al-Qur’an dipraktikkan secara nyata? Kita akan mendapat gambaran riil
dari akhlak Rasulullah seperti yang pernah diriwayatkan oleh Sa’ad bin
Hisyam bin Amir ra., ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Ummul
Mukminin, Aisyah ra., tentang budi pekerti Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam, maka ia menjawab, “Budi pekerti Rasulullah adalah al-Qur`an.” (Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).
Pernyataan dari Ummul Mukminin tersebut seolah-olah menggambarkan
diri Rasulullah sebagai al-Qur’an yang berjalan di atas muka bumi.
Apabila Anda membaca dan menghayati isi kandungan al-Qur’an, seakan-akan Anda menelusuri kembali perjalanan hidup Rasulullah.
Di dalam al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepada Rasululah,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (al-Qalam: 4).
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman kepada beliau,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, oleh karena itu,
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka.” (Ali `Imran: 159).
Allah berfirman,
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf (baik), serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (al-A’raf : 199).
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin.” (at-Taubah: 128).
Di dalam hadits banyak diterangkan bahwa beliau mengajari para
sahabat tentang cara dan etika ketika mereka berinteraksi dengan
al-Qur’an. Kalau hal itu dipraktikkan dalam membaca alQur’an oleh setiap
Muslim niscaya hati mereka menjadi luluh dan dengan serta merta dia
akan merujuk kepada al-Qur’an.
Dalam kitab Shahih Muslim dari Abi Umamah ra, diterangkan bahwa Rasulullah bersabda, “Bacalah
al-Qur’an karena ia akan memberikan syafaat (pertolongan) kepada siapa
saja yang gemar membacanya pada hari kiamat kelak.” (Muslim dan Ahmad).
Kalau al-Qur’an sudah memberikan syafaat kepada Anda, maka keuntungan
dan kesenangan yang tiada tara akan meliputi hati Anda dan alangkah
bahagianya hati Anda saat itu.
Dalam kitab Shahih Bukhari diriwayatkan bahwa Utsman bin Affan ra berkata, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya.” (Bukhari dan Abu Dawud).
Maksud dari sabda Rasululah ini adalah sebaik-baik orang yang paling
mulia dan orang yang paling agung di antara kita adalah orang yang
senantiasa berhubungan dengan al-Qur’an.
Ini adalah karakteristik yang telah Allah turunkan di atas muka bumi
ini. Jadi, bukan karakteristik atau ciri yang diusung oleh para pemikir
dan bukan juga yang digembor-gemborkan oleh para penganut paham
materialistis yang memuliakan dan menghargai manusia sesuai dengan
pangkat, jabatan, atau garis keturunannya. Sama sekali tidak. Akan
tetapi, “Sebaik-baik diri Anda adalah orang yang mempelajari al-Qur’an
dan mengajarkannya.”
Oleh karena itu, Rasulullah senantiasa memposisikan derajat manusia
sesuai dengan kadar kedekatan dan interaksi mereka dengan al-Qur’an.
Beliau juga memuliakan dan menghargai mereka sesuai dengan tingkat
hapalan dan bacaan mereka terhadap al-Qur`an, serta terhadap pengkajian
dan pemahaman mereka terhadap kandungan al-Qur`an yang mulia ini.
Anas bin Malik ra berkata, suatu ketika Rasulullah mengirimkan
brigade pasukan untuk berperang di jalan Allah, maka Rasulullah bertanya
kepada mereka, “Siapakah di antara kalian yang telah menghapal al-Qur’an (seluruhnya)?” Mereka semuanya diam.
Lalu beliau bertanya lagi, “Adakah di antara kalian yang telah menghapal beberapa surat dari al-Qur’an?” Salah seorang di antara mereka menjawab, “Aku wahai Rasulullah.”
Beliau bertanya, “Apa saja yang sudah engkau hapal?” Dia menjawab, “Saya sudah menghapal surat al-Baqarah.” Maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Kalau begitu berangkatlah dan engkaulah pemimpin mereka.” (Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Nasa’i, dan Hakim).
Beginilah kualifikasi atau penyeleksian yang diajarkan oleh Islam.
Yang paling mulia dan paling utama adalah para penganut kalimat “La Ilaha Illallah” dan para penghamba yang hakiki kepada Allah.
Bila Anda sudah menghapal surat al-Baqarah dan surat tersebut sudah
mendarah daging dalam diri Anda sehingga Anda senantiasa berinteraksi
dan berhubungan dalam kehidupan sesuai dengan tuntutan dan perintahnya,
maka Andalah yang menjadi pemimpin prajurit itu.
Jabir bin Abdullah ra. berkata, “Tatkala perang Uhud terjadi,
Rasulullah bertanya tentang para syuhada yang mendapatkan syahid, maka
beliau mendahulukan orang yang paling banyak hapalan al-Qur’annya menuju
liang lahat.” (Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi).
Sesungguhnya, al-Qur’an sudah menjadi teman sejati bagi para sahabat
Rasulullah, sampai-sampai kalau Anda masuk ke dalam rumah salah seorang
sahabat dari kaum Muhajirin atau Anshar, Anda akan mendapatkan al-Qur`an
tergantung di dalam rumah mereka dan di sampingnya Anda juga
mendapatkan pedang yang tergantung. Pedang berfungsi untuk membuka
negeri dan al-Qur’an berfungsi untuk membuka hati.
Kamis, 15 September 2016
Al-Qur’an Pilar Meraih Cinta Allah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar