Download Pertemuan Ke-3 Mata Kuliah Filsafat Ilmu "DISINI"
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
(PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU)
Dosen Pengampu:
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.[1]
lalu.wathan@gmail.com/
082389421945
PENDAHULUAN
Mengetahui apa sesungguhnya historis ilmu pengetahuan[2], karena tidaklah melalui ilmu itu sendiri, tetapi melalui perjalanan sejarah yang ditakar dengan
filsafat
ilmu. Melalui filsafat ilmulah segala penjelasan mengenai ilmu diperoleh.
Karena itu, filsafat ilmu demikian penting untuk didalami oleh setiap ilmuan
agar ia mengenal hakikat sesuatu yang dimilikinya, yaitu ilmu.
Ilmu pertama kali yang ada di yunani didasarkan oleh mitos yang terjadi
pada zaman tersebut. masyarakat memandang kejadian alam seperti gempa bumi yang
terjadi disebabkan oleh dewa yang sedang menggelengkan kepalanya. Namun ketika
faalsafat ini di perkenalkan fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap
sebagai sebuah mitos lagi tetapi sebagai aktifitas alam yang terjadi secara hukum
kausalitas.[3] Perubahan
pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi.
Dalam perkembangan nya dalam bidang ilmu, manusia
telah dapat membedakan mana hal yang benar benar nyata atau rill dan mana
kejadian yang hanya sebuah ilusi atau mitos. Setelah mereka mampu membedakan
yang mana yang rill dan yang mitos kemudian manusia mampu keluar dari
kungkungan dan mendapatkan ilmu ilmiah, dan inilah titik awal manusia
menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam
jagad raya[4].
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang
peranan dunia islam di dalamnya. pada zaman
islam ilmu pengetahuan telah banyak menorehkan catatan emas dalam peradaban
dunia. Sekitar abad
ke 7 M. pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan
astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. AL-khawarizmi telah menyusun buku
aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa. Dan Tercatat
dalam sejarah juga bahwa
dinasti Bani Abbasiyah yang memerintah setelah Dinasti Bani Ummayah adalah
Dinasti terlama dalam sejarah peradaban islam, mengantarkan peradaban islam
pada masa golden age nya . Dimana
pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Seiring dengan
berjalannya waktu, kemudian ilmu pengetahuan islam diserap dan di resains oleh
bangsa bangsa Eropa, hal ini terjadi setelah sinar kejayaan islam mengalami
kemunduran.
Dari beberapa uraian tersebut,
ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah muncul dengan
sendirinya dan tidaklah berlangsung secara mendadak seperti sekarang ini, melainkan terjadi secara bertahap,
evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus
melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan
pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani
Kuno dan diakhiri pada zaman kontemporer. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan
harus mengetahui secara detail sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu
ke waktu berdasarkan timbangan Filsafat Ilmu.
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani (abad
15-2 SM)
Perkembangan ilmu pada zaman Yunani dapat diidentifikasikan ke dalam dua
periode berikut:
1. Pra
Yunani Kuno (abad 15-7 SM)
Bangsa Yunani merupakan
bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran
bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi
berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Kebebasan berpikir Yunani
disebabkan sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci.[5]
Dalam sejarah
perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti
yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai
peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun
sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara
lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman,
gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia
purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan
pemikiran yang terjadi di Yunani,Babilonia, Mesir[6],
China, Timur Tengah dan Eropa.
Adapun ciri-ciri ilmu
pengetahuan pada zaman ini sebagai berikut:[7]
a.
Know how bagaimana cara berbuat)
dalam kehidupan sehari-hari yang didasrakan pada pengalaman.
b.
Pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap reseptif mind,
keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magic.
c.
Kemampuan menemukan abjad dan
sistim bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke atas
abstraksi.
d.
Kemampuan menulis, berhitung,
menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang
dilakukan.
e.
Kemampuan meramal suatu peristiwa
atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana
bulan dan matahari.
2. Zaman Yunani kuno (abad 7-2 SM)
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan
ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu
dan filsafat, karena Yunani pada masa itu tidak mempercayai mitologi-mitologi.[8]
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan
pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan
anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis). Sikap belakangan
inilah yangmenjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli
pikir terkenal sepanjang masa.[9]
Tokoh atau ilmuwan masa yunani kuno antara lain: Thales,
yang mempelajari astronomi dan topik-topik pengetahuan termasuk fisika.[10]
Dan sebagian sarjana mengakuinya pula sebagai ilmuwan pertama di dunia.[11]
Thales mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi alam, yang
menurutnya semuanya berasal dari air sebagai materi daasar kosmis. Pytagoras
(572-497 SM) adalah seorang ahli matematika yang lebih terkenal Dalailny
dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. 13.
