Download Pertemuan Ke-2 Mata Kuliah Al Islam 2 UMRI "DISINI"
HAKIKAT
IBADAH; FALASAFAH, DEFINISI, JENIS, TUJUAN,
KEKHASAN
DAN PENGARUH IBADAH
Dosen Pengampu:
Lalu Muhammad Nurul
Wathoni[1]
lalu.wathan@gmail.com/ 082389421945
PENDAHULUAN
Keyakinan bahwa Islam satu-satunya Agama yang Benar adalah termasuk
perkara yang bersifat qath’i, tsawabit dan badihiy
(pasti, tetap dan jelas - minal umuridl-laruriyah fid din),
yakni termasuk di antara perkara-perkara agama yang bersifat dhlaruriyah
(suatu keharusan) karena telah disepakati dan didukung oleh seluruh ulama
sepanjang masa, lebih-lebih oleh salafus salih berdasarkan nash-nash
yang jelas dan tegas. Maka bahwa Islam lah satu-satunya agama yang benar.[2]
Salah satu ajaran dalam Islam adalah tentang
ibadah[3].
Ibadah ini menjadi salah satu risalah bukan dimaksudkan untuk membenani umat Nabi
Muhammad SAW melainkan dimaksudkan untuk mengarahkan perilaku manusia menjadi
terarah dengan baik sehingga manusia sebagai khalifah dapat menjalankannya
dengan sempurna. Allah SWT sebagai pencipta manusia, sejak semula telah
menetapkan kehendak-Nya agar manusia senantiasa beribadah kepadaNya. Demikian
pula ketika eksistensi manusia telah terwujud, ketentuan atau perintah yang
diperuntukkan manusia pun tidak lain kecuali baribadah dengan dilandasi
kesadaran, ketaatan dan keihklasan dalam mengamalkannya.
Apa yang dikemukakan di atas semakin nyata
terbukti dengan melihat bahwa semua Rasul Allah, sejak yang pertama sampai yang
terakhir mempunyai misi yang sama yaitu menyeru dan mengajak umatnya untuk
beribadah hanya kepada Allah semata. Dalam kaitan pengertian di atas, dapat dikemukakan
di sini bahwa dinul Islam tidak lain adalah kesatuan petunjuk Allah bagi umat
manusia dalam rangka hidup beribadah kepada-Nya, agar mendapatkan ridla-Nya.
Makna ibadah menurut ajaran Islam bersendi pada
dua pengertian pokok yang saling berkait, yaitu pertama, pengenalan akan Allah SWT
dengan setepat-tepatnya berdasarkan atas kepercayaan (iman[4])
dan keyakinan yang mantap (akidah) sedemikian rupa sehingga mampu
mendorong manusia untuk menjadikan hidup dan kehidupannya hanya untuk beribadah
semata karena Allah SWT. kedua, pengertian tentang pola, bentuk dan
jalan hidup serta kehidupan beribadah sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT. Berangkat
dari dua point di atas, lalu muncul pertanyaan pada diri kita, khususnya kaum
muslimin, sesungguhnya apa makna dan hakikat ibadah dalam Islam itu? Untuk
menjawab pertanyaan di atas, maka penulis akan menguraikan jawabannya secara
spesisfik pada bahasan berikut.
PEMBAHASAN
Tulisan ini akan membahas sebuah kajian tentang “Ibadah” yang diharapkan menjadi sebuah konsep bahasan
dari pertanyaan yang disampaikan pada pendahuluan diatas. Makna dan hakikat
ibadah dalam Islam yang kemudian kajian
ibadah ini akan ditinjau dari beberapa aspek diantarnya; falasafah, definisi, jenis,
tujuan, kekhasan dan pengaruh ibadah.
A.
Falsafah atau Hakikat Ibadah
Sesungguhnya naluri beragama
merupakan fitrah[5]
manusia, naluri beragama merupakan bentukan dari manusia dan naluri beragama
merupakan sifat baku yang menjadikan seseoranag membutuhkan pada Penciptanya.
Sehingga salah satu penampakan terpenting garizah tadayun (naluri
beragama)[6]
ini adalah “Ibadah”. Ibadah tidak boleh ditetapkan berdasarkan wujdan
(perasaaan) atau ditetapkan pleh apa yang dihayalkan oleh manusia seperti
menyembah Allah dengan memutar-mutarkan diri dan sejenisnya.
