI-A TA 2016/2017  DISINI
3.       Soal UAS 1 Teknik Sipil Kelas 1TS-A TA 2016/2017  DISINI
4.      Soal UAS 1 Teknik Sipil Kelas 3TS-A TA 2016/2017 DISINI
5.       Soal UAS 1 Ilmu Komunikasi Kelas 1IK-A TA 2016/2017 DISINI
6.       Soal UAS 1 Teknik Informatika Kelas 3IK-A TA 2016/2017  DISINI
7.       Soal UAS 1 Psikologi Kelas 3Ps-A TA 2016/2017 DISINI

Minggu, 30 Oktober 2016

Kumpulan Hadis-Hadis Pendidikan


KUMPULAN HADIS-HADIS TARBAWI
BAB I
MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKANNYA
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
BAB II
LEGALITAS PENYELENGGARAAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:كُنْ عَالِمًا اَوْ مُتَعَلِّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكَ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِ )
Telah bersabda Rasulullah SAW :”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R Baehaqi)
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمِا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ  (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمٌ )
“Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu.  Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)
عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ ...... (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَتْبَغِ لِلْجَاهِلِ اَنْ يَسْكُنَ عَلَى جَهْلِهِ وَلَا لِلْعَالِمِ اَنْ يَسْكُنَ عَلَى عِلْمِهِ (رَوَاُه الطَّبْرَانِىُّ)
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani)
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori (
تَعَلَّمُوْا مِنَ الْعِلْمِ مَا شِئْتُمْ فَوَاللهِ لَا تُؤْتِ جَزَاءً بِجَمْعِ الْعِلْمِ حَتَّى تَعَمَّلُوْا (رَوَاهُ اَبُوْ الْحَسَنْ)
“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُطْلُبُ الْعِلُمَ وَلَوْ بِاالصِّيْنِ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمَ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتِهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا يَطْلُبُ ( رَوَاهُ اِبْنِ عَبْدِ الْبَرِّ )
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr)
وَعَنْ اَبِيْ دَرْدَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِيْ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا صَنَعَ وَاَنَّ الْعَالِمُ لِيَسْتَغْفِرْ لَهُ مَنْ فِيْ السَمَاوَتِ وَمَنْ فِيْ الْعَرْضِ حَتَّى الحَيْتَانِ فِيْ الْمَاءِ , وَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعِبَادِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ , وَ اَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ لَمْ يَرِثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا , إِنَّمَا وَرِثُوْالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍ وَ اَفِرٍ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ الْتِّرْمِذِيْ)
Dari Abu Darda’ R.A, beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-orang yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengabilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian yang sempurna. (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ اَيَةً وَحَدِّثُوْاعَنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ وَلَا خَرَجَ : وَمَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّاءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ(رَوَاهُ الْبُخَارِى)
Dari Abdullah bin Umar R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari bani Israil dan tidak ada dosa, dan barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka”. (HR. Bukhori)
BAB III
KURIKULUM PENDIDIKAN
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
عَنْ عُمَرُوبْنُ شُعَيْبِ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُم اَبْنَاءُ سِنِيْنَ وَاضْرِبُهُمْ اَبْنَاءَ عَشَرَ وَ فَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِيْ الْمَضَاجِعِ ( رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ )
Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW bersabda : “perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمْسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ (رَوَاهُ حَاكِمْ )
“Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Hakim)
BAB IV
TEORI PERENCANAAN PENDIDIKAN
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكَبَىْ فَقَالَ: كُنْ فِى الدُّنْيَا كَاَنَّكَ غَرِيْبٌ اَوْ عَابِرٌ سَبِيْلٌ . كَانَ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما يَقُوْلُ إِذَا اَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرُ الصَّبَاحَ وَ إِذَا اَصْبَحَتْ فَلَا تَنْتَظِرُ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرْضَكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ  (رَوَاهُ الْبُخَارِى)
Dari Ibnu Umar R.A ia berkata, Rasulullah SAW telah memegang pundakku, lalu beliau bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan perantau (orang asing) atau orang yang sedang menempuh perjalanan. Ibnu Umar berkata: “Jika engakau diwaktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan sebaliknya, jika engkau diwaktu pagi maka janganlah menunggu sampai diwaktu sore, dan gunakanlah sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu untuk matimu” . (HR. Bukhori)
قَالَ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِانِّيَاتِ إِنَّمَا لِكُلِّ لِإِمْرِءٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ اِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ وِمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُّنْيَا يُسِيْبَهَا اَوْ اِمْرَأَةً يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ اِلَى مَا هَجَرَ اِلَيْهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Amirul mukminin Umar bin Khottob RA, berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:” Sesungguhnya amal perbuatan  itu disertai niatnya. Barang siapa yang berpijak hanya karena Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia dan yang diharapkan atau wanita yang ia nikahi, Maka hijrahnya itu menuju apa yang ia inginkan. (HR. Bukhori dan Muslim)           
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ . شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ . وَصِحَتَكَ قَبْلَ سَقَهَكَ وَ غَنَمِكَ قَبْلَ فَقْرُكَ وَ فَرَغَكَ قَبْلَ سَغَلُكَ وَ حَيَتُكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkalah lima perkara sebelum datangnya lima perkara : masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa tuamu, masa kayamu sebelum masa fakirmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu.”
BAB V
METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN
عَنْ اِبْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْعِلْمُ خَزَئِنُ وَمَفَتِحُهَا اَلسُؤَّالُ أَلَا فَسْئَلُوْا فَإِنَّهُ يُؤَجَّرُ فِيْهِ اَرْبَعَةٌ : اَلسَّائِلُ وَالْعَالِمُ وَالْمُسْتَمِعُ وَالْمُحِبُّ لَهُمْ ( رَوَاهُ اَبُوْا نُعَيْمِ )
Dari Ibnu Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup rapat), dan sebagai anak kunci pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian, karena sesungguhnya dalam tanya jawab akan diberi pahala empat macam, yaitu penanya, orang yang berilmu, pendengar dan orang yang mencintai mereka.” (Diriwayatkan oleh Abu Mu’aim)
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّئَال (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ الْتِّرْمِذِيْ)
Dari Jabir R.A, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :“Sesungguhnya obat kebodohan itu tak lain adalah bertanya.” (HR. Abu Daud)
حَدَثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ كَانُوْا يُقْتَرِئُوْنَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ اَيَاتٍ فَلَايَئْخُذُوْنَ فِيْ الْعَشْرِ الْأَخَرِى حَتَّى يَعْلَمُوْا مَا فِيْ هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ (رَوَاهُ اَحْمَدْ )
“Telah menceritakan kepada kami orang yang biasa mengajari kami, yakni dari kalangan sahabat Nabi SAW, bercerita kepada kami bahwa sesungguhnya mereka (para sahabat) pernah mempelajari sepuluh ayat (Al-Qur’an) dari Rasulullah SAW. Mereka tidak mempelajari sepuluh ayat yang lain sebelum mereka dapat mengetahui setiap ilmu yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut dan mengamalkannya.” (HR. Ahmad)
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُكْتُبْ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ (رَوَاهُ اَحْمَدْ )
Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar dari mulut ini kecuali kebenaran. (HR. Abu Daud)
BAB VI
ETIKA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
عَنْ أَنَسٍ اِبْنِ مَالِكٍ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تَنَفَّرُوْا وَكَانَ يُحِبُّ الْتَخْفِيْفِ وَالتَّيْسِرِ عَلَى النَّاسِ  (رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda : Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan bergembiralah dan jangan bercerai berai, dan beliau suka pada yang ringan dan memudahkan manusia (H.R Bukhori)
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا اَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِهِ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ و النَّسَاءِ وَابْنُ حِبَّانِ )
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Sesungghnya aku bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya. (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ يُعْطِيْ كُلَّ جُلُسَائِلِهِ بِنَصِبِهِ لَا يَحْسَبُ جَلِيْسُهُ أَنَّ اَحَدًا أَكْرَمُ عَلَيْهِ مِنْهُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ)
Dari Ali R.A ia berkata : “Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap orang yang hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga diantara mereka tidak ada yang merasa paling diistimewakan.” (H.R Tirmidzi)
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الْأَمْرِ كُلِّهِ
Sesungguhnya Allah mencintai berlaku lemah lembut dalam segala sesuatu.