Dan mendirikan aliran filsafat Pythagorianisme yang mengemukakan sebuah
ajaran metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun
dasar pokok dari sifat-sifat benda.[12]
Tokoh lainnya yaitu Demokritus (460-370 SM) yang
menegaskan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan
atom. Pandangan Demokritus ini merupakan cikal bakal perkembangan ilmu fisika,
kimia dan biologi.[13] Plato
(428-348 SM) yang berpendapat bahwa geometri sebagai pengetahuan rasional
berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah ilmu pengetahuan serta bagian
pemahaman mengenai sifat dasar dari kenyataan yang terakhir. Geometri merupakan
suatu ilmu yang dengan akal murni membuktikan proporsi-proporsi abstrak
mengenai hal-hal yang abstrak. Begitu pentingnya geometri bagi filsafat menurut
Plato sehingga konon pintu gerbang akademi Plato tertulis ” janganlah orang
masuk ke sini jika ia tidak mengetahui geometri”.[14]
Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa
filasafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan rasional, yakni pengetahuan
yang diperoleh dari pemikiran atau rasio manusia, yang dapat dibedakan menjadi
tiga bagian yaitu: Praktike (pengetahuan praktis), Poietike (pengetahuan
produktif) dan theoretike (pengetahuan teoritis). Adapun Theoritike
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: Mathematike (pengetahuan
matematika), Phisike (pengetahuan fisika) dan Prote philosophia
(filsafat pertama).[15]
B.
Zaman Abad
Pertengahan (Middle
Age /abad 1-6 M)
Zaman abad
pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas
terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa
ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa
banyak juga temuan dalam bidang ilmu
yang terjadi pada masa ini. Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang
mencolok dengan abad sebelumnya. Perberdaan itu terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan abad
Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen
menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno
yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum
mengenal adanya wahyu.
Zaman
pertengahan atau yang disebut Middle Age yang ditandai juga dengan tampilnya
para theolog di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia eropa. Para ilmuwan
pada masa ini hampir semua para theolog, sehingga aktifitas ilmiah terkait
dengan aktifitas keagamaan yaitu agama Kristen, atau dengan kata lain, kegiatan
ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi
ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia (abdi agama). Sebaliknya di dunia
Timur terutama Negara-negara Islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan
yang sangat pesat. Kalau di daerah Barat pada zaman pertengahan lebih berkutat
pada masalah-masalah keagamaan, maka berbeda dengan peradaban dunia Islam yang
saat itu melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof
yunani dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainya.[16]
Bani Umayyah sebagai salah satu contohnya telah menemukan
suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, yaitu sekitar 8 abad
sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam yang
menaklukkan Persia abd 8 Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran di Jundishapur.
Pada zaman keemasan kebudayaan Islam dilakukan penerjemahan berbagai karya
Yunani dan bahkan Kholifah Al Makmun telah mendirikan Rumah
kebajikan (House Wisdom/ Baitul Hikmah) pada abad 9 Masehi. Itu
artinya bahwa perjalanan peradaban Islam sudah jauh lebih dulu terbentuk
dibandingkan peradaban Barat. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga bidang, yaitu: a. Menterjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan
menyebarluaskan sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti
sekarang ini; b. Memperluas pengamatan dalam ilmu Kedokteran,
obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan; dan c. Menegaskan
sistim decimal dan dasar-dasar aljabar.[17]
Pada zaman ini, Eropa berada dalam masa tidur panjang akibat
pengaruh dogma-dogma agama sedangkan kebudayaan Islam di zaman dinasti
Abbasiyah berada pada puncak keemasannya. Ali Kettani menengarahi
kemajuan umat Islam pada masa itu lantaran didukung semangat sebagai berikut: [18] a.
Universalism[19]; b.
Tolerance[20]; c.
International Character of the market[21]; d.
respect for science and scintist[22];
dan e. the Islam nature of both the end and means of science[23].
Tanda lain dari keemasan Islam (Golden Age) adalah
kemajuan pesat ilmu dengan memperkenalkan sistim desimal. Filsuf muslim Al
Khawaruzmi yang mengembangkan trigonometri dengan memperkenalkan teori sinus
dan cosinus, tangent dan cotangent. Ilmu Fisika
menampilkan Fisikus asal Baghdad Musa Ibnu Syakir dan putranya Muhammad,
Ahmad dan Hasan yang mengarang kitab Al Hiyal yang menggambarkan hukum-hukum
mekanik dan stabilitas. Ibnu Al Haytham (965-1039 M) yang mengarang
kitab Al-Manadhir, yang membuktikan hukum refraksi cahaya. Bidang
astronomi pada awalnya diterjemahkan pada zaman bani Umayyah dan dilanjutkan
pada zaman bani Abbasiyah awal. Ibnu Habib Al Farisi (777 M) merupakan
ilmuan muslim pertama yang menerjemahkan karya Ptolemy yang berjudul Almagest.