Manusia dengan akalnya harus
menentukan siapa yang seharusnya disembah, maka dengan akal manusia
diahantarkan kepada keimanan akan adanya sang Khaliq yaitu Allah SWT. Dan
tentang ibadah Allah SWT sudah menjelasakan melalui wahyu bagaimana tatacara
menyembah-Nya. Yakni seperangkat aturan-aturan syariat yang diambil dari
al-Qur’an dan as-Sunnah.
B.
Definisi Ibadah
Pengertian ibadah secara bahasa
adalah At-Thoah yakni taat.[7]
Sedangkan secara istilah ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan cara menunaikan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan mengamalkan apa
yang diizinkan-Nya. Dari pengertian ini, muncul istilah ibadah umum dan ibadah
khusus. Adpaun yang dimaksud dengan ibadah umum di sini adalah semua amal yang
diperintahkan atau diizinkan Allah untuk dilakukan oleh manusia dalam
rangka bertaqarrub kepada Allah. Dalam pengertian lain juga istilah ibadah secara umum adalah
ketaatan melakasanakan perintah Allah SWT dan ketaan dalam menjauhi
larangan-Nya. Sebagaimana dijelasakan dalam firman Allah SWT dalam Q.S.
Az-Zariyat 56:
وَمَا
خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Az-Zariyat/51 : 56).
Sedangkan
ibadah khusus adalah amal yang diperintahkan Allah dengan disertai pembatasan
atau perincian mengenai cara-cara melakukan. Dan
dalam pengertian yang lain istilah ibadah secara khusus adalah segala bentuk
perintah dan larangan syariat yang mengatur hubungan muslim dengan Rabbnya
saja. Biasa disebut oleh fuqoha (ahli fiqih) sebagai ibadah mahdah
seperti sholat, puasa, zakat dan hajji.
Bagaimana cara menerapkan atau mempraktikkan
makna dan hakikat ibadah seperti didefinisikan di atas? Allah telah memberikan
beberapa petunjuk dan kelebihan kepada manusia, yaitu:
- Bahwa kehidupan manusia di bumi ini dipenuhi dengan kesanggupan untuk mengemban amanah dari Allah. Keanggupan ini bisa dilihat dalam firman Allah dalam surat al-Ahzab/33, ayat 72.
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ
عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا
وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا
٧٢
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh
- Oleh karena kesanggupan mengemban amanah tersebut, Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah, mewakili Allah mengelola dunia. Pernyataan Allah ini bisa dilihat dari firman-Nya dalam surat al-Baqarah, ayat 30.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ
فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui"
- Dengan demikian, wujud hidup dan kehidupan ibadah manusia ialah mensejahterakan serta mengupayakan kemakmuran di dunia dalam bentuk pengaturan kehidupan manusia maupun pengaturan dan pemanfatan alam dengan kekayaan di dalamnya.
- Agar dapat melaksanakan ibadah tersebut dengan baik, seorang abid harus mengembankan dirinya menjadi hamba yang shalih dan memanfaatkan segala anugerah yang telah dikaruniakan kepada manusia demi terlaksananya kewajiban tersebut.
C.
Jenis Ibadah
Ditinjau dari
jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1.
‘Ibadah Mahdhah,
Ibadah
mahdah[8] artinya penghambaan yang
murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung.[9]
‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a.
Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik
dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b.
Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh
sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits.[10]
c.
Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)
artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang
disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas
dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d.
Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam
melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini
bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul
adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah : Wudhu, Tayammum, Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca al-Quran, I’tikaf, Shiyam ( Puasa ), Haji, Umrah, Tajhiz al- Janazah
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah : Wudhu, Tayammum, Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca al-Quran, I’tikaf, Shiyam ( Puasa ), Haji, Umrah, Tajhiz al- Janazah
2. Ibadah Ghairu Mahdhah
Ibadah
Ghairu Mahdhah[11],
(tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping
sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau
interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.[12]
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a.
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng
garakan.
b.
Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul,
karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika
ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah,
maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah
mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c.
Bersifat rasional, ibadah bentuk ini
baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat
ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d.
Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama
itu boleh dilakukan.
D.
Tujuan Ibadah
Allah SWT yang Maha Mengetahui senantiasa
lebih mengetahi maksud dari setiap ibadah. Sehingga Allah lah yang berhak
mengatur bagaimana seorang hamba berhubungan dengan-Nya melalui ibadah.
Sebagaimana berhaknya Allah SWT memberikan pahala jikalau ibadah itu ditunaikan
oleh hamba-Nya.
