Pages

Subscribe:

Labels

Minggu, 22 Januari 2017

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU (PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU)



Download Pertemuan Ke-3 Mata Kuliah Filsafat Ilmu "DISINI"

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
(PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU)

Dosen Pengampu:
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.[1]


PENDAHULUAN
Mengetahui apa sesungguhnya historis ilmu pengetahuan[2], karena tidaklah melalui ilmu itu sendiri, tetapi melalui perjalanan sejarah yang ditakar dengan filsafat ilmu. Melalui filsafat ilmulah segala penjelasan mengenai ilmu diperoleh. Karena itu, filsafat ilmu demikian penting untuk didalami oleh setiap ilmuan agar ia mengenal hakikat sesuatu yang dimilikinya, yaitu ilmu.
Ilmu pertama kali yang ada di yunani didasarkan oleh mitos yang terjadi pada zaman tersebut. masyarakat memandang kejadian alam seperti gempa bumi yang terjadi disebabkan oleh dewa yang sedang menggelengkan kepalanya. Namun ketika faalsafat ini di perkenalkan fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai sebuah mitos lagi tetapi sebagai aktifitas alam yang terjadi secara hukum kausalitas.[3] Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. 
Dalam perkembangan nya dalam bidang ilmu, manusia telah dapat membedakan mana hal yang benar benar nyata atau rill dan mana kejadian yang hanya sebuah ilusi atau mitos. Setelah mereka mampu membedakan yang mana yang rill dan yang mitos kemudian manusia mampu keluar dari kungkungan dan mendapatkan ilmu ilmiah, dan inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya[4].
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. pada zaman islam ilmu pengetahuan telah banyak menorehkan catatan emas dalam peradaban dunia. Sekitar abad ke 7 M. pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. AL-khawarizmi telah menyusun  buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa. Dan Tercatat dalam sejarah juga bahwa dinasti Bani Abbasiyah yang memerintah setelah Dinasti Bani Ummayah adalah Dinasti terlama dalam sejarah peradaban islam, mengantarkan peradaban islam pada masa golden age nya . Dimana pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Seiring dengan berjalannya waktu, kemudian ilmu pengetahuan islam diserap dan di resains oleh bangsa bangsa Eropa, hal ini terjadi setelah sinar kejayaan islam mengalami kemunduran.
Dari beberapa uraian tersebut, ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah muncul dengan sendirinya dan tidaklah berlangsung secara mendadak seperti sekarang ini, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan  pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan  pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani Kuno dan diakhiri pada zaman kontemporer. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui secara detail sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu berdasarkan timbangan Filsafat Ilmu.

PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani (abad 15-2 SM)
Perkembangan ilmu pada zaman Yunani dapat diidentifikasikan ke dalam dua periode berikut:
1.    Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)
Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Kebebasan berpikir Yunani disebabkan sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci.[5]
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani,Babilonia, Mesir[6], China, Timur Tengah dan Eropa.
Adapun ciri-ciri ilmu pengetahuan pada zaman ini sebagai berikut:[7]
a.       Know how bagaimana cara berbuat) dalam kehidupan sehari-hari yang didasrakan pada pengalaman.
b.      Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap reseptif mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magic.
c.       Kemampuan menemukan abjad dan sistim bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke atas abstraksi.
d.      Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
e.       Kemampuan meramal suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana bulan dan matahari.
2. Zaman Yunani kuno (abad 7-2 SM)
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat, karena Yunani pada masa itu tidak mempercayai mitologi-mitologi.[8] Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis). Sikap belakangan inilah yangmenjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah  menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa.[9]
Tokoh atau ilmuwan masa yunani kuno antara lain: Thales, yang mempelajari astronomi dan topik-topik pengetahuan termasuk fisika.[10] Dan sebagian sarjana mengakuinya pula sebagai ilmuwan pertama di dunia.[11] Thales mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi alam, yang menurutnya semuanya berasal dari air sebagai materi daasar kosmis.  Pytagoras (572-497 SM) adalah seorang ahli matematika yang lebih terkenal Dalailny dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. 13. Dan mendirikan aliran filsafat Pythagorianisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda.[12] 
Tokoh lainnya yaitu Demokritus (460-370 SM) yang menegaskan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom. Pandangan Demokritus ini merupakan cikal bakal perkembangan ilmu fisika, kimia dan biologi.[13] Plato (428-348 SM) yang berpendapat bahwa geometri sebagai pengetahuan rasional berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah ilmu pengetahuan serta bagian pemahaman mengenai sifat dasar dari kenyataan yang terakhir. Geometri merupakan suatu ilmu yang dengan akal murni membuktikan proporsi-proporsi abstrak mengenai hal-hal yang abstrak. Begitu pentingnya geometri bagi filsafat menurut Plato sehingga konon pintu gerbang akademi Plato tertulis ” janganlah orang masuk ke sini jika ia tidak mengetahui geometri”.[14]
Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa filasafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan rasional, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran atau rasio manusia, yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: Praktike (pengetahuan praktis), Poietike (pengetahuan produktif) dan theoretike (pengetahuan teoritis). Adapun Theoritike dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: Mathematike (pengetahuan matematika), Phisike (pengetahuan fisika) dan Prote philosophia (filsafat pertama).[15]