Bidang ilmu Kimia menampilkan Jabir Ibnu Hayyan Al Kufi dari Kufah yang
memiliki Laboratorium dekat Bawabah Damaskus yang melakukan percobaan pada
pancaindera, penggunaan metalik, dan lain-lain. Jabir menggambarkan eksperimen
yang dilakukan dalam kalimat berikut ini: ”Pertama kali saya mengetahui
sesuatu dengan tangan dan otak saya, dan saya menyelidiki sesuatu itu sampai
benar, dan mencari kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya”.[24]
C.
Perkembangan Ilmu dalam Islam (Abad 6-13 M)
Pada dasarnya Zaman ini termasuk juga
zaman pertengahan keilmuan. Namun penulis memisahkan pembahasannya untuk
mempermudah pembaca memahami keilmuan Islam pada khususnya secara eksplisit, karena
melihat historis yang lebih panjang dari zaman sebelumnya (zaman pertengahan
Agama Nabi Isa as.). Sejak Nabi Muhammad saw nilai-nilai ajaran Islam mulai
diajarkan dan ditanamkan kepada kaum muslimin, baik nilai ubudiyah, muamalah,
maupun nilai ilmiah. Dari masa ke masa, sejak masa Rasulullah, Khulafaur
rasyidin, bani Umayyah, bani Abbasiyah, hingga sekarang, semangat keilmuan kaum
muslimin itu terus terpelihara dan semakin berkembang pesat. Berikut uraiannya.
Kaum muslimin diperintahkan untuk mencari, mengkaji, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan menggunakan akal pikirannya.Sejarah umat manusia mencatat bahwa
umat Islam telah berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di
masanya.Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam terbagi pada
empat periode, yaitu sebagai berikut:
1)
Periode Kenabian
Rasul menyerukan umat Islam agar terus belajar membaca
dan menulis, umat Islam menyambut seruan Allah dan Hadist nabi tentang ilmu.
Mereka belajar membaca dan menulis agar dapat menyebarluaskan agamanya. Pembentukan
Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak itu disajikan oleh Rasulullah sebagai Mahaguru
pendidik yang agung secara berangsur –angsur bersamaan dengan berangsur
–angsurnya Al-Qur’an diturunkan kepada beliau.
Pada masa Rasulullah saw terdapat banyak
aktivitas keilmuan, baik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. sendiri, yang
dilakukan bersama para sahabatnya, maupun yang dilakukan oleh para sahabat
beliau secara mandiri. Di antara aktivitas keilmuan yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. dan para sahabat pada waktu itu adalah sebagai berikut.
Ø
Pengumpulan dan
penulisan AI-Qur'an
Ø
Pengumpulan dan
penulisan Al-hadist
2)
Periode Khulafaur
Rasyidin
Sepeninggal rasullulah saw dunia islam di pimpin oleh para khalifah
rasullulah saw.yang di kenal dengan Khulafaur Rasyidin(para khalifah yang
mendapat petunjuk).Mereka itu adalah Abu Bakar as-Siddiq,Umar bin khatab,Usman
bi Affan,dan Ali bin Abi Talib.Di bawah kepemimpinan mereka,Islam semakin maju
dan ilmu pengetahuan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup
pesat.Banyak ilmu pengetahuan yang tumbuh dan berkembang pada masa itu,baik itu
ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu-ilmu pengetahuan lainnya,sepeti ilmu
administrasi Negara dan ilmu pemerintahan islam.
3)
Periode Bani Umayyah
Pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan islam pada masa ini berjalan di zaman pemulaan
islam,hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah
sendiri.
Faktor yang
menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan pada masa
ini,salah satunya adalah factor pemerintahan bani Umayyah yang leih suka pada
membangun kekuatan pemeintahan atau politik yang cenderung otoriter.Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan islam pada masa bani Umayyah secara
detail,simaklah pembahasan berikut ini.
Pada masa bani
Umayyah ada tiga aktivitas keilmuan yang berkembang dengan sendirinya,yaitu
aktivitas pengembangan ilmu-ilmu agama,karena di dorong semangat agama yang
sangat kuat ;aktivitas pembangunan filsafat,karena ahli agama I akhir bani
Umayyaj memperguakan filsafat untuk melawan Yahudi dan Nasrani;aktivitas
pengembangan ilmu sejarah,karena ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat atau asal
usul suatu masalah keilmuan.