Diantara Tujuan-tujuan ibadah adalah
sesuai jenis-jenis ibadah itu sendiri, yaitu:
1)
Sholat,
bertujuan sebagai pencegah hamba melakukan kekejian dan kemungkaran.
Sebagaimana firman Allah SWT pada QS. Al Ankabut: 45
ٱتۡلُ
مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ
تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ
يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ ٤٥
Artinya:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
2)
Puasa,
bertujuan sebagai pengantar bagi hamba dalam meraih ketaqwaan. Sebagaimana
firman Allah SWT pada QS. Al Baqarah: 183
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
3)
Hajji,
bertujuan sebagai syiar ajaran Islam dan mempererat ukhuwah Islamiyah seluruh
kaum muslim di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT pada QS. Al Hajj: 28
لِّيَشۡهَدُواْ مَنَٰفِعَ
لَهُمۡ وَيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا
رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۖ فَكُلُواْ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡبَآئِسَ
ٱلۡفَقِيرَ ٢٨
Artinya: supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas
rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir
4)
Zakat,
bertujuan sebagai pembersih jiwa (thathir an-nafs) dan penyuci jiwa
manusia (tazkiyah an-nafs). Sebagaimana firman Allah SWT pada QS. Al
Baqarah: 193
وَقَٰتِلُوهُمۡ
حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ لِلَّهِۖ فَإِنِ ٱنتَهَوۡاْ
فَلَا عُدۡوَٰنَ إِلَّا عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩٣
Artinya:
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang
zalim
Dan tujuan umum dari keseluruhan ibadah yaitu menghapuskan dosa (takfiir
adz-dzunub) sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Hud: 114
وَأَقِمِ
ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَيِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ
يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤
Artinya:
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat
Sedangkan pelaksanaan ibadah adalah bagian dari kebaikan (al-hasnaat)
itu sendiri.
E.
Kekhasan (kekhususan) Ibadah
Ada beberapa menjadi kekhususan
ibadah dalam islam, yaitu:
1)
Ibadah
bersifat tauqifiyah artinya bahwa dalam peraktik ibadah seorang muslim
terikat dengan segala aturan yang disebutkan dalam nash dari wahyu yang
Allah turunkan. Seorang muslim melakukan sholat[13], puasa,
hajii dan lain-lain dengan cara tertentu. Sebagai contoh tidak boleh meletakkan
tanggan melingkar kepunggung disaat berdiri dalam sholat sebab tatacara seperti
ini tidak disebutkan dalam nash. Demikian sebagaimana hajji tidak boleh pada
bulan puasa sebab dalam nash sudah ditetapkan pada waktu-waktu tertentu[14].
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
صلوا
كما رايتمونى اصلى .رواه البخاري . خذوا
عنى مناسككم .
Artinya: Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah
dari padaku tatacara haji kamu
2)
Ibadah
hanya ditujukan kepada Allah SAW semata. Pada dasarnya ibadah ditujukan
mengatur hubungan manusia dengan Rabbnya. Seorang muslim tidak boleh
menyekutukan Allah SWT dalam hal ibadah papun. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Al-Qosos: 88 dan QS. Al-Kahfi: 110
3)
Niat
yang ikhlas karena Allah SWT. bahwa shalat yang didirikan bukan karena Allah
Allah maka sholatnya tidak diterima. Sebagaimana sabda Raulullah SAW:
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya:
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau
karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia
hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Makna a’mal (amal-amal) dalam
hadits tersebut adalah amal ibadah sebab selain anal ibadah tidak disyaratkan
adanya niat. Hal ini sebagaimana orang yang mengeluarkan peluru dari tembakanya
kemudian orang lain tertembak, maka orang tersebut tetap disebut pembunuh
sekalipun membela diri dengan alasan tiadak ada niat.
4)
Tidak
ada perantara dalam ibadah antara hamba dengan Allah SWT. sebagimana firman
Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي
عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ
فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
Artinya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran
5)
Kemudahan
dan keringanan dalam menegakkan Ibadah. Bahwasanya Allah tidak membebani
melebihi dari apa yang disanggupi, sesuai dengan firman Allah SWT pada QS.
Al-Baqarah 286:
لَا
يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.
Allah SWT telah mengatur keringanan (rukshah)
dalam ibadah. Sebagimana Allah SWT memeberikan rukhshah (keringanan) bagi orang
sakit sambil duduk, begitu juga bagi orang yang musafir boleh tidak berpuasa
(membatalkan puasa) pada bulan ramadhan, disamping Allah SWT menggugurkan jihad
bagi orang buta, pincang dan Sakit. Hal ini bukti bahwa agama Islam adalah
mudah[15].
Sebagimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ
هَذَا الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
Artinya: “Sesungguhnya agama
ini mudah, tidaklah seseorang berlebih-lebihan dalam agama, melainkan ia akan
terkalahkan.” (HR Bukhari)
F.
Pengaruh Ibadah
Setidaknya ada tiga pengaruh ibadah
bagi seorang muslim yang melaksanakannya:
1)
Ibadah
memperkuat hubungan seorang muslim dengan Rabbnya
Seorang muslim senantiasa bersimpuh dihadapan Rabbnya minimal lima
kali dalam sehari semalam. Bermunajat serta mengharap pertolongan-Nya dan
bantuan-Nya dan disetiap rakaatnya dengan membaca surah Al fatihah: 5-6.
إِيَّاكَ
نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦
Artinya:
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan
hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang
lurus
Disamping itu seorang muslim melaksanakan puasa, membaca al-Qur’an,
mengeluarkan zakat harta, bershodaqoh, semua itu akan memperkuat hubungannya
dengan Allah SWT.
Puasanya orang muslim senantiasa menjadi dididikan dan binaan untuk
mendapatkan pengawasan dari Allah SWT yaitu kesadaran selalu diawasi oleh Allah
SWT. Demikian juga dengan membaca Al-Qur’an, seorang muslim senantiasa dekat
dengan Allah karena pada saat dia membaca al-Qur’an pada hakikatnya sedang
berdialog dengan Alllah. Demikian juga mengeluarkan zakat atau bershodaqoh.
Semua itu akan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2)
Ibadah
melahirkan ketenangan jiwa
Seorang muslim dengan melaksanakan ibadah berarti ia paham dan
menyadari akan kebutuhan dan keharusannya taat kepada Allah. Dengan begitu ia
akan diberikan balasan dengan sebaik-baik balasan, hingga ia akan merasakan
ketenangan sampai akhir hayatnya.[16]
Seorang muslim yang beribadah kepada Allah tentu ia akan senantiasa
sadar dan berzikir kepada Allah. Sedangkan Allah SWT menjelasakan dalam Al-Qur’an
surat ala bizikrillah
3)
Ibadah
memperkuat akhlak yang mulia pada diri seorang muslim
Sungguh ibadah mampu memperkuat sebagian siafat akhlak pada diri
seorang muslim sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ibadah[17].
Misalnya sholat, bahwa bila sholat seoarang muslim baik maka baik pula akhlaknya
diluar sholat. Sebab sholat dapat memperkuat siafat akhlak berupa tawaddu’
(merendahkan diri), khusyu’, santun, dan secara umum dapat menjauhkan diri dari
perbuatan keji dan munkar. Hal ini sebagaimana ditegasakan oleh Allah dalam
firmannya:
إِنَّ
ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ
أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ ٤٥
Artinya: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Orang yang berpuasa Ramadhan akan menjaga kesucian dirinya (iffah),
memperkuat siafat kejujuran didalam dirinya dan ia puan akan memperkuat
kesabaran pada dirinya, akan menjaga diri dari hal-hal yang merendahkan diri
baik dari perkataan dan perbuatannya yakni dilatih menjaga kesuciannya.
Disampin itu, puasa melatih kesabaran ashoumu nisfus shobri.
Sedangkan ibadah zakat dapat memperkuat siafat kedermawanan,
kesantunan, memberi pertolongan dan
mengutamakan orang lain (itsaar).[18]
Demikian juga denga sholat berjamaah dan ibadah hajji dapat memperkuat ukhuwah
islamiyah.
Tentunnya kesemua itu adalah bagian kecil dari akhlak didalam Islam
yang bisa diwujudkan dengan melaksanakan ibadah pada Allah SWT. maka dengan
demikian, dengan ibadah ini akan memperkuat bahkan menumbuhkan sifat-sifat
akhlak yang terpuji (mahmudah/ akhlakul karimah) serta meredakan dan
menghilangkan sifat-sifat akhlak yang buruk (madzmumah/ akhlakus sayiah).
Sudah jelas bahwa dengan beribadah selaian melaksanakan sebuah perintah Allah
menyembah kepada-Nya juga didalamnya terkandung berbagai macam hikmah yang bisa
diperoleh.