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ التِّرْمِذِيْ)
“Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui kemudian ia menyembunyikannya (tanpa menjawabnya), maka kelak ia dikendalikan di hari kiamat dengan kendali yang terbuat dari api neraka.” (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
عَنْ عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَعَلَّمُ الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةِ وَالْوَقَارِ وَتَوَضَّئُوْا لِمَنْ تَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ (رَوَاهُ اَبُوْ نُعَيْمِ )
Dari Umar Ibnul Khattab R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan tenang dan sopan, rendah hatilah kami kepada orang yang belajar kepadanya” (H.R Abu Nu’aim)
BAB VII
KONSEP REWARD AND PUNISHMENT
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُفُّ عَبْدَ اللهِ وَ عُبَيْدَ اللهِ وَ كَثِيْرًا مِنْ بَنِيْ الْعَبَّاسِ ثُمَّ يَقُوْلُ مَنْ سَبَقَ اِلَيَّ فَلَهُ كَذَا وَ كَذَا قَالَ فَيَسْتَبِقُوْنَ اِلَيْهِ فَيَقَعُوْنَ عَلَى ظَهْرِهِ وَ صَدْرِهِ فَيَقَبَّلُهُمْ وَ يَلْزَمُهُمْ (رَوَاهُ اَحْمَدْ )
“Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan anak-anak paman beliau, Al-Abbas. Kemudian, beliau berkata : “ Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian, beliau menciumi dan memberi penghargaan.” ( HR. Ahmad )
عَنْ عُمَرُوبْنُ شُعَيْبِ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُم اَبْنَاءُ سِنِيْنَ وَاضْرِبُهُمْ اَبْنَاءَ عَشَرَ وَ فَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِيْ الْمَضَاجِعِ ( رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ )
Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW bersabda : “perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ نَحْنُ نَتَنَزَّعُ فِيْ الْقَدْرِ فَغَضَبَ حَتَّى اَحْمَرَ وَجْهُهُ حَتَّى كَأَنَّمَا فَقِئَ فِيْ وَجْنَتَيْهِ الرُّمَّانَ فَقَالَ أَبِهَذَا أُمِرْتُمْ أَمْ بِهَذَا أُرْسِلَتْ إِلَيْكُمْ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حِيْنَ تَنَازَعُوْا فِيْ هَذَا الْأَمْرِ عَزَمْتَ عَلَيْكُمْ أَلَّا تَتَنَازَعُوْا فِيْهِ  (رَوَاهُ الْتِّرْمِذِيْ)
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: “Suatu hari Rasulullah SAW keluar menemui kami yang mana ketika itu kami berselisih mengenai persoalan qadar, maka beliau marah sampai-sampai muka beliau memerah seakan-akan buah delima dibelah dikedua pipi beliau, lalu beliau bersabda : ‘Apakah ini yang telah diperintahkan kepada kalian? Ataukah untuk urusan ini aku diutus kepada kalian? Sesungghnya orang-orang sebelum kalian rusak lantaran mereka berselisih dalam masalah ini. Aku mengharuskan kepada kalian untuk tidak berselisih dalam masalah ini.
إِغْفِرْ فَاِنْ عَاقَبْتَ فَعَاقِبْ بِقَدْرِ الذَّنْبِ وَاتَّقِ الْوَجْهَ
“Ampunilah, jika engkau memukulnya maka pukullah sesuai dengan kesalahannya tetapi hindarilah memukul muka”.
BAB VIII
ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْمُئْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَ اَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ . اَحْرَصَ عَلَى مَا يَنْفَعَكَ وَاَسْتَعِنْ بِا اللهِ وَلَا تَحْزَنْ وَإِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ وَلَا تَقُلْ : لَوْ اَنِّى فَعَلْتُ كَذَا وَ كَذَا وَكُنْ قُلْ : قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَاِنْ لَوْ تُفَتَّحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رَوَاهُ مُسْلِمْ)
Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasululullah SAW bersabda : “ Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dalam semua kebajikan. Perhatikanlah dengan senang atas apa yang memberikan manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu lemah atau tidak berdaya, jika ada sesuatu yang menimpamu maka janganlah kamu mengatakan : “Jika seandainya aku melakukan seperti ini maka akan seperti itu,  tetapi ucapkanlah : “Allah sudah menentukan, dan yang dikehendaki  Allah jadilah maka terjadi dilakukan. Maka sesungguhnya kalimat “seandainya” adalah kalimat pembuka perbuatan setan” (H.R Muslim)
عَنْ اَبِىْ النُّعْمَانْ بِنْ بَشِيْرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَدِّهِمْ وَ تَعَافَتِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا الشْتَكَى عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Nu’man R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Ciri-ciri orang mukmin dalam menyayangi, kecintaannya dan kasih sayangnya seperti anggota badan apabila salah satu anggota badannya merasa sakit maka anggota badan yang lainnya merasa gelisah dan cemas” (H.R Bukhori)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودْ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : جُعِلَةِ الْقُلُوْبُ عَلَى حُبِّ مَنْ اَحْسَنَ اِلَيْهَا . وَبَغْضُ مَنْ اَسَاءَ اِلَيْهَا (رَوَاهُ الْبَيْهَقِ )
Dari Ibni mas’ud R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Hati manusia itu lebih telah diciptakan menurut fitrahnya, yaitu mencintai orang yang berbuat baik dan membenci orang yang berbuat jelek padanya. (H.R Al-Baihaqi)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودْ قَالَ : إِنِّي أُخْبَرُبِمَكَانِكُمْ فَمَا يَمْنَعُنِيْ أَنْ أَخْرُجَ اِلَيْكُمْ إِلَّا كَرَهِيَةٌ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلَنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِيْ الْاَيَّامِ مُخَافَةً السَّامَةِ عَلَيْنَا (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
“Aku telah diberitahu (oleh Yazid bin Mu’awiyah) bahwa kalian telah menuggu. (Sebenarnya  aku telah mengetahui kedatangan kalian), tidak ada yang menghalangiku untuk menemui kalian, kecuali karena aku khawatir kalian akan merasa bosan (belajar kepadaku). Karena sesungguhnya Rasulullah SAW sendiri selalu memilih waktu yang tepat dari hari-hari yang ada untuk menyampaikan pelajaran, lantaran khawatir kami akan merasa jenuh.” (HR. Bukhori dan Muslim)
BAB IX
KONSEP EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
عَنْ عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : حَاسِبُوْا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا تَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخَفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِيْ الدُّنْيَا
Dari Umar Ibnul Khattab R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Adakanlah perhitungan terhadap diri kalian sebelum kalian diperhitungkan”.