·
Ilmu pengetahuan
yang tumbuh pada masa dinasti Abbasiyah ada 2, yaitu :
·
Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan terbagi menjadi 6, yaitu :
a) Ilmu tafsir
Ilmu tafsir pada
masa bani abbsiyah berkuasa, mengalami kemajuan pesat. Para ahli tafsir bil
masur yang terkenal pada masa itu, antara lain ibnu jarir al-thabry, ibnu
Athiyah Al-Andalusy dan As Sundai.
b) Ilmu hadis
Hadist merupakan sumber hukum sumber islam ke dua setelah
Al-Qur’an. Pada masa pemerintahan dinasti abbasiyah, ilmu hadis berkembang
dengan pesat. Pada masa banyak lahir para ahli hadis terkemuka yaitu Imam
bukhari, atau Abu Abdullah muhamad bin
abli hasan al-bukhari , Iman muslim , atau imam abu muslim bin al-hajjaj
al-qushairy al-naisjabury.
c) Ilmu kalam
para ulama
islam mengenal ilmu kalam agar dapat menadingi filsafat bangsa lain. Di antara
pelopor dan ahli ilmu kalam adalah wasil bin atha. Abu huzail al-allaf,
ad-dhaham, abdul hasan, al-asy’ary, dan imam ghazali.
d) Ilmu tasawuf
Ilmu tawuf ilmu
syariat adalah tekun beridah dengan
menyarahkan diri sepenuhnya kepada allah, meninggalkan atau menjauhkan diri dari kesenangan dan rahasia
dunia, serta bersembunyi diri untuk beribadah. ilmu ini mengalami kemajuaanya
pada saat-saat akhir pemerintahan Abbasiyah. Meskipun jauh sebelumnya, yakini
pada Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin dan bani Umayyah, ilmun ini telah ada,
tapi belum mengalami kemajuan seperti pada masa abbasiyah
e) Ilmu bahasa
ilmu
bahasa adalah ilmu nahwu, saraf, bayan ,badi, arud, dan lain-lain. Ilmu bahasa pada masa dinasti
abbasiyah berkembang dengan pesat karena bahasa arab yang semakin berkembag
memerlukan ilmu bahasa yang menyeluruh.
f) Ilmu fikih
Ilmu fikih dan usul fikih juga mengalami puncak
perkembangan pada masa ini. Diantara para tokoh yang berjasa dalam mengembangan
ilmu fikih , yaitu imam Abu hanifah dengan karaya fiqhu Akbar, Al-Alim wal
Mutaan dan lain-lain; imam malik dengan karyanya dengan karyanya yang terkenal
adalah yakni kitab Al-Muwatha; imam syaf’I dengan karyanya yang terkenal adalah
yakni al um dan usul fkih imam ahmad bin hanbal dengan karya yang
terkenal yaitu musnad, yang memuat 2.800
sampai 2.900 hadist nabi.
g) Ilmu kealaman
Di samping
perkembangan ilmu-ilmu keagamaan , berkembang pula ilmu-ilmu alam, seperti :
1) Ilmu kedokteran
Ilmu ini mulai
berkembang dengan pesat pada masa akhir dinasti Abbasiyah I dan mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah II, III, IV. Dinasti
Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan. Di antara para dokter yang
berjasa dalam mengembangkan ilmu kedokteran, yaitu Abu Zakaria Yuhana bin
Masiwaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur; Sabur bin Sahal,
direktur rumah sakit Yundishapur; Abu Zakaria Al-Razy, kepala para dokter rumah
sakit Bagdad; Ibnu Sina, karyanya yang terkenal adalah al Qanun fi al Thib.
2) Ilmu sosial
Ilmu
sosial pada masa pemerintahan bani Abbasiyah mengalami kemajuan sangat pesat.
Akibatnya, kehidupan sosial pada masa itu dibagi ke dalam dua kelas, yaitu;
·
Kelas khusus, terdiri atas khalifah dan ahli
famili khalifah, yaitu bani Hasyim; para pembesar negara (seperti menteri,
gubernur, panglima, dan para pejabat); para bangsawan yang bukan bani Hasyim
(seperti kaum Quraisy pada umumnya); para petuga khusus; anggota tentara; dan
pembantu-pembantu istana
·
Kelas umum, terdiri atas para seniman, ulama,
fuqaha, pujangga, saudagar dan pengusaha, serta tukang (industrialis) dan
petani.
3)
Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi juga mengalami kemajuan yang sangat
pesat pada masa ini. Pada masa awal pemerintahan dinasti Abbasiyah,
perbendaharaan negara mengalami kemajuan yang sangat hebat. Kas negara selalu
penuh. Uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar. Khalifah Al-mansyur
benar-benar telah meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangannegara.
4)
Ilmu Pertanian
Ilmu pertanian turut mengalami perkembangan dan kemajuan
yang sangat hebat pada masa dinasti Abbasiyah. Ilmu pertanian sangat
diperhatikan oleh pemerintah. Usaha lain yang dilakukan untuk menunjukan
kemajuan ekonomi pertaniannya adalah dengan membuat bendungan, membangun
irigasi, menggali kanal, dan pembuatan lahan pertanian baru.