Demikian beberapa kajian penting yang berkaitan tentang ibadah didalam
Islam. Semoga kajian ini memberikan pengaruh dan deorongan bagi kita sebagai
seorang muslim untuk senantiasa menjaga dan melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT dengan dasar beriman kepada-Nya. Kita melaksanakan ibadah dengan
mengharapkan Ridha Allah SWT, melaksnakan ibadah sesuai petunjuk Al-Qur’an dan tuntunan
dari hadits Rasulullah SAW. Dan semakin beruapaya meraih tujuan dan
hikmah-hikmah ibadah seperti yang Allah jelasakan didalam Al-Qur’an dan Rasul
sampaikan dalam hadits-haditsnya.
Daftar Pustaka (Referensi)
Abdul Munir Mulkan. 2010. Jejak Pembaruan Sosial Keagamaan
Kiai Ahmad Dahlan. Jakarta: Buku Kompas
Abdul Munir Mulkan. 2009. Sufi Pinggiran. Kanisius
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. 1999. Pedoman Hidup Seorang Muslim
(terj. Musthafa Aini,dkk.), Madinah: Maktabatul Ulum wal Hikam
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya
Haedar Nashir, Ibrah Kehidupan, Sosiologi Makna Untuk Pencerahan
Diri, SM, Yogyakarta, 2012.
Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan,
Multi Pressindo, Yogyakarta, 2013.
Hamka. Tasauf Modern. Panji Masyarakat
Ki Bagus Hadikusumo. Pustaka Hati. Toko Buku Siaran
Majelis Tarjih dan Tajdid, Risalah Islam Bidang Akhlaq, SM,
Yogyakarta
PP Muhammadiyah. Himpunan Putusan Tarjih. Suara
Muhammadiyah
PP Muhammadiyah. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Suara Muhammadiyah
Syakir Jamaluddin. 2011. Kuliah Fiqh Ibadah. LPPI UMY.
Toshihiko Izutsu. 1993. Etika Beragama dalam Qur’an. Bandung:
Pustaka Firdaus.
Yunahar Ilyas. 1999. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI UMY
[1]Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Dosen Al Islam (AIK)
Universitas Muhammadiyah Riau dan Dosen LB STIT Hidayatullah. Dan Mahasiswa program
Doktor Universitas Islama Negeri Sulan Syarif Kasim Riau, NIM; 31694104589,
Program studi Pendidikan Agama Islam.
[2]
Hal ini sebagaimana pernah ditegaskan dalam salah satu keputusan Munas Tarjih
di Jakarta yang berbunyi: “sehubungan dengan munculnya pemahaman bahwa
orang Islam yang mengklaim agama Islam sebagai agama yang paling benar adalah
salah. Berdasarkan al-Qur’an perlu ditegaskan kembali kepada warga Muhammadiyah
bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridhai Allah”
(Keputusan Munas Majelis Tarjih di Jakarta tahun 2000).
[3]
Ibadah, yaitu aturan-aturan tentang tata cara hubungan manusia dengan Allah
atau segala cara dan upacara pengabdian yang bersifat ritual yang telah
diperintahkan dan diatur cara-cara pelaksanaannya dalam al-Qur’an dan Hadits
Nabi, seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain. Lihat Zaky Mubarok, dkk: 78-80
[4] Iman
menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah ; ikrar dalam hati, diucapkan dengan
lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Jadi, Iman itu mencakup tiga hal : Ikrar
dengan hati, Pengucapan dengan lisan dan Pengamalan dengan anggota badan. Lihat
kitab Fatawa
Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul
Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, hal 50-52 Pustaka
At-Tibyan
[5]
Definisi fitrah yang dikemukakan oleh Muhammad ibn Asyur yang dikutip
oleh M. Quraish Shihab:
“Fitrah adalah suatu sistem yang diwujudkan oleh Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang khusus untuk jenis manusia adalah apa yang diciptakan Allah padanya yang berkaitan dengan jasad dan akal (ruh).” Lihat Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’I atas Perbagai Persoalan Umat. Bandung:Mizan.hal 23
“Fitrah adalah suatu sistem yang diwujudkan oleh Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang khusus untuk jenis manusia adalah apa yang diciptakan Allah padanya yang berkaitan dengan jasad dan akal (ruh).” Lihat Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’I atas Perbagai Persoalan Umat. Bandung:Mizan.hal 23
[6]
Gharizah adalah qadar yang diberikan langsung oleh
Allah, atau bisa juga kita sebut dengan naluri
dan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap makhluk ciptaan-Nya.sedangkan tadayun
adalah kecenderungan akan melakukan aktivitas pemujaan atau dalam bentuk peribadatan, naluri mengagung-agungkan. Allah
SWT juga telah menciptakan potensi kehidupan (thaqatul hayawiyah) pada diri
manusia, yang berupa : kebutuhan naluri (Al-Gharizah). Yang terdiri dari : Naluri
beragama (Gharizatut Taddayun), Naluri mempertahankan diri (Gharizatul Baqa), Naluri
melangsungkan keturunan (Gharizatun Nau’), kebutuhan jasmani (Hajatul
Adlawiyah), yang penampakanya berupa rasa lapar, rasa haus, menghirup udara dan
lain-lain. Lihat [online] https://compaq40.wordpress.com/2009/07/05/potensi-manusia-kebutuhan-naluri-al-gharizahkebutuhan-jasmani-hajatul-adlawiyah/
[7]
Secara etomologis diambil dari kata ‘ abada,
ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni
seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya,
sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh
keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya. Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa
raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya
ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba
kepada-Nya.