BAB X
KONSEP AKUNTABILITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٍ عَنْ رَاعِيَّتِهِ فَالْأَمِيْرُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى اَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٍ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلِدِهَا وَهِيَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَاعِيَّتِهِ (مُتَفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara yang memimpin manusia (masyarakat)nya, akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpin. Suami itu pemimpin terhadap keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka . Istri adalah pemimpin atas rumah tangga, suami dan anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap harta tuannya itu. Ketahuilah, setiap kamu itu pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (Muttafaqun ‘Alaih)

Minggu, 02 Oktober 2016

Konsepsi Aqidah dan Keimanan

Pengertian Aqidah
 
Akidah dari segi bahasa bererti simpulan iman ataupun pegangan yang kuat atau satu keyakinan yang menjadi pegangan yang kuat.
Akidah dari sudut istilah ialah kepercayaan yang pasti dan keputusan yang muktamat tidak bercampur dengan syak atau keraguan pada seseorang yang berakidah sama ada akidah yang betul atau sebaliknya.
Aqidah sebenarnya adalah ilmu yang membicarakan perkara-perkara yang berkaitan keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Setiap umat islam wajib mengetahui, mempelajari dan mendalami ilmu akidah supaya tidak berlaku perkara-perkara yang membawa kepada penyelewengan akidah kepada Allah SWT. Akidah sebenarnya adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan As-Sunnah.
Aqidah Islamiyah dapat disimpulkan dengan rumusan
Secara bahasa, iman berarti membenarkan ( تصديق ), sementara menurut istilah
adalah Mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan
dalam perbuatannya.
Iman berarti meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dalam bentuk perbuatan, bahwa Allah itu ada dengan segala kesempurnaannya, bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Macam-macam Ilmu Aqidah
Macam-macam ilmu aqidah antara lain:
  1. Ilmu Tauhid; Ilmu yang menerangkan tentang sifat Allah swt yang wajib diketahui dan dipercayai.
  2. Ilmu Usuluddin; Suatu ilmu yang kepercayaan dalam agama Islam, iaitu kepercayaan kepada Allah swt dan pesuruh-Nya.
  3. Ilmu Makrifat; Suatu ilmu yang membahaskan perkara-perkara yang berhubung dengan cara-cara mengenal Allah SWT.
  4. Ilmu Kalam; Sesuatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliah (ilmiah) sebagai perisai terhadap segala tentangan daripada pihak lawan.
  5. Ilmu Akidah; Suatu ilmu yang membahas tentang perkara-perkara yang berhubung dengan keimanan kepada Allah SWT.
Akidah Islamiyyah Aqidah islamiyah adalah iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, Qada dan Qadar (baik buruknya) dari Allah SWT. Makna Iman adalah pembenaran secara pasti (tashdiq al-jazim) sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil. Jika pembenaran saja tanpa disertai dalil tidak digolongkan iman, kerana tidak termasuk pembenaran yang pasti kecuali apabila bersumber dari dalil. Jika tidak disertai dalil maka tidak ada kepastian.
Jadi, kalau cuma pembenaran saja terhadap suatu berita tidak termasuk iman. Berdasarkan hal ini pembenaran harus berdasarkan dalil agar menjadi bersifat pasti, atau agar tergolong iman. Ini bererti adanya dalil terhadap segala sesuatu yang dituntut untuk diimani adalah suatu hal yang pasti agar pembenaran terhadap sesuatu tadi tergolong iman. Maka adanya dalil merupakan syarat utama adanya keimanan, tanpa melihat lagi apakah hal itu sahih (benar) atau fasid (rosak).
Sumber-sumber aqidah islamiah (مصدارالعقيدة الإسلامية)
 antara lain:
  1. Sumber aqidah Islamiyyah yang pertama dan paling utama adalah al-Qur’an yang merupakan kalamullah yang sama sekali tidak terdapat keraguan didalamnya.
  2. Sumber yang kedua adalah as-Sunnah an-Nabawiyyah yang merupakan
    penjelas dan pemerinci dari al-Qur’an.
  3. Sumber yang ketiga adalah al-Ijma’ yaitu kesepakatan para ulama baik salaf
    (terdahulu) maupun khalaf (terkemudian) tentang sesuatu hal.
              Pilar-pilar aqidah islamiyyah (أرآان القيدة الإسلامية) antara lain:
  1. Keyakinan (iman) kepada Allah SWT (QS 2/177, 4/136) sebagai pencipta,
    pemilik, pemberi rizqi, penguasa, pengatur, pembimbing kita.
  2. Keyakinan (iman) kepada Malaikat2 Allah SWT (QS 2/97,98,177,285;
    4/136), sebagai makhluq yang diciptakan dari cahaya (nuur) dan tidak pernah
    bermaksiat serta selalu taat pada perintah Allah.
  3. Keyakinan (iman) kepada semua Kitab2 yang diturunkan Allah SWT (QS
    2/177, 4/136) baik kepada Nabi Muhammad SAW maupun kepada Nabi2
    sebelumnya, seperti Taurat Musa as, Injil Isa as, Zabur Daud as, dan shuhuf Ibrahim as.
  4. Keyakinan (iman) kepada para Rasul as (QS 2/98, 4/136), yaitu semua
    manusia yang diutus oleh Allah SWT kepada ummatnya masing2 yang dalam al-Qur’an disebutkan 25 orang jumlahnya yang wajib diimani.
  5. Keyakinan (iman) kepada hari Akhir (QS 2/177, 4/135), yaitu adanya hari
    pembalasan atas semua amal yang dilakukan manusia.
  6. Keyakinan (iman) kepada qadha’ dan qadar Allah SWT (QS 25/2), hadits
    Jibril dari Umar ra (HR Muslim).
Dalil Aqidah Islamiyah itu ada dua macam, iaitu :
  1. Dalil Aqli (menggunakan akal).
  2. Dalil Naqli (dari Al-Quran dan Hadis).
Yang menentukan apakah dalil itu aqli atau naqli adalah fakta dari permasalahan yang ditunjukkan untuk diimani. Apabila permasalahannya adalah fakta yang boleh diindera maka dipastikan dalilnya aqli bukan naqli. Namun jika permasalahannya tidak dapat diindera maka dalilnya adalah naqli. Dalil naqli itu sendiri diperoleh dari perkara yang boleh diindera. Maksudnya keberadaannya sebagai dalil tercakup didalam perkara yang dapat diindera. Kerana itu dalil naqli digolongkan sebagai dalil yang layak untuk diimani tergantung pada dalil aqli dalam menetapkannya sebagai dalil.