B.     Zaman Abad Pertengahan (Middle Age /abad 1-6 M)
Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam  bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perberdaan itu terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Zaman pertengahan atau yang disebut Middle Age yang ditandai juga dengan tampilnya para theolog di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia eropa. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua para theolog, sehingga aktifitas ilmiah terkait dengan aktifitas keagamaan yaitu agama Kristen, atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia (abdi agama). Sebaliknya di dunia Timur terutama Negara-negara Islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Kalau di daerah Barat pada zaman pertengahan lebih berkutat pada masalah-masalah keagamaan, maka berbeda dengan peradaban dunia Islam yang saat itu melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof yunani dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainya.[16]
Bani Umayyah sebagai salah satu contohnya telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, yaitu sekitar 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam yang menaklukkan Persia abd 8 Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran di Jundishapur. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani dan bahkan Kholifah Al Makmun telah mendirikan Rumah kebajikan  (House Wisdom/ Baitul Hikmah) pada abad 9 Masehi. Itu artinya bahwa perjalanan peradaban Islam sudah jauh lebih dulu terbentuk dibandingkan peradaban Barat. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu: a. Menterjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini; b.  Memperluas pengamatan dalam ilmu Kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan; dan c. Menegaskan sistim decimal dan dasar-dasar aljabar.[17]
Pada zaman ini, Eropa berada dalam masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-dogma agama sedangkan kebudayaan Islam di zaman dinasti Abbasiyah berada pada puncak keemasannya. Ali Kettani menengarahi kemajuan umat Islam pada masa itu lantaran didukung semangat sebagai berikut: [18] a. Universalism[19]; b. Tolerance[20]; c. International Character of the market[21]; d. respect for science and scintist[22]; dan e. the Islam nature of both the end and means of science[23].
Tanda lain dari keemasan Islam (Golden Age) adalah kemajuan pesat ilmu dengan memperkenalkan sistim desimal. Filsuf muslim Al Khawaruzmi yang mengembangkan trigonometri dengan memperkenalkan teori sinus dan cosinus, tangent dan cotangent. Ilmu Fisika menampilkan Fisikus asal Baghdad Musa Ibnu Syakir dan putranya Muhammad, Ahmad dan Hasan yang mengarang kitab Al Hiyal yang menggambarkan hukum-hukum mekanik dan stabilitas. Ibnu Al Haytham (965-1039 M) yang mengarang kitab Al-Manadhir, yang membuktikan hukum refraksi cahaya.  Bidang astronomi pada awalnya diterjemahkan pada zaman bani Umayyah dan dilanjutkan pada zaman bani Abbasiyah awal. Ibnu Habib Al Farisi (777 M) merupakan ilmuan muslim pertama yang menerjemahkan karya Ptolemy yang berjudul Almagest. Bidang ilmu Kimia menampilkan Jabir Ibnu Hayyan Al Kufi dari Kufah yang memiliki Laboratorium dekat Bawabah Damaskus yang melakukan percobaan pada pancaindera, penggunaan metalik, dan lain-lain. Jabir menggambarkan eksperimen yang dilakukan dalam kalimat berikut ini: ”Pertama kali saya mengetahui sesuatu dengan tangan dan otak saya, dan saya menyelidiki sesuatu itu sampai benar, dan mencari kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya”.[24]
C.    Perkembangan Ilmu dalam Islam (Abad 6-13 M)
