Pages

Subscribe:

Labels

Selasa, 28 Februari 2017

Menyongsong Peradaban Islam yang Berkemajuan



  Oleh,
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.
Dosen UMRI, Dosen LB Universitas Abdurrab dan STIT Hidayatullah,
Mahasiswa Program Doktoral (S3) UIN Sultan Syarif Kasim Riau

            Diantara watak-watak al-Islam,  agama yang kita cintai ini yang sering disebut antara lain al-Islam diin ar-rahmah wa as-salamah islam adalah agama kasih sayang dan keselamatan atau kedamaian. Kemudian, al-Islam diin al-addalah islam adalah agama keadilan. Namun, ada dua watak lain yang sangat penting dan nyaris dilupakan oleh ummat Islam dewasa ini, dan merupakan prasyarat bagi kebangkitan ummat Islam di dunia maupun di negara masing-masing yaitu al-Islam diin al-hadharah (the civilitatian of islam) yakni Islam adalah agama berkemajuan, islam adalah agama peradaban. Dikaitkan dengan yang kedua al Islaam diin asy-syahadah, islam adalah agama kesaksian, agama pembuktian.
            Kalau kita perhatikan al-Qur’an yang terkait dengan ibadah jum’at maka akan terlihat jelas adanya pesan Islam yang sangat kuat bagi kita umat Islam, untuk menampilkan islam dalam dua watak tadi itu yaitu diinul hadarah dan diinus syahadah, agama kemajuan agama peradaban, dan agama kesaksian. Dalam ayat tentang sholat jumat yanag sering kita dengar perintah Allah pada QS. Al-Jumuah: 9-10:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٩ فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ١٠
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ Hai orang-orang yang beriman, مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَة  إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ Jika panggilan kepada sholat jumaat sudah tiba dan azan sudah berkumandang  فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ Maka bersegeralah, berusahalah kepada zikir kepada Allah kepada beribadah,  وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ Dan tinggalkanlah segala aktivitas, segala perniagaan, segala kegitan-kegitan yang lain ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ Itu lebih baik bagimu jika kamu memahami, jika kamu memahami makna-makna ibadah itu.
Jelas sekali ajakan kepada hablum minallah, kita mengembangkan hubungan baik dengan Allah dalam ibadat bersifat mahdah seperti sholat jum’at, sholat fardu lainnya, puasa, zakat dan hajji. Tapi mari kita perhatikan pada ayat selanjutnya,
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ Maka ketika sholat sudah selesai nantinya  فَٱنتَشِرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ Bertebaranlah dimuka bumi, bukan kembali ketempat semula tadi yang kita tinggalkan tetapi lebih luas. Intisyar, bertebaran ke muka bumi  وَٱبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ  Maka carilah apa-apa yang sudah disediakan oleh Allah dalam bentuk rizki dalam bentuk keutamaan dalam buminya ini وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  Namun tetap berzikir kepada allah لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ  Agar kamu semua menjadi orang-orang yang mencapai keberuntungan, kebahagian dan juga kemenagan. Alfalah, itu kemenangan itu bentuk ppanggilan dalam adzan, hayya alal falah marilaha kepada kemenangan.
Apa makna dari ayat ini, maknanya secara ringkas bahwa perlunya menegakkan hablum minallah, dengat ibadat-ibadat yang kita lakukan seperti sholat, teteapi setelah itu kita harus mengembangkan kebudayaan hablum minanaas. Hablum minanans tidak sekedar berhubungan baik dengan sesama manusia dalam kesopanan kesantunan interaksi dan relasi sosial kita. Tetapi hablum minannas memiliki arti kerja sama, kebersamaan untuk membangun kebudayaan dan untuk menampilkan watak islam, diinul hadarah dan diinussyahadah sebagaimana yang disebutkan tadi.
Harus ada korelasi positif antara ibdat dan muamalat, antara ibadat dan kebudayaan yang kita bangun. Dan inilah masalah besar umat islam, kita tidak mampu menghubungkan menarik korelasi positif antara ibdat hablum minallah dengan muamalat dalam hubungnnya sesama manusia atau hablum minannas. Sering hablum minallah seolah-olah intensif, seolah-olah tinggi namun tidak menjelma dalam kehidupan kebudayaan dalam segala aspeknya sosial ekonomi politik ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Inilah yang disindir oleh Allah dalam ayat yang lain dalam al-Qur’an QS. Ali 'Imran [3] : 112
ضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيۡنَ مَا ثُقِفُوٓاْ إِلَّا بِحَبۡلٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبۡلٖ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَسۡكَنَةُۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَانُواْ يَكۡفُرُونَ بِ‍َٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقۡتُلُونَ ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقّٖۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ١١٢
Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas

Bahwa palin tidak ummat islam akan ditimpa oleh dua utama azzillah kita mengalami kehinaan, kita mengalami keterpurukan kita mengalami kemunduran. Dan yang kedua al maskanah, kemiskinan. Ini merupakan problema ummat Islam didunia maupun di Indonesia dewasa ini. Dalam al Quran tadi illa bihablim minallah wahabulum minnaas, keculai dengan hablum minallah dan hambulum minannas sebab antara keduanya terdapat hubungan yang dinamis.
Oleh karena itu, sholat yang kita tunaikan yang sesungguhnya sangan singkat, tetapai ini by design dari Allah, maka sesunggunhnya sholat lebih kuat lebih efektif dibadingkan dengan segala macam pendekatan-pendekatan spiritual dalam agama-agama manapun didunia. Sekalipun kita tahu ummat islam senag pada semedi, senag pada yoga, senag pada latihan-latihan seprtitual lain, tetapi sesungguhnya sholat yang merupak desain dari yang maha pencipta itu sendiri yang diperaktikkan oleh Rasulullah Muhammad SAW jauh lebih dalam.
Namun sering sholat kita tidak fungsional sering sholat kita gagal tidak hanya menunaikan sholat tetapi belum menegakkan sholat padahal yang diperintahkan adalah iqomatisholah menegakkan sholat. Menegakkan sholat bukan hanya aktivitasnya tetapi pemaknaan tapi juga penghayatan dan yang paling penting setelah itu kita mampu merealisasikan makna-makna sholat diluar sholat. Maka ketika kita berdoa waktu duduk diantara dua sujud rabbighfirli sebanyak mungkin, 17 kali sehari semalam minimal itu menagndung arti ya Allah ampunilah dosa-dosaku berarti diluar solat setelah salam dan setelah kita pulang nanti kita akan berada dalam sebuah kemampuan orientasi kehidupan yang mampu menghindarkan kita dari dosa dan pelanggaran itu makna rabbigfirli.
Dalam duduk atara dua sujud kita berdoa juga warzukni ya Allah berilah aku rizki, maksudnya diluar sholat se-orang yang beriman menjadi orang yang semangat kerja, semangat etos kerja mencari rizki-rizki yang sudah disediakan oleh Allah maka ummat islam menjadi orang-orang kaya. Islam menganjurkan ummatnya menjadi orang-orang kaya, fakir miskin memeang diebut dalam alquran namun jangan dijadikan sebagai profesi permanen, hanya lah sebua keadaan yang sementara. Harus menjadi kaya menguasai ekonomi, menguasai perdangan. Dengan hanya kekayaan itu kita bisa menunaikan rukun islam yang namanya zakat, kita bisa menunaiakn rukun islam yang namaya haji. Dan kekuasaan ekonomi kita bisa menegakkan kebudayaan bisa membangun lembaga-lemabaga pendidikan yang bermutu sentr por eakademik ekselen, lembaga-lembaga pelayanan kesehatan, lembaga-lembaga ekonomi, lembaga-lembaga sosial lainnya itulah islam yang merupakan dinul hadarah, agama berkemajuan tadi.
Sangat kuat pesan islam untuk kita bangkit, perlunya sebuah kesadaran kolektif al wakyul jami, alwakyul islami kesadaran islam yang kita miliki bersama-sama menjadi kesadaran kolektif untuk bangkit, untuk maju. Karena kita sering terpengaruh oleh budaya individualistik, oleh budaya matrealistik, oleh budaya hedonistic, yang merupakan maifestasi dari ateisme modern tentunya. Ateisme yatiu faham tentang tiadanya tuhan sering juga dimaifestasikan oleh manusia modern dalam bentuk penuhan terhadap materi, penuhan terhadap diri individualism, penuhahn terghadap hasrat badani dan sekarang meraja lela budaya hedonistic da nada libralis budaya yang melanda dunia dewasa ini.
Maka perlu kesadaran kolektif alwakyul jami untuk bangkit, dan ini dulu suda bermula bahwa islam agama berkemajuan. Yang paling penting adalah kita memberikan persaksian itulah dinusyahadah agama kesaksian, Al-Qur’an memperingatkan wahai kaum beriman litakuunu syuhadaa alanna, jadilah kamu syaksi-saksi   yang mampu memebrikan testiimoni, suhada’ biukanh hanya mereka yang mati dalam medan perang, syuhada yang juga mampu manampilkan bukti asyahadah. Kita sudah memiliki syahadat keyakinan, Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah yang harus berlanjut.
Maka syhut hadari kesaksiaan kebudayaan bahwa kita ummat islam harus bangkit untuk menegakkan kebudayan islam dan inilah agenda besar ummat islam Indonesia sebagai kelompok mayoritas direpublik ini, 88, 2% sekitar 207 juta muslim di Indonesia ini yang bergabung dengan ormas-ormas islam mungkin baru sekitar 100 juta itupun tidak ada statistiknya. Tetapi 100 juta yang lain adalah saudara-saudara kita ummat islam yang terabaikan tak teruruskan dan kadang kala kita kencam mereka sebagao orang islam yang belum kaaffah, sebagai orang-orang islam yang abangan yang minimal yang nominal tetapi sesungguhnya mereka tetap dalam keyakinan keislaman, saudara-suadara kita.
Saatnya lah kita bangkit untuk menampilkan islam yakni diinul hadaraha memberikan kesaksian pada Indonesia dimana kita dilahirkan sebagai khalifatullah fi Indonesia, sebelum menjadi khalifatullah fil ardh maka agenda ummat islam sekali lagi adalah mari kita bangkit secara bersama-sama dengan alwakyul jami kesadaran kolektif tentang agama kita agama yang paling kuat mendorong kemajuan mendorong keunggulan maka seharusnya islam menjadi khaira ummah ummat islam menjadi khaira ummah, ummat yang terbaik.
Insyaallah dengan denikain islam di Indosesia tidak hanya besar dari jumlah namun juga besar dalam mutu dan kualitas dan dengan demikianlah kita perlu kuat bersama-sasam membangun diri keluarga dan juga dalam sebuah kebersamaan dalam apaun yang bisa kita lakukan yang bisa kita kontribusikan. Seorang cendikiwan muslim bisa menyombangkan pemikiran, seorang pengusaha muslim bisa menyumbangkan kekuatan yang dimilikinya berupa rizki, seorang birokrat muslim juga bisa berbuat, semua kita bisa berbuat untuk kebangkitan dan kejayaanislam ikmalu ala syakilatikum, berbuatlah sesuai kemampuan masing-masing. Wallahu A'lam Bishawab

Pekanbaru, 28 Februari 2017 




1 komentar:

  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    BalasHapus