  1. Allah SWT – Orang yang mendalami perkara yang dituntut akidah Islam untuk diimani akan menjumpai bahawa Iman kepada (wujud) Allah SWT dalilnya adalah aqli. Alasannya perkara tersebut – iaitu adanya al-Khaliq (Maha Pencipta) bagi segala yang ada – dapat dijangkau dengan panca indera.
  2. MalaikatIman terhadap (keberadaan) Malaikat-Malaikat dalilnya adalah naqli. Alasannya keberadaan Malaikat tidak dapat dijangkau indera. Malaikat tidak boleh dijangkau zatnya dan tidak boleh dijangkau dengan apapun yang menunjukkan atas (keberadaan)nya.
  3. Kitab-KitabIman terhadap Kitab-Kitab Allah SWT dapat dihuraikan sebagai berikut. Jika yang dimaksud adalah Iman terhadap Al-Quran maka dalilnya aqli, kerana Al-Quran dapat diindera dan dijangkau. Demikian pula kemukjizatan Al-Quran dapat diindera sepanjang zaman. Tetapi jika yang dimaksud adalah iman terhadap kitab-kitab selain Al-Quran, seperti Taurat, Injil dan Zabur, maka dalilnya adalah naqli. Alasannya bahawa Kitab-Kitab ini adalah dari sisi Allah SWT tidak dapat dijangkau (keberadaannya) sepanjang zaman. Kitab-Kitab tersebut adalah dari sisi Allah SWT dan dapat dijangkau keberadaanya tatkala ada Rasul yang membawanya sebagai mukjizat. Kemukjizatannya berhenti saat waktunya berakhir. Jadi, mukjizat tersebut tidak boleh dijangkau oleh orang-orang (pada masa) setelahnya. Namun sampai kepada kita berupa berita yang mengatakan bahawa kitab tersebut berasal dari Allah SWT dan diturunkan kepada Rasul. Kerana itu dalilnya naqli bukan aqli, kerana akal – di setiap zaman – tidak mampu menjangkau bahawa kitab itu adalah kalam Allah SWT dan akal tidak mampu mengindera kemukjizatannya.
  4. Rasul-Rasul – Begitu pula halnya Iman terhadap para Rasul. Iman terhadap Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) dalilnya aqli, kerana pengetahuan akan Al-Quran sebagai kalam Allah dan ia dibawa oleh Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) adalah sesuatu yang dapat diindera. Dengan mengindera Al-Quran dapat diketahui bahawa Muhammad itu Rasulullah. Hal itu dapat dijumpai sepanjang zaman dan setiap generasi. Sedangkan Iman terhadap para Nabi dalilnya adalah naqli, kerana dalil (bukti) kenabian para Nabi –iaitu Mukjizat-Mukjizat mereka- tidak dapat diindera kecuali oleh orang-orang yang sezaman dengan mereka. Bagi orang-orang yang datang setelah mereka hingga zaman sekarang bahkan sampai kiamat pun, mereka tidak menjumpai mukjizat tersebut. Bagi seseorang tidak ada bukti yang dapat diindera atas kenabiannya. Kerana itu bukti atas kenabiannya bukan dengan dalil aqli melainkan dengan dalil naqli. Lain lagi bukti atas kenabian (Nabi Muhammad s.a.w.) yang berupa mukjizat beliau. Mukjizat tersebut (selalu) ada dan dapat diindera, iaitu Al-Quran. Jadi dalilnya adalah aqli.
  5. Hari Kiamat – Dalil Hari Kiamat adalah naqli, kerana Hari Kiamat tidak dapat diindera, lagi pula tidak ada satu pun perkara yang dapat diindera yang menunjukkan tentang Hari Kiamat. Dengan demikian tidak terdapat (satu) dalil aqli pun untuk hari kiamat. Dalilnya adalah naqli.
  6. Qada dan QadarQada dan Qadar dalilnya aqli, kerana Qada adalah perbuatan manusia yang dilakukannya atau yang menimpanya (dan tidak dapat ditolak). Ia adalah sesuatu yang dapat diindera maka dalilnya adalah aqli. Qadar adalah khasiat sesuatu yang dimunculkan (dimanfaatkan) oleh manusia, seperti kemampuan membakar yang ada pada api, kemampuan memotong yang ada pada pisau. Khasiat ini adalah sesuatu yang dapat diindera, maka dalil untuk perkara Qadar adalah aqli.
Uraian Rukun Iman
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Umar Ibni Al-Khattab r.a bahawa di dalam pertemuan malaikat Jibril dengan Rasulullah saw di dalam sebuah majlis yang dihadiri oleh ramai sahabat-sahabat Rasulullah saw maka Jibril telah mengemukakan pertanyaan kepada Rasulullah saw yang bermaksud: “Jibril telah berkata kepada Rasulullah, kamu terang kepadaku mengenai iman maka jawab Rasulullah, iman itu ialah bahawa kami beriman kepada Allah, kepada malaikat, kepada kitab-kitab, kepada rasul-rasul, kepada hari kemudian dan kamu beriman bahawa habuan dan peruntukan bagi kamu sama ada baik atau buruk adalah semua daripada Allah swt, maka Jibril pun berkata kamu telah berkata benar.”
Jadi, dari ayat Al-Quran dan hadith dapatlah disimpulkan bahawa iman itu ialah 6 perkara iaitu:
  1. Percaya kepada Allah
  2. Percaya kepada Malaikat
  3. Percaya kepada Kitab
  4. Percaya kepada Rasul
  5. Percaya kepada Hari Kiamat
  6. Percaya kepada Qada’ dan Qadar
  1. Percaya Kepada Allah Swt
 Beriman kepada Allah SWT artinya meyakini Allah sebagai Tuhan semesta alam, juga yakin akan kebenaran keberadaan para Malaikat-Nya, wahyu-Nya (kitab-kitab Allah), para rasul-Nya, hari akhir, dan Qodho dan Qadar Allah SWT bagi setiap manusia. Pembenaran atas semua itu harus diikuti dengan tindakan nyata, sebagai pengamalan atas keimanan tersebut.
Iman kepada Allah SWT merupakan fitrah manusia. Artinya, pada hakikatnya seluruh umat manusia mempercayai adanya Allah SWT dan mengakui-Nya sebagai Tuhan (Q.S. 7:172). Manusia Jahiliyah pun mengenal adanya Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta (Q.S. 10:31, 43:9). Mereka menyembah berhala dengan dalih untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Q.S. 39:3).
Menurut filosof Ibnu Rusyd , ada dua cara membuktikan adanya Allah:
1. Dalil Al-’Inayah (The Proof of Providence), yakni dengan melihat kesempurnaan struktur susunan alam semesta atau keteraturan fenomena alam.