Pada dasarnya Zaman ini termasuk juga zaman pertengahan keilmuan. Namun penulis memisahkan pembahasannya untuk mempermudah pembaca memahami keilmuan Islam pada khususnya secara eksplisit, karena melihat historis yang lebih panjang dari zaman sebelumnya (zaman pertengahan Agama Nabi Isa as.). Sejak Nabi Muhammad saw nilai-nilai ajaran Islam mulai diajarkan dan ditanamkan kepada kaum muslimin, baik nilai ubudiyah, muamalah, maupun nilai ilmiah. Dari masa ke masa, sejak masa Rasulullah, Khulafaur rasyidin, bani Umayyah, bani Abbasiyah, hingga sekarang, semangat keilmuan kaum muslimin itu terus terpelihara dan semakin berkembang pesat. Berikut uraiannya. Kaum muslimin diperintahkan untuk mencari, mengkaji, dan mengembangkan ilmu pengetahuan menggunakan akal pikirannya.Sejarah umat manusia mencatat bahwa umat Islam telah berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di masanya.Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam terbagi pada empat periode, yaitu sebagai berikut:
1)      Periode Kenabian
Rasul menyerukan umat Islam agar terus belajar membaca dan menulis, umat Islam menyambut seruan Allah dan Hadist nabi tentang ilmu. Mereka belajar membaca dan menulis agar dapat menyebarluaskan agamanya. Pembentukan Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak itu disajikan oleh Rasulullah sebagai Mahaguru pendidik yang agung secara berangsur –angsur bersamaan dengan berangsur –angsurnya Al-Qur’an diturunkan kepada beliau.
Pada masa Rasulullah saw terdapat banyak aktivitas keilmuan, baik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. sendiri, yang dilakukan bersama para sahabatnya, maupun yang dilakukan oleh para sahabat beliau secara mandiri. Di antara aktivitas keilmuan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat pada waktu itu adalah sebagai berikut.
Ø  Pengumpulan dan penulisan AI-Qur'an
Ø  Pengumpulan dan penulisan Al-hadist
2)      Periode Khulafaur Rasyidin
Sepeninggal rasullulah saw dunia islam di pimpin oleh para khalifah rasullulah saw.yang di kenal dengan Khulafaur Rasyidin(para khalifah yang mendapat petunjuk).Mereka itu adalah Abu Bakar as-Siddiq,Umar bin khatab,Usman bi Affan,dan Ali bin Abi Talib.Di bawah kepemimpinan mereka,Islam semakin maju dan ilmu pengetahuan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat.Banyak ilmu pengetahuan yang tumbuh dan berkembang pada masa itu,baik itu ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu-ilmu pengetahuan lainnya,sepeti ilmu administrasi Negara dan ilmu pemerintahan islam.
3)      Periode Bani Umayyah
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan islam pada masa ini berjalan di zaman pemulaan islam,hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri.
Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan pada masa ini,salah satunya adalah factor pemerintahan bani Umayyah yang leih suka pada membangun kekuatan pemeintahan atau politik yang cenderung otoriter.Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan islam pada masa bani Umayyah secara detail,simaklah pembahasan berikut  ini.
Pada masa bani Umayyah ada tiga aktivitas keilmuan yang berkembang dengan sendirinya,yaitu aktivitas pengembangan ilmu-ilmu agama,karena di dorong semangat agama yang sangat kuat ;aktivitas pembangunan filsafat,karena ahli agama I akhir bani Umayyaj memperguakan filsafat untuk melawan Yahudi dan Nasrani;aktivitas pengembangan ilmu sejarah,karena ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat atau asal usul suatu masalah keilmuan.
·         Ilmu pengetahuan yang tumbuh pada masa dinasti Abbasiyah ada 2, yaitu :
·         Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan terbagi menjadi 6, yaitu :
a)      Ilmu tafsir
Ilmu tafsir pada masa bani abbsiyah berkuasa, mengalami kemajuan pesat. Para ahli tafsir bil masur yang terkenal pada masa itu, antara lain ibnu jarir al-thabry, ibnu Athiyah Al-Andalusy dan As Sundai.
b)      Ilmu hadis
Hadist merupakan sumber hukum sumber islam ke dua setelah Al-Qur’an. Pada masa pemerintahan dinasti abbasiyah, ilmu hadis berkembang dengan pesat. Pada masa banyak lahir para ahli hadis terkemuka yaitu Imam bukhari, atau  Abu Abdullah muhamad bin abli hasan al-bukhari , Iman muslim , atau imam abu muslim bin al-hajjaj al-qushairy al-naisjabury.

c)      Ilmu kalam
para ulama islam mengenal ilmu kalam agar dapat menadingi filsafat bangsa lain. Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam adalah wasil bin atha. Abu huzail al-allaf, ad-dhaham, abdul hasan, al-asy’ary, dan imam ghazali.
d)     Ilmu tasawuf
Ilmu tawuf ilmu syariat  adalah tekun beridah dengan menyarahkan diri sepenuhnya kepada allah, meninggalkan atau  menjauhkan diri dari kesenangan dan rahasia dunia, serta bersembunyi diri untuk beribadah. ilmu ini mengalami kemajuaanya pada saat-saat akhir pemerintahan Abbasiyah. Meskipun jauh sebelumnya, yakini pada Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin dan bani Umayyah, ilmun ini telah ada, tapi belum mengalami kemajuan seperti pada masa abbasiyah
e)      Ilmu bahasa
ilmu bahasa adalah ilmu nahwu, saraf, bayan ,badi, arud,  dan lain-lain. Ilmu bahasa pada masa dinasti abbasiyah berkembang dengan pesat karena bahasa arab yang semakin berkembag memerlukan  ilmu bahasa yang menyeluruh.
f)       Ilmu fikih
Ilmu fikih dan usul fikih juga mengalami puncak perkembangan pada masa ini. Diantara para tokoh yang berjasa dalam mengembangan ilmu fikih , yaitu imam Abu hanifah dengan karaya fiqhu Akbar, Al-Alim wal Mutaan dan lain-lain; imam malik dengan karyanya dengan karyanya yang terkenal adalah yakni kitab Al-Muwatha; imam syaf’I dengan karyanya yang terkenal adalah yakni  al um dan usul fkih  imam ahmad bin hanbal dengan karya yang terkenal yaitu  musnad, yang memuat 2.800 sampai 2.900 hadist nabi.
g)      Ilmu kealaman
Di samping perkembangan ilmu-ilmu keagamaan , berkembang pula ilmu-ilmu alam, seperti :
1)      Ilmu kedokteran
Ilmu ini mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir dinasti Abbasiyah I dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah II, III, IV. Dinasti Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan. Di antara para dokter yang berjasa dalam mengembangkan ilmu kedokteran, yaitu Abu Zakaria Yuhana bin Masiwaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur; Sabur bin Sahal, direktur rumah sakit Yundishapur; Abu Zakaria Al-Razy, kepala para dokter rumah sakit Bagdad; Ibnu Sina, karyanya yang terkenal adalah al Qanun fi al Thib.
2)      Ilmu sosial
Ilmu sosial pada masa pemerintahan bani Abbasiyah mengalami kemajuan sangat pesat. Akibatnya, kehidupan sosial pada masa itu dibagi ke dalam dua kelas, yaitu;
·         Kelas khusus, terdiri atas khalifah dan ahli famili khalifah, yaitu bani Hasyim; para pembesar negara (seperti menteri, gubernur, panglima, dan para pejabat); para bangsawan yang bukan bani Hasyim (seperti kaum Quraisy pada umumnya); para petuga khusus; anggota tentara; dan pembantu-pembantu istana
·         Kelas umum, terdiri atas para seniman, ulama, fuqaha, pujangga, saudagar dan pengusaha, serta tukang (industrialis) dan petani.
3)      Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi juga mengalami kemajuan yang sangat pesat pada masa ini. Pada masa awal pemerintahan dinasti Abbasiyah, perbendaharaan negara mengalami kemajuan yang sangat hebat. Kas negara selalu penuh. Uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar. Khalifah Al-mansyur benar-benar telah meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangannegara.
4)      Ilmu Pertanian
Ilmu pertanian turut mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat hebat pada masa dinasti Abbasiyah. Ilmu pertanian sangat diperhatikan oleh pemerintah. Usaha lain yang dilakukan untuk menunjukan kemajuan ekonomi pertaniannya adalah dengan membuat bendungan, membangun irigasi, menggali kanal, dan pembuatan lahan pertanian baru.
5)      Ilmu perindustrian
Para khalifah Abbasiyah banyak mencurahkan perhatiannya pada sektor industri . Oleh sebab itu, selama berkuasa mereka tidak saja mementingkan sektor pertanian untuk memajukan perekonomian negara, tetapi juga dengan perhatian yang cukup mereka mengembangkan perindustrian negara.
6)      Ilmu perdagangan
Ilmu perdagangan merupakan salah satu keterampilanbawaan bagi bangsa Arab, juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan . Untuk mencapai tujuan tersebut, para khalifah menganjurkan para ulama dan cendekiawan untuk membuka jurusan ekonomi perdagangan.
4)      Periode Bani Abbasiyah
Periode ini diakui dunia islam sebagi masa kajayaan ilmu pengetahuan  dan peradabaan dalam islam . masa pemerintahaan bani abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pada masa dinasti ini, proses transformasi ilmu pengetahuan dilalakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti bangsa yunani, romawi, hindu,Persia serta berbagai naskah yang ada di kawasan timmur tengah, afrika, Mesopotamia, dan mesir. 
Di awal berdirinya pemerntahan bani absiyyah, belum mengenal lemaga pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Mereka masih mengikuti tradisi  keilmuan para pendahulu mereka, dinasti Umayyah. Baru pada khalifah Harum Ar-Rasyid, didirikan lembaga pendidikan formal seperti darul hikmah, yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Al-makmuh. Dari lembaga inilah banyak lahir para sarjana  dan para ahl ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan  dinasti Abbasiyah dan umat islam pada umumnya.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah ada 2, yaitu :
v        Ilmu-Ilmu Pengetahuan Umum
a.    Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masadinasti bani abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
b.   Ilmu Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain.


c.    Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.
d.   Ilmu Kimia
Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.
e.    Ilmu Hisab
Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan atas pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Tokohnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.
f.    Sejarah
Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu, misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq
g.   IlmuBumi
Ahli ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-9 M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab.
h.   Astronomi
Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi.
v  Ilmu pengetahuan keagamaan
1)      Ilmu Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i.
2)      Ilmu Tafsir
metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan penjelasan para sahabat. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu penafsiran al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada hadits. Diantara tokoh-tokoh mufassir adalah imam al-Thabary, al-sud’a muqatil bin Sulaiman.
3)   Ilmu Fiqih
Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini.
4)   Ilmu Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf.

D.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan Zaman Renaissance (abad 14-16 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman renaissance adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas seperti zaman Yunani kuno. Pada zaman renaissance manusia disebut sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia akan mencapai kemajuan (progress) atas hasil usahanya sendiri, tidak didasarkan campur tangan ilahi.[25]
Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astromoni. Tokoh-tokohnya yang terkenal seperti: Nicolus copernicus (1473-1543) seorang tokoh gerejani yang ortodok yang mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagat raya bumi mempunyai dua macam gerak yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut “Heliloisme” dimana matahari adalah pusat jagat raya bukan bumi sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat oleh Gereja.[26] Ilmuwan lainnya pada periode ini adalah Kepler dan Gelileo Gelilei. Langkah-langkah yang dilakukan Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan (observasi), penyingkiran (eliminasi) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati. Idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif ats peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.