5)
Ilmu perindustrian
Para khalifah Abbasiyah banyak mencurahkan
perhatiannya pada sektor industri . Oleh sebab itu, selama berkuasa mereka
tidak saja mementingkan sektor pertanian untuk memajukan perekonomian negara,
tetapi juga dengan perhatian yang cukup mereka mengembangkan perindustrian
negara.
6)
Ilmu perdagangan
Ilmu perdagangan merupakan salah satu keterampilanbawaan
bagi bangsa Arab, juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan . Untuk
mencapai tujuan tersebut, para khalifah menganjurkan para ulama dan cendekiawan
untuk membuka jurusan ekonomi perdagangan.
4)
Periode Bani
Abbasiyah
Periode ini diakui
dunia islam sebagi masa kajayaan ilmu pengetahuan dan peradabaan dalam islam . masa
pemerintahaan bani abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai
bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pada masa dinasti
ini, proses transformasi ilmu pengetahuan dilalakukan dengan cara penerjemahan
berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti bangsa yunani, romawi,
hindu,Persia serta berbagai naskah yang ada di kawasan timmur tengah, afrika,
Mesopotamia, dan mesir.
Di awal berdirinya
pemerntahan bani absiyyah, belum mengenal lemaga pendidikan formal, seperti
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Mereka masih mengikuti tradisi keilmuan para pendahulu mereka, dinasti
Umayyah. Baru pada khalifah Harum Ar-Rasyid, didirikan lembaga pendidikan
formal seperti darul hikmah, yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh
Al-makmuh. Dari lembaga inilah banyak lahir para sarjana dan para ahl ilmu pengetahuan yang membawa
kejayaan dinasti Abbasiyah dan umat
islam pada umumnya.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah
ada 2, yaitu :
v
Ilmu-Ilmu
Pengetahuan Umum
a. Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada
masadinasti bani abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Diantara tokoh yang
member andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu
Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
b.
Ilmu Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor:
pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua
masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal
dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary,
Ghazali, Sajastani dan lain-lain.
c. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran
merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada
masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan
juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam
dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.
d. Ilmu Kimia
Ilmu kimia juga
termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin.
tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.
e. Ilmu Hisab
Diantara
ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau
matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan atas pemerintahan untuk
menentukan waktu yang tepat. Tokohnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.
f. Sejarah
Pada masa ini
sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu, misalnya sejarah
hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah Muhammad bin Sa’ad,
Muhammad bin Ishaq
g. IlmuBumi
Ahli ilmu bumi
pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-9 M, khususnya dalam
studynya mengenai bidang kawasan arab.
h. Astronomi
Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani
dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk
mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani
banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa
al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi.
v Ilmu
pengetahuan keagamaan
1)
Ilmu
Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam
bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim
hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud,
at-tirmidzi dan al-nasa’i.
2)
Ilmu Tafsir
metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran
oleh sekelompok mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits
dan penjelasan para sahabat. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu penafsiran
al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada hadits. Diantara
tokoh-tokoh mufassir adalah imam al-Thabary, al-sud’a muqatil bin Sulaiman.
3)
Ilmu Fiqih
Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada
masa bani abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini.
4)
Ilmu Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi
menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara
para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf.
D. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Zaman Renaissance (abad 14-16
M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan
ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman renaissance adalah manusia yang merindukan pemikiran yang
bebas seperti zaman Yunani kuno. Pada zaman renaissance manusia disebut sebagai
animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan
berkembang. Manusia akan mencapai kemajuan (progress) atas hasil usahanya
sendiri, tidak didasarkan campur tangan ilahi.[25]
Penemuan-penemuan
ilmu pengetahuan modern sudah mulai
dirintis pada zaman renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada
masa ini adalah bidang astromoni. Tokoh-tokohnya yang terkenal seperti: Nicolus
copernicus (1473-1543) seorang tokoh gerejani yang ortodok yang
mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagat raya bumi mempunyai dua macam
gerak yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan
mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut “Heliloisme” dimana matahari adalah
pusat jagat raya bukan bumi sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang
diperkuat oleh Gereja.[26]
Ilmuwan lainnya pada periode ini adalah Kepler dan Gelileo Gelilei.
Langkah-langkah yang dilakukan Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh
kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal
seperti: pengamatan (observasi), penyingkiran (eliminasi) segala
hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati. Idealisasi, penyusunan
teori secara spekulatif ats peristiwa tersebut, peramalan (prediction),
pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk
menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.
E. Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Zaman Modern (Abad 17-19 M)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang
ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya
sudah dirintis sejak zaman Renaissance, yaitu permulaan
abad XIV. Benua Eropa dipandang sebagai basis perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Imam Santoso[27] sebenarnya
mempunyai tiga sumber yaitu:
a.