2.    Dalil Al-Ikhtira (The Proof of Creation), yakni dengan melihat penciptaan makhluk hidup. Manusia tidak mungkin mampu membuat makhluk binatang kecil sekalipun.
Al-Quran sendiri menunjukkan suatu metode yaitu dengan menyelidiki kejadian manusia dan alam semesta. Dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam ada tanda-tanda bagi mereka yang berakal yang memikirkannya (Q.S. 3:190-191). Manusia diperintahkan memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala yang diciptakan Allah (Q.S. 7:185). Bahkan, diri kita sendiri harus kita perhatikan untuk memikirkan eksistensi-Nya (Q.S. 51:21).
Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa mengenali dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Dengan demikian, manusia akan menemukan bahwa Allah-lah Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta. Dia pula yang berhak disembah dan dimintai pertolongan. Dia bisa dikenali dengan pemahaman sifat-sifat-Nya dan ciptaan-Nya. Manusia dilarang memikirkan tentang hakikat Dzat Tuhan, karena akal manusia tidak mungkin menjangkau-Nya. Allah adalah Dzat Yang Mahagaib.
“Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan jangan kamu berpikir tentang Dzat-Nya…”
Pengamalan keimanan kepada Allah harus diikuti dengan pembenaran atas firman-firman-Nya, yang kini tertuang dalam Al-Quran, sekaligus mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Minimal, seorang mukmin harus membuktikan keimanannya dengan mengerjakan shalat lima waktu. Karena, dalam sebuah hadits disebutkan, pembeda antara seorang mukmin/Muslim dan kafir adalah shalat.
 Beriman dengan Allah bermaksud:
  1. Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
  2. Membenarkan dengan yakin akan keesaan Allah, baik dalam perbuatanNya menjadikan alam dan makhluk seluruhnya mahupun dalam menerima ibadat setiap makhluk
  3. Membenarkan dengan yakin bahawa Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, suci dari segala kekurangan dan suci juga dari menyerupai segala yang baharu
                        “Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu (menjadi orang-orang yang ) bertaqwa” (Surah Al-Baqarah:21)
Artinya bahawa Allah itu adalah pencipta setiap benda yang ada di ala ini termasuk bumi langit dan planet-planet yang lain, yang dapat dilihat atau tidak, semuanya adalah kepunyaan Allah swt
Percaya kepada Allah ini adalah pokok kepada kepercayaan atau rukun-rukun iman yang lain karena dengan adanya Allah maka adanya yang lain-lain itu.
  1. 2.       Percaya Kepada Malaikat
Artinya ialah bahawa Allah telah menjadikan sejenis makhluk halus yang keadaan asalnya tidak boleh dilihat, bukan lelaki dan bukan perempuan. Hidup mereka senantiasa taat kepada perintah Allah tanpa sesekali menentangnya. Malaikat dijadikan oleh Allah dari cahaya. Sabda Rasulullah saw (terjemahanya): ”Malaikat itu dijadikan daripada cahaya, jin dijadikan daripada api yang tidak berasap & dijadikan nabi Allah Adam sebagaimana yang diterangkan iaitu daripada tanah” – (Hadisth riwayat Muslim).
  • Nama dan Tugas Malaikat
  1. Malaikat Jibril – Menyampaikan wahyu dan perintah Allah kepada nabi-nabi & rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada manusia.
  2. Malaikat Mikail – Mengawal cekerawala termasuk matahari, bulan, bintang-bintang, hujan dan panas dan yang lain mengikut yang dikehendaki oleh Allah.
  3. Malaikat Izrail – Mencabut nyawa seluruh makhluk yang bernyawa apabila sudah sampai waktu yang dikehendaki oleh Allah.
  4. Malaikat Israfil – Meniup sangkekala apabila tiba masanya.
  5. Malaikat Raqib – Mencatat amalan baik yang dilakukan oleh manusia.
  6. Malaikat Atid – Mencatit amalan jahat yang dilakukan oleh manusia.
  7. Malaikat Mungkar – Menyoal manusia di dalam kubur.
  8. Malaikat Nangkir – Menanyai manusia di dalam kubur.
  9. Malaikat Ridwan – Mengawal syurga / menjaga pintu syurga.
  10. Malaikat Malik – Mengawal neraka / menjaga pintu neraka.
  • Tugas-tugas Malaikat yang Lain
  1. Membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul.
  2. Bertasbih, selalu patuh dan sujud pada Allah.
  3. Memikut Arsy.
  4. Berdoa untuk orang-orang beriman.
Peranan Malaikat di Akhirat seperti memberi salam pada ahli syurga, mengazab ahli neraka dan seumpamanya
  • Hikmak Beriman Kepada Malaikat
  1. Seseorang itu menyadari bahawa dia sentiasa diawasi oleh Malaikat maka dia akan sentiasa menjaga tingkah laku yang berkelakuan baik, menjaga tutur kaya yang walau dimana dia berada.
  2. Seseorang akan segera insaf dan tidak mengulangi kesalahan dan kesilapan kerana menyedari setiap tutur kata dan gerak laku yang tidak terlepas daripada catitan Malaikat Raqib dan Atid.
  3. Seseorang muslim akan sentiasa melakukan apa yang disuruh Allah dan menghindar apa yang dilarang Allah supaya selamat di alam kubur kerana dia mengetahui apabila dia mati, dia akan ditanya dan diseksa oleh Malaikat di dalam kubur.
  4. 3.      Percaya Kepada Kitab-kitab Allah.SWT
Orang-orang Islam wajib percaya bahwa Allah swt telah menurunkan beberapa buah kitab kepada rasul-rasul-Nya. Isi pengajaran kitab-kitab itu adalah mengandung ajaran-ajaran mengenai amal ibadah untuk akhirat dan juga petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki kehidupan manusia di dunia.
  • Kitab-kitab yang Wajib Diketahui
  1. Zabur        : Nabi Daud (dalam bahasa Qibti).
  2. Taurat       : Nabi Musa (dalam bahasa Ibrani).
  3. Injil           : Nabi Isa (dalam bahasa Suryani).
  4. Al-Quran  : Nabi Muhammad saw (dalam bahasa Arab).
Selain kitab-kitab Allah SWT yang berbentuk mushaf. Allah juga menurunkan suhuf. Shuhuf adalah firman Allah yang berbentuk lembaran, shuhuf yang pernah diturunkan Allah antara lain:
  1. Nabi Adam            – 10 shuhuf.
  2. Nabi Syits              – 60 shuhuf, (pendapat lain mengatakan 50 shuhuf).
  3. Nabi Khanukh       – 30 shuhuf.
  4. Nabi Ibrahim         – 30 shuhuf (10 shuhuf).
  5. Nabi Musa             – 10 shuhuf.

  • Hikmah Beriman Dengan Kitab-kitab
Menunjukkan bahawa agama yang datang dari Allah adalah satu sahaja yaitu Islam yang terkandung di dalam kitab-kitab yang datang dari Allah sebelum kitab Al-Qur’an.