E.     Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Zaman Modern (Abad 17-19 M)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman  modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak  zaman  Renaissance, yaitu  permulaan abad  XIV. Benua Eropa  dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Imam Santoso[27] sebenarnya mempunyai tiga sumber yaitu:
a.       Hubungan antara kerajaan Islam di semenanjung Iberia dengan Negara-negara Perancis. Para pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu di lembaga-lembaga pendidikan di Perancis.
b.      Perang Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan ajaran pengalaman  mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.
c.       Pada tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan Bangsa Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi pioner-pioner bagi pengembangan ilmu di Eropa.
Tokoh yang terkenal sebagai bapak Filsafat modern adalah Rene Descrates. Ia telah mewariskan suatu metode berfikir yang menjadi landasan berfikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah descrates[28] adalah sebagai berikut:
a.       Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b.      Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah permasalahan.
c.       Berfikir runtut mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.      Perincian yang lengkap dan pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan.
Perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaan di tangan Newton. Ilmuwan Inggris ini antara lain merumuskan teori gaya berat dan kaidah-kaidah mekanika dalam karya tulis yang diberi judul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica Asas-asas matematika dari filsafat alam).[29]

F.     Perkembangan Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer (Abad 20 dan seterusnya)
Diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan para filsuf, maka bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Root Fisika dipandang sebagai ilmu pengetauan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur  fundamentasil yang membentuk alam semesta. Fisikawan termashur abad keduapuluh adalah Albert Einstein. Ia mengatakan bahwa alam itu tak terhingga dan tak terbatas, tetapi juga bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta ini bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya pencipata alam. Namun pada tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble yang mempergunakan teropong terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi. Observasi ini menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak statis, melainkan dinamis, sehingga meruntuhkan pendapat Einstein tentang teori kekekalan materi dan alam semesta yang statis. Dan jagad raya ternyata berekspansi.[30]
Disamping teori tentang fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mulai dari penemuan computer, berbagai satelit komunikasi, internet dan lain sebagainya. Mobilitas manusia yang sangat tinggi saat ini merupakan pengaruh teknologi komunikasi dan informasi. Dalam pertengahan abad ini, dapat pula disaksikan lahirnya serangkaian ilmu antar disiplin misalnya ilmu perilaku (behavioral science) yang menggabungkan ilmu psikologi dengan berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi , antropologi untuk menelaah tingkah laku manusia. Contoh lain ilmu antar disiplin ialah Anatomi Sosial manusiawi (Human Social anatomy) yang memadukan anatomi, ilmu fosil, antropologi Ragawi, dan Etopologi studi tentang pola perilaku organisme).[31]
Bidang ilmu lainnya juga mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer cenderung mengetahui hal yang sedikit tapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan sub-spesialis atau super-spesialis, demikian juga bidang-bidang lain. Di samping cenderung ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru, seperti: Bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknologi Kloning.

PENUTUP
Pembahasan mengenai Sejarah Perkembangan Ilmu (Perspektif Filsafat Ilmu), maka disimpulkan sebagai berikut:
1.      Ilmu pada awal berasal dari sebuah bangsa yunani kuno yang msih kental dengan kepercayaan terhadap mitos, mereka masih mempercayai bahwa kejadian alam yang terjadi hanyalah sebuah mitos yang beranggapan bahwa dewa sedang menggelengkan kepalanya. Kemudian manusia mulai mempercayai bahwa kejadian alam tersebut bukan lah hanya sekedar mitos belaka, karena hal tersebut dapat di jabarkan melalui akal dan fikiran manusia. Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tidak hanya untuk memahami masa lampau dalam pandangan masa kini, akan tetapi juga berusaha untuk membuat proyeksi ke masa depan.
2.      Ruang lingkup sejarah perkembangan ilmu pengetahuan yaitu berkurtatpada penjelasan tentang perbuatan manusia yang sudah terjadi, sedang terjadi dan mungkin yang akan terjadi besrta penyebab-penyebabnya.
3.      Sejarah perkembang ilmu pengetahuan: pada zaman Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Zaman Keemasan Islam, Zaman Rennaissance, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer.
4.      Perkembangan dalam Islam sampai pada masa Abbasiyah terbagi menjadi 4 periode yaitu Periodean Kenabian, Periode Khulafaur Rasyidin , Periode Bani Umayyah ,dan Periode Bani Abbasiyah. Kemajuan ilmu yang berkembang di 4 periode tersebut banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama pada zaman keemasan islam ( islamic golden ege ). Yang terjadi pada periode  ummayah.