Hubungan antara kerajaan Islam di
semenanjung Iberia dengan Negara-negara Perancis. Para pendeta di Perancis
banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu
pengetahuan yang diperolehnya itu di lembaga-lembaga pendidikan di Perancis.
b.
Perang Salib (1100-1300) yang
terulang sebanyak enam kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun
juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai
negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan
ajaran pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.
c.
Pada tahun 1453 Istambul jatuh ke
tangan Bangsa Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia
atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi pioner-pioner bagi pengembangan
ilmu di Eropa.
Tokoh yang
terkenal sebagai bapak Filsafat modern adalah Rene Descrates. Ia telah
mewariskan suatu metode berfikir yang menjadi landasan berfikir dalam ilmu
pengetahuan modern. Langkah-langkah descrates[28]
adalah sebagai berikut:
a.
Tidak menerima apapun sebagai hal
yang benar kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b.
Memilah-milah masalah menjadi
bagian-bagian terkecil untuk mempermudah permasalahan.
c.
Berfikir runtut mulai dari hal
yang sederhana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.
Perincian yang lengkap dan
pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan.
Perkembangan
ilmu mencapai puncak kejayaan di tangan Newton. Ilmuwan Inggris ini
antara lain merumuskan teori gaya berat dan kaidah-kaidah mekanika dalam karya
tulis yang diberi judul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica
Asas-asas matematika dari filsafat alam).[29]
F. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer (Abad 20 dan seterusnya)
Diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan para filsuf, maka
bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Root
Fisika dipandang sebagai ilmu pengetauan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur
fundamentasil yang membentuk alam semesta. Fisikawan termashur abad
keduapuluh adalah Albert Einstein. Ia mengatakan bahwa alam itu tak terhingga
dan tak terbatas, tetapi juga bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta ini bersifat
kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya pencipata alam. Namun pada
tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble yang mempergunakan teropong
terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita dengan kelajuan
yang sebanding dengan jaraknya dari bumi. Observasi ini menunjukkan bahwa alam
semesta ini tidak statis, melainkan dinamis, sehingga meruntuhkan pendapat
Einstein tentang teori kekekalan materi dan alam semesta yang statis. Dan jagad
raya ternyata berekspansi.[30]
Disamping teori tentang fisika, teori alam semesta dan
lain-lain, maka zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mulai dari penemuan computer, berbagai
satelit komunikasi, internet dan lain sebagainya. Mobilitas manusia yang sangat
tinggi saat ini merupakan pengaruh teknologi komunikasi dan informasi. Dalam
pertengahan abad ini, dapat pula disaksikan lahirnya serangkaian ilmu antar
disiplin misalnya ilmu perilaku (behavioral science) yang menggabungkan
ilmu psikologi dengan berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi ,
antropologi untuk menelaah tingkah laku manusia. Contoh lain ilmu antar
disiplin ialah Anatomi Sosial manusiawi (Human Social anatomy) yang
memadukan anatomi, ilmu fosil, antropologi Ragawi, dan Etopologi studi tentang
pola perilaku organisme).[31]
Bidang ilmu lainnya juga mengalami perkembangan yang sangat
pesat sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam.
Ilmuwan kontemporer cenderung mengetahui hal yang sedikit tapi secara mendalam.
Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan sub-spesialis atau
super-spesialis, demikian juga bidang-bidang lain. Di samping cenderung ke arah
spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan
lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru, seperti: Bioteknologi yang
dewasa ini dikenal dengan teknologi Kloning.
PENUTUP
Pembahasan mengenai Sejarah Perkembangan Ilmu (Perspektif Filsafat Ilmu),
maka disimpulkan sebagai berikut:
1.
Ilmu pada awal berasal dari sebuah bangsa yunani
kuno yang msih kental dengan kepercayaan terhadap mitos, mereka masih
mempercayai bahwa kejadian alam yang terjadi hanyalah sebuah mitos yang
beranggapan bahwa dewa sedang menggelengkan kepalanya. Kemudian manusia mulai mempercayai bahwa kejadian
alam tersebut bukan lah hanya sekedar mitos belaka, karena hal tersebut dapat
di jabarkan melalui akal dan fikiran manusia. Sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan tidak hanya untuk memahami masa lampau dalam
pandangan masa kini, akan tetapi juga berusaha untuk membuat proyeksi ke masa
depan.
2.
Ruang lingkup sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan yaitu berkurtatpada penjelasan tentang perbuatan manusia yang
sudah terjadi, sedang terjadi dan mungkin yang akan terjadi besrta
penyebab-penyebabnya.
3.
Sejarah perkembang ilmu pengetahuan:
pada zaman Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Zaman Keemasan Islam, Zaman
Rennaissance, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer.
4.