Umat manusia di sepanjang zaman sebenarnya memerlukan agama yang satu yaitu Islam, yang berteraskan akidah tauhid. Ini semua terkandung dalam semua kitab-kitab yang datang dari Allah
 Perbezaan dari segi syariat perkara penting berkaitan pelaksanaan dalam agama boleh berlaku. Yang ditegah secara tegas ialah perbezaan dari segi akidah atau perkara-perkara usul. Ini terbukti dalam syariat-syariat kitab-kitab dari satu nabi dengan nabi yang lain berbeza, tetapi akidah dan perkara pokok yang lain semuanya sama
Semua para Nabi adalah Islam. Tidak ada percanggahan antara al-Quran dan Taurat sebagaimana juga tidak ada pertentangan dengan Injil dan kitab-kitab lain.
Firman Allah SWT di da lam surah Al-Baqarah ayat 231 sebagai berikut:
Artinya : ”Pada mulanya manusia itu adalah umat yang satu (menurut agama Allah yang satu tetapi akhirnya mereka telah berselisih faham), maka Allah telah mengutuskan nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira (kepada orang-orang yang beriman dengan balasan syurga), dan pemberi amaran (kepada yang engkar dengan balasan azab neraka), dan Allah menurunkan bersama nabi-nabi itu kitab-kitab suci yang mempunyai keterangan-keterangan benar untuk menjalankan hukuman di antara manusia mengenai apa yang mereka pertikaikan”. (Surah Al-Baqarah: 213)
Al-Quran merupakan kitab terakhir sekali diturunkan oleh Allah dan sebagai penutup kepada kitab-kitab yang terdahulu.
Dari segi keaslian : Al-Quran tetap asli tidak ada perubahan dan tidak mampu dipinda oleh manusia manakala kitab-kitab lain berubah dan tidak asli. Al-Quran sesuai untuk semua zaman dan tempat, manakala kitab-kitab lain untuk tempoh-tempoh tertentu sahaja. Bahasa Al-Quran adalah bahasa arab yang hidup pemakainnya sepanjang masa, iaitu sentiasa digunakan oleh ramai dan banyak negara di seluruh dunia
  1. 4.      Percaya Kepada Rasul
Seorang muslim diwajibkan beriman bahwa Allah telah mengutuskan beberapa orang rasul yang dipilih-Nya darijenis manusia yang cukup sempurna. Mereka membimbing manusia kepada kehidupan yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
  • Sifat-sifat yang wajib bagi Rasul:
  1. Siddiq        – Benar pada segala percakapan, perkhabaran dan perbuatan.
  2. Amanah     – Jujur dan tidak membuat kesalahan.
  3. Tabligh      –  Menyampaikan semua perintah Allah kepada manusia.
  4. Fathonah   – Bijaksana
Arti Rasul dari segi bahasa : Utusan yang menyampaikan sesuatu perutusan seseorang kepada orang lain. Arti Rasul dari segi istilah adalah: Lelaki utusan Allah yang menerima wahyu Allah untuk dirinya yang wajib disampaikan kepada umat manusia agar mereka dapat melalui jalan yang lurus dan diridhai Allah.
  • Hikmah beriman kepada Rasul Allah SWT.
Hikmah beriman kepada rasul Allah SWT dalam kehidupan, antara lain sebagai berikut:
  1. Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul itu benar-benar manusia pilihan-Nya.
  2. Mau mengamalkan apa yang disampaikan para Rasul.
  3. Bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan.
  4. Memercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya.
  5. Lebih mencintai, menghormati, dan mengagungkan Rasul atas perjuangannya dalam menyampaikan agama Allah SWT kepada umatnya.
  6. Akan selamat di dunia dan di akhirat dengan bimbingan yang diberikan Rasul.
  7. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.
  8. 5.         Percaya Hari Kiamat
Beriman kepada hari Akhirat merupakan masalah yang paling berat dari segala macam akidah dan kepercayaan manusia. Sejak zaman sebelum Islam sampailah sekarang manusia telah memperkatakan masalah ini. Para ahli fakir selalu menempatkan persoalan ini sebagai inti penyelidikan, sebab beriman kepada hari akhirat akan membawa manusia kepada keyakinan adanya satu kehidupan duniawi dan penciptaan manusia. Demikianlah pentingnya masalah ini hingga turunnya ayat-ayat Allah menerangkan kedudukan hari Akhirat.
Lima fase pola beriman kepada hari Akhirat:
  1. Tahap kehancuran makhluk yang ada di muka bumi. Terjadi gempa bumi, di mana gunung-gunung menjadi debu, air laut mendidih meluap-luap, bintang-bintang berguguran, langit bergulungan, sedang manusia mabuk dan pitam. Kemudian musnahlah segala makhluk sama ada yang bernyawa mahupun tidak, hanya Allah yang tetap kekal.
  2. Hari kebangkitan di mana manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan dipadang Mahsyar.
  3. Diperlihatkan seluruh amal perbuatan di dunia dahulu. Tidak ada yang tersembunyi sama ada yang jahat mahupun yang baik, sekalipun sebesar zarah.
  4. Hari menghisab di depan mahkamah keadilan Allah, dimana manusia akan memperolehi keputusan yang paling adil tanpa ada penganiayaan.
  5. Hari keputusan di mana manusia akan menerima ganjaran yang setimpal dengan amalannya. Di sini saat yang dijanjikan akan dipenuhi sebagai tujuan penciptaan manusia. Mereka yang banyak amal kebajikan ditempatkan di syurga dan banyak amalan kejahatan akan ditempatkan di neraka.
  • Hikmah Beriman dengan Hari Akhirat
  1. Memperbaharui kesedaran tentang hakikat adanya alam akhirat yang merupakan tempat manusia menerima balasan dan juga tempat yang kekal abadi untuk semua manusia.
  2. Mempertingkatkan keimanan dengan merasai keagongan Allah Rabul-Alamin selaku pemerintah dan penguasa serta tuan punya Alam, pencipta dan pemilikan hari Akhirat dan segala isi kandungannya.
  3. Melembutkan hati manusia dengan mengingati mati dan Hari Akhirat.
  4. Mengalakkan orang Islam melakukan ma’ruf (kebaikan) dan meninggalkan kejahatan.
  5. 6.         Beriman Kepada Qada Dan Qadar Allah
Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.
Beriman kepada qada dan qadar adalah menyakini dengan sepenuh hati adanya ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi semua mahluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala sesuatu yang terjadi di alam fana ini telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Takdir di bagai menjadi dua yaitu:
  1. Takdir Muallaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
  1. Takdir Mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
  • Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
  1. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang artinya :
“dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”
  1. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang artinya :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
  1. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja 
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
  1.  Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku.

Serba Serbi Aqidah
  • Buah Keimanan
  1. Membebaskan jiwa kita dari perbudakan oleh manusia dan semua makhluq
    menuju kemerdekaan yang hakiki yaitu penghambaan kepada Allah SWT saja (lih.
    hadits Ruba’i bin Amir ra. utusan Rasulullah SAW dan panglima Rustum dari Persia).
  2. Membangkitkan keberanian membela kebenaran dan tak takut mati serta
    cinta syahid, sebab meyakini bahwa yang memberi umur, rizqi, manfaat dan bahaya,
    menghidupkan dan mematikan hanya Allah SWT (QS 3/145, 4/78).