DAFTAR PUSTAKA
Bahm, Archie, J. 1995. Epistemology: Theory of Knowledge, Albuquerue: Harper ang Row Publisher,
Ignas Kleden. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, Jakarta: LP3ES,
Kuhn, Thomas. S. 1989. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, penerjemah: Tjun Sujarman, Bandung: Remaja Karya,
Mohammad Hatta. 1979. Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan, Cetakan VI, Jakarta: Mutiara,
Murtiningsih, Wahyu. 2012. Para Filsuf Dari Plato sampai Ilmu Bajjah
Rizal Muntasyir – Misnal Munir. 2008. Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Slamet Imam Santoso. 1977. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, jakrata:Sastra Hudaya,
Surajito 2010, Filsafat Ilmu Dan Perkembangan Di Indonesia
The Liang Gie. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu, yogyakarta: Liberti Yogyakarta,
Toety Heraty. 1984. Aku dalam Budaya, Jakarta: Pusataka Jaya,
Van Melsen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, diterjemahkan oleh Bertens, Jakarta: gramedia,


[1]Lalu Muhammad Nurul Wathoni, mahasiswa program Doktor Universitas Islama Negeri Sulan Syarif Kasim Riau, NIM; 31694104589, Program studi Pendidikan Agama Islam. Dosen LB Unirab Riau, Dosen STIT Hidayatullah Batam
[2] Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa  ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis, yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal abad ke-20. Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya,  kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar dari apa yang kita  kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir.
[3] Hukum kausalitas merupakan salah satu kebenaran yang diakui dan disetujui manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki sebab. Kausalitas termasuk di antara prinsip-prinsip yang niscaya lagi rasional. Karena, manusia mendapati di kedalaman wataknya suatu pendorong yang berupaya menjelaskan apa yang ditemuinya dengan mengungkapkan sebab-sebabnya. Dorongan tersebut ada secara fitrah dalam watak manusia. bahkan ada pada beberapa jenis hewan. Hewan akan memperhatikan sumber gerak secara instinktif dan sebab gerak tersebut, kemudian akan mencari sumber suara untuk mengetahui sebabnya. Terkait dengan prinsip kausalitas dalam perspektif filsafat Islam, teks-teks agama telah memberikan porsi yang jelas terhadap prinsip tersebut. Berikut adalah ayat-ayat yang dijadikan landasan untuk mengkaji masalah kausalitas,Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS ar-Rum [30]: 41). “Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami ciptakan dengan ukuran.” (QS 54:49). “Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. 25:2). “Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya” (QS. 13:7). Dari ayat-ayat ini dapat difahami terdapat sistem yang khusus dan urutan tertentu dalam praktik penciptaan. Kehendak Allah untuk mewujudkan adalah kehendak-Nya dalam menciptakan sistem-Nya itu sendiri. Dari sini lahirlah hukum sebab-akibat (kausalitas). Artinya adalah bahwa setiap akibat memiliki sebab yang khusus untuknya, dan setiap sebab memiliki akibat khusus pula. Tidak mungkin suatu akibat muncul dari suatu sebab yang mana saja, dan muncul akibat apa saja. Pada hakikatnya, setiap perwujudan menempati tempat tertentu dalam hukum sebab-akibat. Artinya, bahwa akibat harus dimiliki oleh suatu sebab tertentu yang selanjutnya menjadi sebab bagi sesuatu yang tertentu berikutnya. Inilah pengertian rnendalam dari ayat yang mulia tersebut di atas. Untuk menjelaskan persoalan ini, Murtadha Munthahari mencoba menjelaskan peristiwa alam pada umumnya dan mukjizat yang ”menyimpang” dari biasanya. Menurutnya, di alam ini terdapat ”hukum kausalitas material (’Ilmiyyah)” dan ”hukum kausalitas spiritual (’Irfāniyyah)”. Dalam hukum kausalitas terdapat persoalan ”sebab pertama yang tak bersebab”. Untuk menjawab persoalan ini, Muthahari tiga prinsip kategori wujud, wujud yang harus ada (Wājib Al-Wujud), wujud yang mungkin ada (Mumkin Al-Wujud) dan wujud yang mustahil (Mustahil Al-Wujud). Dalam "Kausalitas Dalam Pandangan Murtadha Muthahari", http://arkoun.multiply. com/journal/item/88. Diakses pada 15: 49, hari Ahad, 22 Jnuari 2017.