[9] Pengertian
lain ibadah mahdhah adalah ibadah
yang dari segi perkataan, perbuatan telah didesign oleh Alloh SWT kemudian
diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya. Seperti sholat fardu 5
kali, ibadah puasa ramadhan dan haji. Semuanya adalah bentuk paket dari Allah
turun kepada Rasulullah kemudian wajib ditirukan oleh umatnya tanpa boleh
menambah atau memperbaharui sedikitpun. Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah
ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan
perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah: Wudhu,
Tayammum, Mandi hadats, Shalat, Shiyam ( Puasa ), Haji, Umrah. Lihat http://makalah-aik.blogspot.com/2013/06/makalah-aik.html
وماارسلنا من
رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64 Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk
ditaati dengan izin Allah…(QS. 4:
64).
Firman
Allah SWT QS. Al-Hashr ayat 7,
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم
عنه فانتهوا…الحشر 7 Dan apa saja yang
dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
[12] Definisi
lain dari Ibadah ghoiru
mahdoh : adalah seluruh perilaku seorang
hamba yangdiorientasikan untuk meraih ridho Allah (ibadah).
Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah. Dalam hadis Jarir ibn
`Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من
عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن
في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من
أوزارهم شيء
“Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam
(man sanna fîl Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala
orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala
mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fîl
Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang
melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka.” (Lihat
antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam
antara lain, Nasa’i, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).
[13]
Shalat lima waktu, pokok dari ibadah amaliyah dalam Islam. Jika kita
perhatikan, waktu pengerjaan shalat secara keseluruhan dalam satu hari satu
malam adalah sekitar 75 menit. Dengan rincian, setiap shalat menghabiskan waktu
10 menit, dan wudhu 5 menit. Sangat sedikit jika dibandingkan waktu yang kita
miliki dalam satu hari. Belum lagi kemudahan yang lainnya, shalat ini tidak
dilaksanakan secara sekaligus, akan tetapi dilaksanakan secara terpisah-pisah
dalam 24 jam. Pelaksanaannya pun ditetapkan bukan pada waktu-waktu istirahat
manusia.
[14]
Jika
melakukan ibadah tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang
populer disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.:
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق
عليه . عليكم
بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم
ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة . رواه
احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ، اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي
هدي محمد ص. وشر
الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
[15] Salah satu karakteristik ajaran Islam yang menonjol
adalah mudah dan memudahkan. Ajaran (syariat) Islam tidak datang untuk
mempersulit dan menyempitkan kehidupan manusia, ia justru datang untuk menjadi
rahmat dan kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat. Allah jalla jalaaluhu,
dalam sejumlah firmam-Nya, yang telah mendeklarasikan sendiri Islam sebagai
agama yang mudah. Allah berfiman,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي
الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ “dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan.” (QS.
Al-Hajj: 78)
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ
وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.” (QS.
Al Baqarah: 185)
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ
عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al
Maidah: 6)
[16]
Agama Islam menjanjikan balasan (al-jaza’), yakni: surga bagi
orang-orang yang beriman, dan neraka bagi orang yang kufur kepada Allah
swt. Firman Allah, al-Qur’an surat al- Bayyinah (98): 6-8, terjemah: Sesungguhnya
orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan kaum musyrikin akan masuk neraka
jahan-nam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruknya makhluk.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka itulah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhannya ialah surga ‘Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah ridha ter-hadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
[17]
Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah juga disebutkan: “mematuhi
ajaran-ajaran Agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya
landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat”.
[18]
Allah berfirman (yang artinya), “hendaklah orang yang mampu memberi nafkah
menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At Thalaq:
7)
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'
BalasHapus