  3. Merasa yakin tujuan hidupnya adalah keridhoan Allah SWT dan ia akan
    mendapatkan berbagai kebaikan yang banyak di dunia sebelum kenikmatan di akhirat
    kelak, berupa : Perlindungan-Nya (QS 2/257), petunjuk-Nya (QS 22/54, 64/11),
    pertolongan-Nya (QS 40/51), penjagaan-Nya (QS 10/98), mengokohkan
    kedudukannya (QS 24/55) dan datangnya barakah (kebaikan yang banyak) baik dari
    langit maupun dari bumi (QS 7/96) untuknya.
  4. Hidupnya berada dalam ketenangan lahir batin (QS 13/28, 48/4), karena ia
    hidup dalam cahaya hidayah Allah SWT sehingga ia tidak menzhalimi orang lain
    maupun dirinya sendiri.
  • Peringkat-Peringkat Iman
  1. Iman Taqlid – Iman ikut-ikutan, hanya semata-mata mengikut pendapat orang lain.
  2. Iman Ilmu – Beriman semata-mata kerana berilmu dan berdasarkan pada fikiran tidak terletak di hati.
  3. Iman A’yan – Iman yang terletak di dalam hati. Iman ini dimiliki oleh orang-orang soleh.
  4. Iman Hak – Iman sebenar yang terlepas dari nafsu syaitan. Iman ini dimiliki oleh golongan muqarabbin.
  5. Iman Hakikat – Iman peringkat tertinggi yang boleh dicapai oleh manusia. Iman ini hidup semata-mata untuk Allah dan Rasul serta hari Akhirat seperti para sahabat nabi.
  • Iman Bertambah Dan Iman Berkurang
Iman manusia sentiasa bertambah dan berkurang mengikut amalan. Perkara-perkara yang perlu dilakukan untuk meneguhkan iman:
  1. Melawan hawa nafsu.
  2. Mengosongkan hati daripada sifat-sifat tercela.
  3. Membiasakan diri dengan sifat-sifat terpuji.
  4. Melahirkan keikhlasan berbakti dan berkorban semata-mata kerana Allah.
  5. Memperbanyakkan amalan-amalan sunat.
  6. Bertafakur, iaitu memerhatikan tanda-tanda kebesaran dan kekuasan Allah . 
  • Kepentingan Mempelajari Ilmu Akidah
Antara beberapa kepentingan mempelajari ilmu akidah termasuklah:
  1. Supaya terhindar daripad ajaran-ajaran sesat yang akan merosakan akidah seseorang terhadap Allah swt.
  2. Meneguhkan keimanan dan keyakinan kepada sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
  3. Memantapkan akidah seseorang supaya tidak terikut dan terpengaruh dengan amalan-amalan yang boleh merosakan akidah.
  4. Audit dan Timbangan Amalan. Antaranya perkara yang akan dialami oleh manusia di akhirat ialah hisab dan timbangan amalan.
  5. Balasan Syurga dan Neraka. Berdasarkan nas-nas al-Quran menunjukkan bahawa orang yang mempunyai amalan baiknya banyak sehingga memberatkan timbangan amalan baik ia akan dimasukan ke dalam syurga, manakala mereka yang sebaliknya akan dimasukan ke dalam neraka.
  6. Dapat mengeluarkan hujah-hujah yang boleh mematahkan hujah daripada pihak lawan yang cuba memesongkan akidah seseorang.
  • Kepentingan Akidah Dalam Kehidupan Manusia
  1. Akidah Sebagai Asas.
  2. Akidah Sebagai Penentu atau Pendorong.
  • Penyelewengan Dan Kerusakan Akidah
  1. Melalui Percakapan atau ucapan.
  2. Melalui Perbuatan.
  3. Melalui Iktikad dalam hati.
  • Pembinaan Akidah
  1. Memahami konsep Islam yang sebenarnya dan memahami konsep akidah secara khusus.
  2. Membersihkan hati dengan cara meninggalkan dosa dan melakukan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah.
  3. Sentiasa berjihad melawan nafsu dan syaitan untuk beriltizam dengan Islam.
  4. Bersama-sama dengan orang-orang yang soleh atau sentiasa mencari suasana yang baik.
  5. Sentiasa berdoa memohon pimpinan Allah.
  6. Bertawakal kepada Allah.
Makna Tegaknya Masyarakat Di Atas Aqidah Islami
Inilah aqidah yang tegak di atasnya masyarakat Islam. yaitu aqidah “Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah.” Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Islam benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan berusaha untuk memperkuat aqidah tersebut di dalam akal maupun hati. Masyarakat itu juga mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut dan berusaha menghalau pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan. Ia juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan-keutamaan aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun sosial dengan (melalui) alat komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah-sekolah, surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti puisi. prosa, kisah-kisah dan teater.
Bukanlah yang dimaksud membangun masyarakat Islam di atas dasar aqidah Islamiyah adalah dengan memaksa orang-orang non Muslim untuk meninggalkan aqidah mereka. Tidak!, karena hal ini tidak pernah terlintas dalam benak seorang Muslim terdahulu dan tidak akan terlintas di benak mereka untuk selamanya. Bukankah lslam telah mengumumkan dengan kata-kata yang jelas.
Sejarah telah membuktikan bahwa sesungguhnya masyarakat Islam pada masa-masa keemasannya adalah masyarakat yang paling toleran terhadap para penentangnya dalam aqidah. Fakta ini diperkuat oleh banyak pernyataan kesaksian orang-orang di luar islam sendiri.
Maksud dari tegaknya masyarakat, di atas aqidah Islam adalah bahwa masyarakat Islam itu bukanlah masyarakat yang terlepas dari segala ikatan, tetapi masyarakat yang komitmen dengan aqidah Islam. bukan masyarakat penyembah berhala, dan bukan masyarakat Yahudi atau Nasrani, bukan pula masyarakat liberal atau masyarakat Sosialis Marxisme, tetapi ia adalah masyarakat yang bertumpu pada aqidah tauhid atau aqidah Islam, di mana aqidah Islam itu selalu tinggi dan tidak ada yang menandingi. Islam tidak menerima jika kalian berada di masyarakat sementara kalian tidak berperan apa pun, dan tidak rela mengganti aqidah yang lain dengan aqidah Islamnya, sehingga bisa meluruskan pandangan manusia terhadap Allah, manusia, alam semesta dan kehidupan.
Bukanlah dikatakan masyarakat Islam itu masyarakat yang menyembunyikan asma”Allah” dalam arahan-arahannya, kemudian menggantinya dengan nama”Alam.” Sebagai contoh terkadang kita katakan bahwa sungai-sungai adalah pemberian alam, hutan juga pemberian alam, alam itulah yang menciptakan dan yang mengembangkan segala sesuatu, bukan Allah yang menciptakan segala sesuatu, Rabb segala sesuatu dan pengatur segala sesuatu.
Sesungguhnya pandangan masyarakat Barat terhadap masalah ketuhanan dan kaitannya dengan alam semesta adalah bahwa Allah telah menciptakan alam, kemudian membiarkannya, maka tidak ada yang mengatur, tidak ada yang menguasai. Persepsi seperti ini mirip dengan persepsi yang diambil dari para filosof Yunani terhadap masalah ketuhanan, terutama Aristoteles yang tidak mengenal tuhan kecuali bagian dari dirinya, adapun pandangannya tentang alam, alam itu tidak ada yang mengatur dan tidak dikenal baik atau buruk dari tuhan. Dan yang lehih aneh dari pada itu adalah filsafat Aflathun yang tidak mengenal Tuhan sedikit pun, hingga dari dirinya.
Adapun persepsi masyarakat Islam tentang ketuhanan, maka itu tergambar dalam ayat-ayat berikut ini: “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebenaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala sesuatu. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (Al Hadid: 14).
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang mana pemahaman iman kepada Allah dan hari kemudian menjadi kendor, kemudian diganti dengan keyakinan terhadap aliran Wujudiyah, Qaumiyah atau Wathaniyah (kebangsaan atau Nasionalis), atau yang selain itu dari berhala-herhala yang disembah oleh manusia di sana sini, dari selain Allah atau bersama Allah, meskipun mereka tidak menamakan itu semua sebagai tuhan-tuhan mereka.
Bukan pula masyarakat Islam, masyarakat yang menyembunyikan nama “Muhammad” yang semestinya dianggap sebagai muwajjih yang ma’shum dan uswah yang ditaati, lalu membanggakan nama”Marx” dan”Lenin” atau yang lainnya dari para pemikir timur dan barat.
Bukan pula masyarakat Islam itu masyarakat yang mengabaikan kitab Allah Al Qur’an yang semestinya menjadi sumber petunjuk. sumber perundang-undangan dan hukum, kemudian memperhatikan kitah-kilab yang lainnya dan mengkultuskannya, dan menjadikan kitab-kitab itu sebagai rujukan pemikiran, perundang-undangan dan sistem perilaku atau diambil dari kitab-kitab itu nilai dan standar kehidupan.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang Allah, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya dihina (lecehkan) sementara manusianya diam terhadap kekufuran yang nyata ini, mereka tidak mampu memberikan pengajaran kepada orang yang kafir dan murtad atau menggertak orang zindiq yang menyeleweng, sehingga orang kafir itu berani menyebarkan di berbagai media secara terang-terangan ungkapan sebagai berikut, “Sesungguhnya manusza Arab modern adalah mereka yang menyakini bahwa Allah dan agama-agama adalah sesuatuyang usang dan layak disimpan dalam musium sejarah”.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang mempersilahkan aqidah lain seperti aqidah Komunis, Sosialis dan Nasionalisme ekstrim menggeser aqidah Islamiyah. Sesungguhnya merupakan suatu kesalahan jika ada seseorang mengira bahwa faham Sosialis dan yang lainnya itu bukan aqidah yang bertentangan dengan Islam, tetapi ia sekedar aliran Ekonomi atau Sosial yang mengambil cara tertentu untuk mengatur kehidupan manusia, dan tidak berkaitan langsung dengan agama sehingga dikatakan sebagai aqidah, padahal kenyataannya bahwa Sosialisme menurut pencetusnya merupakan falsafah kehidupan yang komprehensif dan aqidah yang universal yang memberi pandangan terhadap alam, sejarah, kehidupan, manusia dan Tuhan yang jelas-jelas bertentangan dengan Pandangan Islam. Oleh karena itu sebagian orang mengistilahkannya sebagai “Agama tanpa wahyu.”2).
Bukan pula masyarakat Islam itu masyarakat yang menjadikan masalah aqidah sebagai masalah sampingan dalam kehidupan ini, sehingga tidak dijadikan sebagai asas dari sistem pendidikan dan pengajaran, sistem pemikiran, sistem penerangan dan pengarahan’ tidak pula dalam proses perubahan secara umum kecuali hanya bagian terkecil dan terbatas. Maka aqidah bukanlah pengarah dan penggerak yang pertama, dan bukan pula pengaruh yang pertama dalam kehidupan individu, keluarga maupun kemasyarakatan, akan tetapi aqidah dijadikan nomor dua dan ditempatkan di belakang, itupun kalau memang masih ada tempat.
Aqidah dalam kehidupan masyarakat Islam pertama yang telah dibina oleh Rasulullah SAW dan diwarisi oleh para sahabat dan tabi’in adalah merupakan motivasi, pengarah dan hal pertama yang mewarnai dalam kehidupan mereka, dan akhirnya dia menjadi ikatan pemersatu.
Aqidah merupakan sumber persepsi dan pemikiran. Aqidah juga merupakan asas keterikatan dan persatuan, asas hukum dan syari’at, sebagai motor penggerak dalam berharakah, ia juga merupakan sumber keutamaan dan akhlaq. Aqidah itulah yang telah mencetak para pahlawan (pejuang) di medan jihad dan untuk mencari syahid serta menempa setiap jiwa untuk berkurban dan itsar.
Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Islam yang pertama dan demikianlah hendaknya pengaruh aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan menjadi masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan datang.
Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya adalah merupakan dasar yang kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat, karena itu bangunan yang tidak tegak di atas aqidah Islamiyah maka sama dengan membangun di atas pasir yang mudah runtuh.
Lebih buruk dari itu apabila bangunan yang mengaku Islam, ternyata berdiri di atas fondasi selain aqidah Islam, meskipun telah ditulis di papan nama dengan nama Islam, maka sesungguhnya itu merupakan pemalsuan di dalam materi dasar bangunan yang tidak menutup kemungkinan bangunan itu akan berakibat ambruk seluruhnya dan menimpa orangorang yang ada di dalamnya. Allah SWT berfirman: “Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridlaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (At-Taubah: 109).
Sungguh kita telah melihat masyarakat Komunis pada masa-masa kejayaannya dan ketika berkuasa, mereka telah menjadikan aqidah Marxisme dan falsafahnya yang materialisme dalam undang-undang mereka secara terang-terangan. Mereka telah menyatakan bahwa tidak ada tuhan dan kehidupan adalah materi dalam aturan undang-undang mereka, dalam pendidikan dan pengajaran mereka dalam kebudayaan dan pers mereka, dan dalam seluruh sistem, lembaga dan sikap kebijakan politik mereka.
Inilah perhatian setiap masyarakat yang berideologi, maka sudah semestinya jika masyarakat Islam menjadi cermin yang akan memproyeksikan aqidah dan keimanannya serta pandangannya terhadap alam, manusia dan kehidupan dan pandangannya terhadap Sang pencipta yang memberikan kehidupan.

Kesimpulan Aqidah dan keimanan merupakan hal yang terpenting dalam agama islam. Umat islam wajib hukumnya beriman kepada Allah dan Rasulullah “Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah”.
Banyak sekali manfaat dan hikmah beriman kepada Allah dan Rasulullah diantarannya Membebaskan jiwa kita dari perbudakan oleh manusia dan semua makhluq
menuju kemerdekaan yang hakiki yaitu penghambaan kepada Allah SWT.