[4] Disamping itu juga Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia yang semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidangnya tercapailah suatu kehidupan baru untuk menunjang perkembangan teknologi dan informasi. Jadi perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang  ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Lihat Tim Dosen Filsafat Ilmu, FILSAFAT ILMU. Yogyakarta: LIBERTY, 2001), hlm. 63
[5] Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal. 48
[6] Catatan mengenai peradaban manusia yang paling awal tercatat berasal dari Timur Tengah, persisnya Mesir. Pada zaman pra sejarah, nenek moyang manusia modern di Mesir sudah mengenal bahasa, terbukti dengan peninggalan tulisan-tulisan yang diukir di batu-batu dalam gua. Sejarah mencatat bahwa bangsa Mesir kuno sudah mengenal ilmu bintang, ilmu bumi, arsitektur dan sebagainya. Bangsa Mesir kemudian juga mengembangkan papyrus (sejenis kulit kayu) yang dijadikan bahan tulis (tahun 3000 sebelum Masehi). Lihat Rizal Muntasyir-Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2008), hal. 126
[7] Rizal Muntasyir-Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2008), hal. 127
[8] Slamet Imam Santoso, Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Sastra Hudaya, 1977), hal. 42
[10] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007), hal. 11
[11] Ibid, hal. 3
[12] Ibid, hal. 31
[13] Rizal Muntasyir, Filsafat Ilmu, Op.Cit. hal. 62
[14] The Liang Gie, Pengantar,  Op. Cit. hal. 5
[15] Ibid, hal.1
[16] Slamet Imam Santoso, Sejarah, Op. Cit. hal. 50
[17] Van Melsen, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, diterjemahkan oleh Bertens, (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. 10
[18] Rizal Muntasyir, Filsafat Ilmu, Op. Cit.  hal. 129
[19] Universalism artinya pengembangan iptek mengatasi sekat-sekat kekuasaan, kebangsaan, bahkan keagamaan
[20] Tolerance artinya sikap tenggangrasa dalam pengembangan iptek dimaksud untuk membuka cakrawala di kalangan para ilmuan sehingga perbedaan pendapat dianggap sebagai pemicu ke arah kemajuan, bukan sebagai penghalang
[21] International character of the market (pasar yang bersifat internasional), Di zaman dinasti Abbasiyah perpustakaan Darul Himah membuka pintu bagi para ilmuan non muslim untuk memanfaatkan dan mempelajari berbagai literatur yang ada di dalamnya. Pemasaran hasil iptek merupakan suatu wahana untuk menjamin kontinyuitas aktifitas ilmiah itu sendiri, karena itu, International character of the market.
[22] Respect for science and scientist (penghargaan yang tinggi) dalam arti setiap temuan dihargai secara layak sebagai hasil jerih payah atas usaha seseorang atau sekelompok orang.
[23] The Islam nature of both the end and means of science artinya, sarana dan tujuan iptek haruslah terkait dengan nilai-nilai agama artinya, setiap kegiatan ilmiah tidak boleh bebas nilai, apalagi nilai agama. Sebab ilmuan yang melepaskan diri dari nilai-nilai agama akan terperangkap pada arogansi intelektual, dan menjadikan perkembangan iptek yang depersonalisasi dan dehumanisasi. Lihat Rizal Muntasyir-Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2008, hal. 130
[24] Slamet Imam Santoso, Sejarah, Op. Cit. hal. 53
[25] Slamet Imam Santoso, Sejarah, Op.Cit.  hal. 65
[26] Rizal Muntasyir, Filsafat Ilmu, Op.Cit.  hal.70
[27] Ibid, hal. 67
[28] Toety-Heraty, Aku dalam Budaya, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hal. 6
[29] The Liang Gie, Pengantar, Op. Cit. hal. 13
[30] Bahm, Archie, J, Epistemology: theory of Knowledge, (Albuquerque: Herper and Row Publisher, 1995), hal. 14
[31] The Liang Gie, Pengantar, Op. Cit., hal. 15