Perkembangan dalam Islam sampai pada masa
Abbasiyah terbagi menjadi 4 periode yaitu Periodean Kenabian, Periode Khulafaur
Rasyidin , Periode Bani Umayyah ,dan Periode Bani Abbasiyah. Kemajuan ilmu yang
berkembang di 4 periode tersebut banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat
terutama pada zaman keemasan islam ( islamic golden ege ). Yang terjadi pada
periode ummayah.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahm, Archie, J. 1995. Epistemology: Theory of Knowledge,
Albuquerue: Harper ang Row Publisher,
Ignas Kleden. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan,
Jakarta: LP3ES,
Kuhn, Thomas. S. 1989. Peran Paradigma dalam Revolusi
Sains, penerjemah: Tjun Sujarman, Bandung: Remaja Karya,
Mohammad Hatta. 1979. Pengantar ke Jalan Ilmu
Pengetahuan, Cetakan VI, Jakarta: Mutiara,
Murtiningsih,
Wahyu. 2012. Para Filsuf Dari Plato
sampai Ilmu Bajjah
Rizal Muntasyir – Misnal Munir. 2008. Filsafat Ilmu,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Slamet Imam Santoso. 1977. Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan, jakrata:Sastra Hudaya,
Surajito 2010, Filsafat Ilmu Dan Perkembangan Di Indonesia
The Liang Gie. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu, yogyakarta:
Liberti Yogyakarta,
Toety Heraty. 1984. Aku dalam Budaya, Jakarta: Pusataka
Jaya,
Van Melsen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab
Kita, diterjemahkan oleh Bertens, Jakarta: gramedia,
[1]Lalu Muhammad Nurul Wathoni, mahasiswa program Doktor
Universitas Islama Negeri Sulan Syarif Kasim Riau, NIM; 31694104589, Program
studi Pendidikan Agama Islam. Dosen LB Unirab Riau, Dosen STIT Hidayatullah
Batam
[2] Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang
merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang
benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin
tahu tentang dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna
praktis, yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi
dasar ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal abad ke-20.
Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya, kemajuan- kemajuan
serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya
terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan
‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan
astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga
abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida
tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang
membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling
sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari
segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar
dari apa yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun
sebelum Pythagoras lahir.
[3] Hukum kausalitas merupakan salah satu
kebenaran yang diakui dan disetujui manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki sebab. Kausalitas termasuk
di antara prinsip-prinsip yang niscaya lagi rasional. Karena, manusia mendapati
di kedalaman wataknya suatu pendorong yang berupaya menjelaskan apa yang
ditemuinya dengan mengungkapkan sebab-sebabnya. Dorongan tersebut ada secara
fitrah dalam watak manusia. bahkan ada pada beberapa jenis hewan. Hewan akan
memperhatikan sumber gerak secara instinktif dan sebab gerak tersebut, kemudian
akan mencari sumber suara untuk mengetahui sebabnya. Terkait dengan prinsip
kausalitas dalam perspektif filsafat Islam, teks-teks agama telah memberikan
porsi yang jelas terhadap prinsip tersebut. Berikut adalah ayat-ayat yang
dijadikan landasan untuk mengkaji masalah kausalitas, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)” (QS ar-Rum [30]: 41). “Sesungguhnya
segala sesuatu itu Kami ciptakan dengan ukuran.” (QS 54:49). “Dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya” (QS. 25:2). “Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada
ukurannya” (QS. 13:7). Dari ayat-ayat ini dapat difahami terdapat sistem
yang khusus dan urutan tertentu dalam praktik penciptaan. Kehendak Allah untuk
mewujudkan adalah kehendak-Nya dalam menciptakan sistem-Nya itu sendiri. Dari
sini lahirlah hukum sebab-akibat (kausalitas). Artinya adalah bahwa setiap
akibat memiliki sebab yang khusus untuknya, dan setiap sebab memiliki akibat
khusus pula. Tidak mungkin suatu akibat muncul dari suatu sebab yang mana saja,
dan muncul akibat apa saja. Pada hakikatnya, setiap perwujudan menempati tempat
tertentu dalam hukum sebab-akibat. Artinya, bahwa akibat harus dimiliki oleh
suatu sebab tertentu yang selanjutnya menjadi sebab bagi sesuatu yang tertentu
berikutnya. Inilah pengertian rnendalam dari ayat yang mulia tersebut di atas.
Untuk menjelaskan persoalan ini, Murtadha Munthahari mencoba menjelaskan
peristiwa alam pada umumnya dan mukjizat yang ”menyimpang” dari biasanya.
Menurutnya, di alam ini terdapat ”hukum kausalitas material (’Ilmiyyah)”
dan ”hukum kausalitas spiritual (’Irfāniyyah)”. Dalam hukum kausalitas
terdapat persoalan ”sebab pertama yang tak bersebab”. Untuk menjawab persoalan
ini, Muthahari tiga prinsip kategori wujud, wujud yang harus ada (Wājib
Al-Wujud), wujud yang mungkin ada (Mumkin Al-Wujud) dan wujud yang mustahil
(Mustahil Al-Wujud). Dalam "Kausalitas Dalam Pandangan Murtadha
Muthahari", http://arkoun.multiply.
com/journal/item/88. Diakses pada 15: 49, hari Ahad, 22 Jnuari 2017.
[4] Disamping itu juga Seiring dengan
perkembangan zaman dan pola pikir manusia yang semakin pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dalam bidangnya tercapailah suatu kehidupan baru untuk
menunjang perkembangan teknologi dan informasi. Jadi perkembangan ilmu
pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Lihat Tim Dosen
Filsafat Ilmu, FILSAFAT ILMU. Yogyakarta: LIBERTY, 2001), hlm. 63
[5] Mukhtar,
Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2014), hal. 48
[6] Catatan
mengenai peradaban manusia yang paling awal tercatat berasal dari Timur Tengah,
persisnya Mesir. Pada zaman pra sejarah, nenek moyang manusia modern di Mesir
sudah mengenal bahasa, terbukti dengan peninggalan tulisan-tulisan yang diukir
di batu-batu dalam gua. Sejarah mencatat bahwa bangsa Mesir kuno sudah mengenal
ilmu bintang, ilmu bumi, arsitektur dan sebagainya. Bangsa Mesir kemudian juga
mengembangkan papyrus (sejenis kulit kayu) yang dijadikan bahan tulis (tahun
3000 sebelum Masehi). Lihat Rizal Muntasyir-Misnal Munir, Filsafat Ilmu,
(Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2008), hal. 126
[7] Rizal
Muntasyir-Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pusataka Pelajar,
2008), hal. 127
[8] Slamet
Imam Santoso, Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Sastra
Hudaya, 1977), hal. 42
[10] The
Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,
2007), hal. 11
[11] Ibid,
hal. 3
[12] Ibid,
hal. 31
[13] Rizal
Muntasyir, Filsafat Ilmu, Op.Cit. hal. 62
[14] The
Liang Gie, Pengantar, Op. Cit. hal.
5
[15] Ibid,
hal.1
[16] Slamet
Imam Santoso, Sejarah, Op. Cit. hal. 50
[17] Van
Melsen, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, diterjemahkan oleh
Bertens, (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. 10
[18] Rizal
Muntasyir, Filsafat Ilmu, Op. Cit. hal. 129
[19] Universalism artinya
pengembangan iptek mengatasi sekat-sekat kekuasaan, kebangsaan, bahkan
keagamaan
[20] Tolerance
artinya sikap tenggangrasa dalam pengembangan iptek dimaksud untuk membuka
cakrawala di kalangan para ilmuan sehingga perbedaan pendapat dianggap sebagai
pemicu ke arah kemajuan, bukan sebagai penghalang
[21] International
character of the market (pasar yang bersifat internasional), Di zaman
dinasti Abbasiyah perpustakaan Darul Himah membuka pintu bagi para
ilmuan non muslim untuk memanfaatkan dan mempelajari berbagai literatur yang
ada di dalamnya. Pemasaran hasil iptek merupakan suatu wahana untuk menjamin
kontinyuitas aktifitas ilmiah itu sendiri, karena itu, International
character of the market.
[22] Respect
for science and scientist (penghargaan yang tinggi) dalam arti setiap
temuan dihargai secara layak sebagai hasil jerih payah atas usaha seseorang
atau sekelompok orang.
[23] The
Islam nature of both the end and means of science artinya, sarana dan
tujuan iptek haruslah terkait dengan nilai-nilai agama artinya, setiap kegiatan
ilmiah tidak boleh bebas nilai, apalagi nilai agama. Sebab ilmuan yang
melepaskan diri dari nilai-nilai agama akan terperangkap pada arogansi
intelektual, dan menjadikan perkembangan iptek yang depersonalisasi dan dehumanisasi.
Lihat Rizal Muntasyir-Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pusataka
Pelajar, 2008, hal. 130
[24] Slamet
Imam Santoso, Sejarah, Op. Cit. hal. 53
[25] Slamet
Imam Santoso, Sejarah, Op.Cit. hal. 65
[26] Rizal
Muntasyir, Filsafat Ilmu, Op.Cit. hal.70
[27] Ibid,
hal. 67
[28] Toety-Heraty,
Aku dalam Budaya, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hal. 6
[29] The
Liang Gie, Pengantar, Op. Cit. hal. 13
[30] Bahm,
Archie, J, Epistemology: theory of Knowledge, (Albuquerque: Herper and Row
Publisher, 1995), hal. 14
[31] The
Liang Gie, Pengantar, Op. Cit., hal. 15
". ..Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir"
BalasHapusbisa mintak referensinya pak doktor??
Ya pak Guru, bisa dilihat pada bukunya Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal. 48
BalasHapus